ー
warning : mature content
ーJimin memang tidak pernah diajarkan untuk bersikap kurang ajar terhadap orang yang lebih tua. Sekalipun tidak pernah.
Namun entah kenapa, menghadapi Namjoon yang di dalamnya ternyata sekeras batuーdibalik sikap sayangnya terhadap Taehyung, tentu sajaーrasanya ingin Jimin bertindak kurang ajar, sedikiiit saja.
Bisa tidak, ya?
"Um, Namjoon-ssi?"
"Hm?"
Jimin memijat tengkuk dengan gerakan lambat. Menyusun kalimat demi kalimat agar dapat tersampaikan dengan lancar. Namjoon yang sedang menunggu Taehyung memandikan Jungkook sembari membaca koran sampai merelakan detik-detik berharganya untuk sekadar menengokーmenantikan Jimin melanjutkan kalimatnya.
"Kira-kira, mau sampai kapan ya Jungkook menginap di sini?"
Alis Namjoon terangkat sebelah. "Kenapa? Keberatan? Tidakkah kau lihat wajah Taehyung lebih berwarna saat ada Jungkook akhir-akhir ini?"
"Bukan, bukan begitu maksudku, Namjoon-ssi," kalimat yang sudah disusun rapi seketika ambyar. Susah ternyata mau bertindak kurang ajar dengan memprotes tindakan semena-mena Kim Namjoon. Terbayang di hari pertama Jimin bertemu dengan Seojoon dan Jungkook, dan Namjoon langsung menawari bocah balita tersebut untuk tinggal sementara bersama Jimin.
Tentu saja Jungkook tidak menolaknya.
"Em, bagaimana ya. Rasanya aneh saja mendengarnya setiap kali memanggilku Appa. Aku hanyaーcanggung, mungkin? Duh. Rasanya masih belum terbiasa melihat anak lima tahun berlarian di dalam rumah dan memanggilku Appa." Lalu Jimin tertawa kaku. "Bukan berarti aku keberatan dengan kehadirannya, lho ya."
Koran ditutup, fokus Namjoon kini teralih sepenuhnya pada Jimin, membuat yang bersangkutan panas dingin.
"Kudengar dari Taehyung, kau suka anak-anak, kan?"
Suka sih, tapi kalau tiba-tiba dipanggil Appa, siapa yang tidak kaget? Jimin merutuk dalam hati. Dipandangnya balik Namjoon, kemudian ia hanya bisa meringis kecil tanpa suara.
Namjoon mendesah, "Seojoon berharap banyak padamu agar kau bisa menerima keberadaan Jungkook, sebagaimana dia yang sudah menganggap Jungkook sebagai cucunya sendiri. Kau juga bisa belajar banyak bagaimana nanti kalau menjadi seorang Ayah. Yang perlu kau lakukan hanya membiasakan diri. Lagipula dengan adanya Jungkook di sini sementara waktu, aku bisa memastikan satu hal,"
Jimin menelan ludah kala Namjoon mengeluarkan seringai tipisnya,
"ーbahwa kau tidak bisa berbuat macam-macam terhadap anakku, apalagi sampai menidurinya, bocah mesum."
.
.
.Semburat kuning cahaya matahari pagi mengintip melalui sela-sela tirai yang belum tertutup rapat sepenuhnya, Taehyung terbangun bahkan sebelum jam wekernya berbunyi nyaring. Ia merenggangkan tubuh yang terasa pegal, menoleh, dan menemukan Jimin sudah duduk bersandar di atas tempat tidur, tepat di sampingnya.
"Pagi sekali bangunnya, Jimin-ssi? Tidak bisa tidur lagi? Atau ada yang sakit?" Wajah Taehyung setengah khawatir. Tangannya langsung meraih remote air conditioner untuk mematikan pengatur suhu. Taehyung sedikit menggigil pagi ini, karena Jimin nyatanya memang senang memasang air conditioner dalam mode full blast sebelum ia tertidur.
"Tidak, tidak ada yang sakit Hyungie-ah," menyadari pergerakan Taehyung, Jimin menyelipkan lengannya ke belakang bahu Taehyung, membantunya untuk bangun ke posisi duduk. Ia tersenyum kemudian. "Aku tadi ingin bercukur, hanya saja lupa belum beli pisau cukur yang baru," ujarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Cycle ✔
FanfictionSudah dari awal, Kim Taehyung tahu di mana seharusnya hatinya berlabuh. Dan Park Jimin tahu dia adalah Beta yang tidak seharusnya jatuh cinta pada Omega. Hanya sajaー Min-V-Kook main pair #minv a bit slight pair #kookv #ABOuniverse #alpha #beta #ome...