Chaeyoung menajamkan pandangannya, mencoba memastikan jika tidak ada yang salah dengan penglihatannya. Tapi, mau dipastikan berapa kalipun, lampu rumahnya memang menyala.
Chaeyoung itu pergi dengan temannya dari tadi siang, gadis mungil ini tinggal sendiri, mengingat jika kedua orang tua dan Adiknya tinggal di LA, sedangkan Kakak perempuannya bekerja di luar kota. Dan, ia tidak memiliki asisten rumah tangga. Seharusnya lampu dalam keadaan mati, kan?
"Kok, jadi merinding gini, sih? Masa ada hantu nyalain lampu? Bentar- " Chaeyoung terlihat berpikir, "-lah iya, pasti Kak Naeun pulang!"
Dengan berjalan sepelan mungkin-bahkan lebih terlihat seperti mengendap-endap, akhirnya Chaeyoung sampai di depan pintu rumahnya. Ia takut jika harus bertemu dengan sang Kakak saat ini, tapi, Chaeyoung juga enggan jika harus tidur di luar.
Mendesah frustasi, merasa jika memang ini keputusan terbaik, dengan mengandalkan sisa keberaniannya, Chaeyoung memutuskan untuk masuk menghadap Naeun. Ia siap menanggung segala resiko, seperti diceramahi semalaman misalnya.
"Dari mana aja kamu?" Benar, kan.
"M-Main sama Yeri, Kak." Chaeyoung menunduk takut sambil memainkan jarinya.
"Sama siapa lagi?"
"Yoojung sama Doyeon."
"Terus?"
"Tadinya Tzuyu mau ikut tapi gak jadi soalnya Jeongin sunatan."
"Pulangnya gimana? Mereka, kan, gak searah sama kamu?"
"Naik o- astaga, Kak!" Chaeyoung mendadak berteriak histeris sampai Naeun hampir terjungkal saking kagetnya. "Chaeng lupa kalo ada PR!"
"Makanya kalo main itu inget waktu! Yaudah sana kerjain dulu. Kakak juga udah ngantuk."
Chaeyoung memamerkan senyum lebarnya, ia merasa menang karena tidak jadi diintrogasi lebih lanjut.
Memeluk Naeun sebagai bentuk pamitan, Chaeyoung lalu berlari menuju kamarnya.
To. Unknown Number;
Maaf ya mas tadi saya pulang duluan, ongkosnya udah saya bayar pake aplikasi ya. Saya tambahin juga sebagai permintaan maaf. Ini saya yang tadi diturunin di jalanan sepi.🍓🍓
6.45 AM
"Mampus telat!"
Saat ini Chaeyoung tengah mengeluarkan jurus the power of kepepet. Sekarang hari senin, dan Chaeyoung masih ada di rumah. Itu artinya si tengah Son kesiangan, ia berani bertaruh jika para siswa siswi di sekolahnya pasti sudah berbaris di depan tiang bendera.
"Hadeh, double mampus ini, mah. Bu Hyuna yang jaga."
Chaeyoung mendesah frustasi. Wajahnya mendadak kusut, apalagi saat melihat Bu Hyuna menatap sinis kearahnya, ditambah lagi ada Eunwoo di sana. Lengkap sudah.
FYI, Bu Hyuna itu kesiswaan paling seksi sekaligus paling kejam yang pernah Chaeyoung kenal. Semua murid takut pada beliau, yah, meskipun beberapa murid laki-laki masih mencuri-curi pandang.
"Heh! Kamu yang pake tas ijo tosca! Sino kamu!" perintah mutlak Bu Hyuna dengan suara lantangnya. Chaeyoung berjalan mendekat meski dengan kaki gemetar.
"M-maaf, Bu."
"Oh, kamu. Ibu udah bosen, ah, ngehukum kamu." Chaeyoung meringis takut, walaupun Bu Hyuna sudah mengurangi kadar kesangarannya, tetap saja aura mencekam itu masih ada.
Sama seperti Bu Chaerin, sang guru matematika yang jika tengah menjelaskan materi lebih mirip orang ngerapp. Usut punya usut, Bu Chaerin pernah bercita-cita untuk menjadi rapper.
"Chaeyoung biar saya aja yang urus, Bu." usul Eunwoo.
Bu Hyuna mengangguk setuju, "Yaudah, deh. Saya juga udah males."
"Kamu baris di sana, ya. Bareng sama yang telat juga." kata Eunwoo tersenyum.
Menghela nafas pasrah, Chaeyoung berjalan gontai ke barisan para murid yang bernasib sama.
Melihat ada beberapa teman sekelasnya, Chaeyoung jadi sedikit lega. Well, tidak ada hal paling membahagiakan saat dihukum selain ada teman, kan?
"Enak banget lo barisnya di tempat teduh. Tukeran cepet!" pinta Lucas sedikit memaksa. Chaeyoung yang baru datang seharusnya ditempatkan di tempat yang lebih panas, kan? Kenapa malah untung untuk si Son?
"Bacot, ogah!"
Kurang lebih empat puluh menit sampai upacara selesai, itu berarti sekarang saatnya membagi hukuman bagi yang datang terlambat.
Jika ini kali pertama, maka mereka hanya diwajibkan untuk menulis nama serta kelas saja. Tapi jika sudah beberapa kali, mereka akan-
"Lucas, Dino, Hwiyoung, Woojin kalian bersihin toilet kelas sepuluh abis pulang sekolah, ya. Yang lain kecuali Chaeyoung bantuin penjaga perpus rapiin buku. Nah, buat Chaeyoung, karna kamu sering telat- kamu ikut saya ke ruang OSIS abis ini. Kalian boleh bubar sekarang." kata Eunwoo masih dengan ramahnya. Semua membubarkan diri, kecuali Eunwoo dan Chaeyoung tentunya.
"Kenapa harus ruang OSIS, sih? Di sana 'kan sepi." keluh Chaeyoung merengut.
Memang, sih, ruangan OSIS biasanya hanya dipakai oleh orang yang memiliki wewenang atau kepentingan saja, apalagi ruang ketua dan anggota itu dipisah, tidak heran jika sering terlihat sepi.
"Bagus kalo sepi,"
"Kok, bagus?"
"Kan, kita bisa bebas ngapain aja di sana." kata Eunwoo dengan seringaian.
Hih! Chaeyoung ingin kabur saja rasanya!
KAMU SEDANG MEMBACA
GEHEIMNIS; [Son Chaeyoung X Cha Eunwoo] √
FanfictionSejauh apapun kamu pergi, jika Tuhan mengizinkan kita untuk bersama, maka aku percaya kamu akan kembali. ©meyuuli, 2018