Jeongguk melangkah keluar dari lift, mencoba merogoh ponsel dalam long coat hitamnya dengan satu tangan, sedang yang satu lagi sibuk menjinjing ransel biru yang menggembung. Saat jemarinya selesai mengetikkan pesan di ponsel, saat itu juga langkah kaki telah sampai mengantarnya ke tempat tujuan. Jeongguk merutuk pelan menyesali diri yang begitu ribet membawa banyak barang, dan telunjuknya kemudian menekan tombol bel kamar apartemen milik sang kekasih.
Sepuluh detik, dua puluh detikー
ーmasih belum ada tanggapan. Jeongguk baru saja berniat untuk menghubungi Taehyung dengan ponselnya, saat tiba-tiba pintu teakwood dihadapannya terbuka lebar, menampilkan sosok yang ia sangat rindukan.
"Jeonggukie?" Taehyung menegur sang tamu. Sedikit kaget karena penampilan Jeongguk tidak seperti biasanya. Kedua matanya tampak sayu, rambutnya acak-acakan tidak teratur, dan kemeja hitam yang ia gunakan terlihat kusut dan tidak dimasukkan. Sigap, Taehyung mengambil ransel Jeongguk dari tangan pria itu dan menyuruhnya masuk. "Ini habis pulang dari Busan langsung ke sini? Kok tidak kasih kabar sih?"
"Maaf Sayang. Rencananya kemarin aku sudah mau pulang, tapi ternyata teman-teman lamaku di sana mengajak reuni dadakan sampai larut, jadi kepulanganku terpaksa aku tunda."
"Oh. Sudah makan belum? Wajahmu kacau begitu."
Jeongguk menggeleng. "Mereka mengajakku mengobrol sampai jam dua pagi, dan aku hanya punya waktu tiga jam untuk istirahat sebentar, packing, dan siap-siap kembali ke Seoul." Lelaki itu membuntuti Taehyung masuk ke dalam dan berjalan menuju ruang tengah. "Tolong bikinkan minum saja dulu Taehyungie, aku haus sekali soalnya."
Begitu sampai di ruang tengah, Jeongguk langsung melempar tubuh ke atas sofa, merenggangkan dasi, dan menghela napas panjang. Taehyung sampai menggelengkan kepala melihatnya. Pemuda itu meletakkan ransel milik Jeongguk di atas meja dan segera melangkah menuju pantri.
"Susu?"
"Kopi saja."
"Kalau minum kopi malah tidak bisa istirahat nanti. Susu saja ya, biar rileks badanmu," Taehyung memaksakan pendapat. Ia mengambil sekotak susu vanilla dari dalam kulkas, mengabaikan erangan kecewa dari Jeongguk dan menuangkan isinya ke dalam cup warmer untuk dipanaskan. Masa iya badannya lelah begitu malah minum kopi, Taehyung tidak habis pikir.
"Ya sudah, terserah kau saja. Omong-omong, Seokjin-ssi mana?"
"Eomma sudah berangkat ke rumah sakit dua jam lalu. Appa yang mengantar, sekalian ke kantor juga katanya," jawab Taehyung.
"Pagi sekali berangkat. Ada janji dengan pasien?"
Taehyung mengedikkan bahu. "Entahlah. Mungkin saja, soalnya kalaupun dinas pagi biasanya jam segini baru berangkat."
Jeongguk tidak merespon jawaban Taehyung lagi setelah itu. Ia hanya diam ditempat, namun ekor matanya terus mengamati gerak demi gerak sang kekasih. Sebenarnya bukan tanpa maksud Jeongguk tiba-tiba datang pagi ini ke apartemen Taehyung. Namun, selama tiga hari kemarin ia mengunjungi makam kedua orang tuanya di Busan sekaligus bertemu dengan beberapa supplier marmer dan granit di sana, Jeongguk belum sempat menghubungi Taehyung sama sekali, dan itu membuatnya resah tanpa sebab.
"Apa saja sih isi tas-mu? Berat begitu kelihatannya." Taehyung menghampiri dengan secangkir susu vanilla yang mengepulkan uap panas. Jeongguk langsung mengambil posisi duduk, dan menerima cangkir yang disodorkan oleh kekasihnya.
"Laptop, beberapa dokumen kantor, pakaianー" Jeongguk meniup permukaan likuid putih perlahan, terlihat tidak peduli ketika Taehyung mulai mengacak-acak isi ransel dan mengeluarkan pakaian kotornya dari dalam,"ーsudah sih, itu saja. Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Cycle ✔
FanfictionSudah dari awal, Kim Taehyung tahu di mana seharusnya hatinya berlabuh. Dan Park Jimin tahu dia adalah Beta yang tidak seharusnya jatuh cinta pada Omega. Hanya sajaー Min-V-Kook main pair #minv a bit slight pair #kookv #ABOuniverse #alpha #beta #ome...