Interlude

1.4K 220 83
                                        

Di atas pangkuan Taehyung terdapat sebuah buku bersampulkan art paper berwarna putih. Buku tersebut pemberian dari Namjoon yang berpendapat bahwa dengan membaca buku, Taehyung bisa mengisi waktu luangnya daripada terus-terusan berdiam diri dan melihat ke belakang.

Hari ini adalah hari di mana tepat tiga minggu Jeongguk pergi meninggalkannya untuk selamanya. Taehyung sendiri sudah kembali ke apartemen sejak lama, setelah melalui empat hari yang menyakitkan di rumah sakit. Dan kini, di bawah pengawasan Seokjin dan pantauan Namjoon, Taehyung dilarang keras untuk meninggalkan apartemen tanpa sepengetahuan orangtuanyaーsetidaknya sampai kondisi mentalnya mulai stabil.

Sore tampak begitu lengang dan gerimis turun membasahi kota Seoul. Taehyung akhirnya memutuskan untuk membaca buku guna mengusir jenuh. Buku yang diberikan Namjoon tersebut tidaklah beratーisinya begitu menginspirasi dengan suguhan kalimat akan pentingnya sebuah jeda. Dan Taehyung seakan diingatkan kembali oleh kalimat-kalimat sederhana yang dituangkan oleh sang penulis.

Mengenai sebuah jeda;

Berilah sedikit jeda, jeda untuk mengingat kembali setiap senyum dan tawa yang pernah menghiasi.

Berilah sedikit jeda, jeda untuk kembali mengulang tawa dan canda sederhana dengan orang-orang yang sempat kita lupa.

Berilah sedikit jeda di antara kita, agar kita bisa kembali merangkai mimpi yang barangkali sempat terhenti.

Berilah sedikit jeda untuk kita bisa kembali mengingat janji-janji yang sempat terniat, mencoba untuk memulai menepati.

Berilah sedikit jeda untuk menyendiri dan memperbaiki diri, mungkin saja ada hati yang tersakiti

Berilah sedikit jeda, jeda untuk memulai melupakan dan memaafkan segala bentuk kesalahan yang pernah membekas.

Berilah sedikit jeda untuk kembali memikirkan seseorang yang telah dipilih. Siapa pun, semoga akan mampu memahami setiap titik lemah dan kekurangan. (*)

Taehyung menahan napas sejenak. Ia masih merasa berduka, ia masih merasa nyeri, ia masih merasa kosongーseakan waktu tidak memberikan jeda padanya, untuk beristirahat dari siksaan batin.

Kehilangan itu bukan hal yang mudah untuk dilupakan, terlebih bila ditinggalkan untuk selamanya.

Taehyung teringat, Seokjin pernah berbisik padanya, agar Taehyung mengijinkan waktu untuk menghapus segala kesedihan yang ia rasakan. Karena menurut Seokjin, hanya waktulah yang sanggup melakukannya. Seokjin tidak pernah meminta Taehyung untuk melupakan, dia hanya menyarankan kepada anak semata wayangnya untuk terus melangkah ke depan.

'Namun masalahnya, apakah benar, waktu sungguh akan membantunya mengurangi rasa sakit ini, sekalipun dia-lah penyebab Jeongguk harus pergi meninggalkan dunia sebelum waktunya tiba?'

Taehyung mencengkeram dadanya kuat-kuat. Sesak rasanya.

Buku pemberian Namjoon akhirnya ia tutup dan diletakkan di atas nakasーpersis di samping sebuah bonzai azalea dan guci keramik kecil berisikan separuh abu Jeongguk yang masih ia simpan. Ketika Taehyung memutuskan untuk kembali merebahkan badan dan mencoba tidur, pintu kamarnya terbuka pelan, menampilkan sosok tinggi Seokjin yang berdiri tegak dengan long coat cokelat tersampir rapi pada lengan.

"Bagaimana, sudah merasa lebih baik sekarang?"

Taehyung tersenyum kecil. Seokjin langsung membantunya untuk kembali duduk dan memberikan bantal tepat dibelakang punggung Taehyung. Rasanya sedikit lega wajah Taehyung tidak lagi sepucat hari-hari kemarin.

"Lumayan, Pa. Buku dari Appa bagus ternyata, aku suka isinya. Yah, walaupun banyak kesentil juga dengan kalimat-kalimat di dalamnya," ungkap Taehyung jujur yang membuat Seokjin lantas terkekeh. "Kau sudah pulang? Atau mau kembali lagi ke rumah sakit setelah ini?"

Love Cycle ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang