He was in a jealous rage

2.2K 320 222
                                    

Jimin belum pernah merasa se-tertantang ini sebelumnya. Belum, sampai akhirnya ia bertemu dengan Jeon Jeongguk, Alpha dari Omega berparas indah bernama Kim Taehyung. Bahkan aura intimidasi yang menguar dari tubuh kokoh Jeongguk tidak membuat Jimin gentar sedikitpunーjustru sebaliknya, ia merasa excited melihat mata tajam tersebut menghunus padanya.

Benar kata orang ternyata, terkadang rumput tetangga terlihat lebih hijau dan subur daripada rumput di halaman sendiri. Dan baru sekali ini Jimin merasakannya.

Saat bersama dengan Kang Seulgi, boro-boro melihat rumput tetangga, rumput di halamannya saja lebih sering terabaikan. Dirinya terlalu sibuk mengejar cita-cita dan ambisinya menjadi seorang designer sampai-sampai Seulgi, orang terdekatnya kala itu, merasa di nomor-duakan. Namun Seulgi paham, ia sangat paham, Jimin yang nyatanya seorang Beta sangat tidak menyukai adanya 'kasta' yang tercipta.

Kenapa harus ada status Alpha, Beta dan Omega?

Kenapa Alpha harus selalu di atas? Kenapa Beta tidak pernah bisa melampaui kemampuan Alpha? Kenapa Omega seringkali dipandang sebelah mata?

Pertanyaan tersebut seringkali dilontarkan Jimin saat mereka tengah menghabiskan waktu berdua dan membuat Seulgi sadar, hal-hal itulah yang mengubah Jimin menjadi pribadi yang ambisius. Bahkan Seulgi rasa mungkin ambisiusnya lebih besar daripada rasa sayang yang diberikan Jimin untuknyaーmembuat hati gadis cantik itu retak, sampai akhirnya ia memilih untuk mengakhiri hubungan mereka. Bukan karena ia tidak menyayangi Jimin lagi, demi Tuhan, Seulgi benar-benar tulus mencintai pria itu. Tapi ambisi Jimin sendirilah yang ternyata menuntunnya untuk mundur, sebelum nantinya hati gadis itu akan semakin berserakan.

Dan ambisi itu adalah,

Untuk bisa melampaui seorang Alpha

"Jeonggukie," suara berat Taehyung mengembalikan Jimin ke dunia nyata,"ーbukankah kau bilang tadi kau mau bertemu dulu dengan Hoseok-hyung?"

"Tadinya begitu, tapi ternyata Hoseok-hyung masih ada di proyek," jawab Jeongguk, masih dengan tatapan lurus tertuju pada Jimin. Yang dipandang cuma tersenyum kalem sambil sesekali menyesap caffè americano miliknya.

Taehyung membeku di tempat. Diliriknya Jimin yang tampak tidak terpengaruh oleh intimidasi Jeongguk dan ia menghela napas. "Duduklah dulu kalau begitu, Jeonggukie. Kau dilihat banyak orang."

Perkataan Taehyung membuat Jeon Jeongguk mengangkat sebelah alis, lalu menyapu pandang sekitar. Benar saja, beberapa mata tampak memandang mereka seolah ingin tahu, sementara beberapa lagi sudah mengalihkan pandangan sebelum netra Jeongguk sempat menyambar. Mungkin karena tidak mau dibilang kepo.

Tanpa berpikir dua kali, Jeongguk mengambil posisi disebelah Taehyung, duduk manis dengan sebelah tangan merangkul pundak sang kekasih. Taehyung sendiri tidak protes karena memang begitulah Jeongguk-nya.

"Jadi," Jeongguk menyempatkan diri mengecup telinga Taehyung,"ーsampai di mana progress-nya? Kulihat sekilas tadi asyik sekali mengobrolnya, sampai elus-elus kepala segala."

Taehyung memutar bola mata, sedang Jimin masih setia memasang senyum tipis. Kini cangkirnya diletakkan di atas meja dan tangan kanannya terulur saat ia mengucap salam perkenalan,

"Park Jimin. Maaf terlambat memperkenalkan diri, Tuan Jeon."

Jeongguk menyambut uluran tangan itu dan menggenggamnya dengan mantap. Sedikit heran, karena polesan senyum di wajah pria tersebut tidak sedikitpun pudar.

"Jeon Jeongguk. Calon suami Kim Taehyung."

"Ah, ya," Jimin mengangguk. Ia mengerling sekilas pada Taehyung dan berujar lagi, "Senang akhirnya bisa bertemu dengan Anda."

Love Cycle ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang