Night Talk

1.7K 238 110
                                    

Insting yang dimiliki Taehyung membuatnya sangat ingin untuk memberondong Jimin dengan berbagai pertanyaan yang kini mengambang dalam pikiran. Tapi setelah ia pikir lagiー

ーtidak. Ia tidak bisa. Taehyung tidak sanggup untuk melakukannya, apalagi kalau mengingat kondisi fisik Jimin yang sedang dalam masa pemulihan. Berdebat dengan Jimin jelas haram hukumnya.

Bibir Taehyung sebenarnya gatal sekali, ingin tahu darimana Jimin mendengarnya, bagaimana Jimin bisa mengetahui siapa yang telah mendonorkan jantung baginya. Karena pada dasarnya hal tersebut adalah rahasia. Baik Seokjin, Namjoon, bahkan orang-orang terdekat dari pihak Jimin sendiri sudah sepakat untuk menyembunyikan hal ini.

Lalu... siapa yang memberitahukannya?

Menikmati wajah bingung Taehyung, Jimin justru tertawa. Tidak terlalu keras, namun cukup untuk membuat kerutan di dahi Taehyung semakin dalam. Pria itu kemudian melambaikan tangan, mengisyaratkan pada Taehyung untuk mendekat dan berkata serak,

"Ingin tahu darimana aku mendengarnya?"

"Um, ituー"

Setengah mengulum senyum geli, Jimin menarik begitu saja Taehyung yang berada tidak jauh darinya, sampai yang bersangkutan nyaris terjatuh dalam dekapan.

Ya. Nyaris.

Dan dengan menahan napas saat embus udara hangat dari hidung Jimin menyapu permukaan kulit wajahnyaーTaehyung setengah mati menahan berat tubuh dengan tangan yang bertumpu pada lengan kursi roda.

"Ah, aku yakin kau pasti penasaran. Bisa tolong antar aku ke kamar? Sekalian kita berbincang di sana. Aku rasa aku butuh rebahan, Hyungie-ah."

.
.
.

Berbeda dengan kamar tidur Jeongguk yang walaupun didominasi oleh warna abu-abu dan hitam, namun tetap terang dengan adanya full wall window. Kamar tidur Jimin lebih cenderung remang dengan satu buah jendela kecil berkusenkan aluminium.

Taehyung pernah sekali-dua kali ke sini, dan ia rasa tidak ada perubahan yang berarti dari kamar pribadi milik Jimin ini.

Masih tetap hangat, dengan warna-warna alam seperti cokelat kayu, hitam dan putih yang menghiasi. Dan Taehyung ingat, dia selalu betah berada dalam kamar Jiminーduluーwalaupun hanya sekilas mampir.

Gaya yang dipilih Jimin adalah stylish exposure, kalau boleh Taehyung bilang. Dengan pencahayaan lampu di pinggiran plafon di atas platform ranjang. Desain kabinet dan meja kerja yang disatukan juga memberikan sentuhan minimalis modern tersendiri.

Tanpa sadar dada Taehyung berdegup kurang ajar. Dan semakin bertambah kala Jimin memanggilnya untuk duduk di tepi ranjang. Mimpi apa dia, bisa berduaan lagi dengan Jimin di dalam kamar seperti sekarang?

"Di sini saja, jangan di kursi. Kalau jauh-jauhan ngobrol, rasanya kurang nyaman," komentar Jimin waktu Taehyung hendak mendaratkan bokong pada kursi aluminium.

"Aku... tidak mengganggu waktu istirahatmu, Jimin-ssi?"

Dipandangnya Taehyung yang terlihat tidak enak, lalu Jimin tersenyum. "Sama sekali tidak. Sudah kubilang, kan kalau aku rindu? Lagipula memang ada yang ingin kubicarakan padamu, Hyungie-ah."

"Kalau tentang darimana kau tahu siapa pendonormu, um, kurasa bisa kita bicarakan kapan-kapan saja, Jimin-ssi. Sebelum aku kemari, Appa sudah memperingatkanku untuk tidak mengajakmu berpikir keras."

Jimin menyandarkan punggung pada headbed, meraih jari-jemari ramping Taehyung dan memijatnya pelan. "Tidak masalah. Hanya berbincang saja tidak akan membuatku berpikir keras, Hyungie-ah," dan ia tertawa.

Love Cycle ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang