Someone called ex

2.2K 282 72
                                    

Lain dengan Jung Hoseok yang mungkin akan memilih klub malam ataupun kafe yang sedang hits sebagai tempat untuk refreshing, Jimin justru lebih memilih kafe yang tenang dengan nuansa hangat sebagai tempatnya mencari inspirasi. Jadi Hoseok tidak kaget ketika ia menghubungi Jimin untuk meminta bertemu dan Jimin justru merekomendasikan sebuah kafe di kawasan Hongdaeーalih-alih bertemu di bar milik Min Yoongiーsebuah kafe buku yang tampaknya belum lama berdiri dan masih sepi pengunjung. Bisa Hoseok tebak, itu artinya Jimin sedang butuh inspirasi.

Memasuki bangunan satu lantai bergaya eksterior Scandinavian tersebut, Hoseok sudah disambut oleh aroma buku, kopi dan pastries yang membaur jadi satu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Memasuki bangunan satu lantai bergaya eksterior Scandinavian tersebut, Hoseok sudah disambut oleh aroma buku, kopi dan pastries yang membaur jadi satu. Membuatnya mendadak jadi lapar dan dahaga. Kafe tersebut tidak terlalu besar, mudah saja bagi Hoseok menemukan Jimin yang tampaknya tenggelam dalam sebuah manga yang ia baca, duduk anteng dipojokan seakan tidak peduli sekitar.

Tungguーmanga?

"Kupikir kau ke sini karena kurang ide untuk mendesain," kepala Jimin dipukul pelan menggunakan sampel wood board yang ia bawa, mengabaikan pekikan kaget dari pria yang lebih muda.

"Apaan sih Hyung, datang-datang main pukul saja." Jimin protes, mengusap kepalanya yang berdenyut. "Memang salah kalau aku datang ke sini mau baca manga?"

"Tidak salah, hanya tumben saja. Kau kan workholic," sahut Hoseok sekenanya. Ia menghempaskan tubuhnya pada kursi dan menghela napas lega. Seharian mondar-mandir di proyek membuat tubuhnya pegal tidak karuan.

"Aku butuh sesuatu yang ringan sebelum bertemu dengan mantan."

"Kang Seulgi?" alis Hoseok terangkat, dan dibalas oleh Jimin dengan cengiran kecil. Siapa lagi memang mantan Jimin?

"Kau bertemu dengannya di kafe buku seperti ini?" Hoseok tertawa, "tidak romantis sekali sih."

"Untuk apa romantis-romantis segala. Sudah bukan pacar ini," gerutu Jimin. "Lagian ini juga mau tidak mau, soalnya tidak enak aku terus-terusan menunda permintaannya untuk bertemu. Nanti dikira sombong. Aku saja tidak tahu harus mengobrol apa nanti."

Hoseok masih saja tertawa mendengarnya, dengan sebelah tangan yang menyodorkan pada Jimin sampel wood board yang ia bawa. Walaupun mereka lama tidak mengobrol dan bertemu langsung seperti ini, Jimin pernah bercerita padanya kalau hubungannya dengan Kang Seulgi sudah berakhir. Jadi Hoseok tidak banyak menyinggung soal itu. Kasihan kalau muka Jimin yang sudah kumal semakin mendung lagi nantinya.

"Ini, pesananmu," ujar Hoseok setelah tawanya mereda. "Sementara ini dulu ya, nanti kalau ada informasi material baru lain dari kantor, aku beri sampel lagi."

Mata Jimin seketika melebar. Tidak butuh waktu lama baginya untuk mengubah tekukan bibir ke bawah menjadi seulas senyum. "Whoaah, pantas tidak ada hujan tidak ada angin, kau minta untuk bertemu denganku. Astaga Hyung, padahal aku hanya bergurau waktu kau telepon minggu lalu. Tapi thanks banget ya, ini bisa untuk referensi alternatif material. Hoseok-hyung yang terbaik deh pokoknya!"

Love Cycle ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang