The True Anpanman

1.6K 233 192
                                    

"Ikhlaskan saja dia, Seulgi-ah, aku yakin Jimin akan bahagia nantinya."

Jung Hoseok, masih dengan memegang surat penandatanganan untuk melepaskan segala alat bantu medis, memandang Kang Seulgi dengan hati teriris perih. Ia tidak bisa melihat sahabat yang sudah dianggapnya adik sendiri itu kini diam membisu dengan mata terpejam erat.

Mata yang entah kapan akan membuka kembali, Hoseok pun merasa pesimis akan hal tersebut.

"Tidak, Hoseok-oppa," ucap Seulgi di tengah senggukan,"ーaku tidak akan melepasnya. Tidak sebelum dia sendiri yang memintaku untuk menjauh dan melupakannya."

"Kau tidak kasihan pada Jimin? Aku saja tidak sanggup melihatnya kesakitan seperti itu, Seulgi-ah."

Menggeleng, Seulgi justru meletakkan kepalanya pada sisi ranjang pasien, membelai lembut pipi Jimin yang terasa dingin di kulitnya. "Tidak, Oppa. Aku percaya Jimin-oppa adalah pria yang kuat. Dia pasti sembuh, dia pasti bisa, diaー"

Hoseok termangu. Tangis Seulgi yang tertahan membuat mata Hoseok kembali basah. Penjelasan dokter bahwa sudah tidak ada lagi harapan untuk Jimin karena banyaknya komplikasi yang terjadi membuatnya galau setengah mati. Hidup Jimin benar-benar ditopang oleh alat sekarang, mau sampai kapan ia akan menderita seperti itu? Hoseok begitu frustasi rasanya. Sampai saat ia ingin mengajak Seulgi berbicara empat mata, pintu ruangan menjeblak terbuka, menampilkan sosok Taemin yang berbisik ke arah Hoseok dan mengisyaratkan pria itu untuk datang mendekat.

"Ada apa, Hyung?" setengah terburu, Hoseok menemui Taemin di dekat pintu. Ia melupakan niatnya untuk mengajak Seulgi makan malam seketikaーmengingat seharian gadis itu belum makan sama sekaliーsaat wajah Taemin menggambarkan sesuatu yang membuat degup jantungnya mendadak kencang tidak terkendali.

"M-masih ada harapan untuk Jimin, Hoseok-ah," bibir Taemin bergetar, ia mengusap matanya yang terlihat merah,"ーkita sudah mendapatkan donor jantung, dan mereka sedang melakukan pencocokan golongan darah, antibodi, dan ukuran jantung yang nanti akan di transplantasikan ke tubuh Jimin," katanya. "Hanya sajaー"

"Hanya saja apa, Hyung?" Hoseok mendesak tidak sabar. Dilihatnya Taemin melirik pada Jimin yang sedang tertidur, sorot mata itu jelas mengandung pengharapan sekaligus kesedihan yang begitu gamblang.

"Banyak resiko yang nanti masih harus dihadapi ke depannya. Salah satunya adalah reaksi imunitas tubuh Jimin yang bisa saja menolak kehadiran jantung baru ke dalam tubuhnya. Apa menurutmu Jimin akan siap, Hoseok-ah?"

.
.
.

Pukul tiga dini hari, Taehyung terbangun dengan pening hebat menyerang kepala dan rasa mual yang menekan bagian perut. Aroma antiseptik khas rumah sakit menyergap hidung, Taehyung meringis kecil dan berusaha untuk bangun dari tidurnya.

"Ungh..."

"Taehyungie?" Suara berat terdengar, Omega berparas manis tersebut menoleh dan mendapati sang Ayah terjaga di sampingnya. "Puji Tuhan, Sayang, kau sudah sadar. Tunggu sebentar, jangan bangun dulu, akan kupanggilkan Seokjin untukmu."

"Papa?" Otak Taehyung mulai memproses segala kejadian di kepala. Seketika ia tersentak, berusaha kembali untuk duduk, membuat Namjoon yang tengah berusaha untuk menghubungi Seokjin mendadak panik dan menghampiri sang anak.

"Jeonggukie! Mana Jeonggukie, Appa?! Di mana dia? Dia tidak membunuh siapapun kan? Appa, tolong panggilkan Jeonggukie!!"

Lidah Namjoon seketika kelu rasa. Ia mencoba memegang kedua bahu Taehyung dan menenangkan gerak gelisah anak semata wayangnya.

Love Cycle ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang