Chaeyoung terkapar bosan di atas kasurnya. Hari ini sekolah pulang lebih cepat dari biasanya karena ada rapat, Naeun sedang pergi bekerja, Tzuyu dan trio kepiting sedang ada di salon-Chaeyoung paling malas berurusan dengan yang namanya salon-, Changbin masih ada di Ceko, kalau main dengan Lucas dan para dedemitnya- err, rasanya tetap di rumah adalah pilihan terbaik.
Chaeyoung sempat berpikir untuk bersilaturahmi ke tetangga sebelah rumah yang umurnya enam tahun lebih tua, Mark. Tapi niat itu kembali ia urungkan, Mark itu irit bicara, rasanya sulit untuk mengakrabkan diri.
Tok! Tok! Tok!
Merasa mendengar suara ketukan pintu dan bel yang berbunyi beberapa kali, Chaeyoung dengan setengah hati berjalan ke arah pintu, membukanya lalu tersenyum kaku.
"Permisi, maaf mengganggu, ada kiriman paket atas nama Chaeyoung."
"Kiriman paket? Dari siapa? Perasaan saya gak belanja online?"
Alih-alih menjawab, kurir itu malah menyerahkan paket yang mau tidak mau harus diterima oleh Chaeyoung lalu pergi tanpa mengucap sepatah kata lagi.
"Loh, kok? Saya gak disuruh tanda tangan? Mas gak mau tanda tangan saya? Mas?!"
Merasa tidak digubris, Chaeyoung angkat bahu acuh, tidak menanda tangani bukti penerima tidak akan membuat si kurir dipecat, kan? Toh, itu bukan kesalahannya.
Chaeyoung beberapa kali membolak-balikan paket untuk mencari data si pengirim, tapi hasilnya nihil, tidak ada informasi apapun.
Ini benar-benar aneh, misterius.
Tapi karena terlalu penasaran, Chaeyoung lebih memilih langsung membuka paketnya tanpa curiga sama sekali. Gadis itu terlalu excited, berharap itu album biasnya atau sejumlah uang, mungkin?"Ini doang? Foto gue waktu kecil? Kak Naeun niat amat isengin Adeknya." Chaeyoung merengut. Realita memang tak seindah ekspetasi. "Eh, ada suratnya."
「i miss you my baby tiger:) do you miss me like i miss you?
-LDM」Kepala Chaeyoung mendadak pening. Maksud kiriman tadi apa? Siapa LDM?
🍓🍓
Chaeyoung tengah berada di halte sekarang, menunggu angkot. Kebiasaan kalau sudah pusing, gadis itu pasti main ke rumah Tzuyu.
Tadi ia sudah menanyakan keberadaan gadis jangkung itu, dan untungnya Tzuyu sudah pulang ke rumah. Jika masih ada di salon, teman-temannya itu pasti memaksa Chaeyoung untuk melakukan treatment juga. Sudah dibilang, kan, Chaeyoung itu paling malas berhubungan dengan yang namanya salon kecuali saat akan memotong rambut.
Motor CBR berwarna hitam berhenti tepat di depan Chaeyoung. Membuat gadis itu berniat menjauh. Namun sebelum sempat Chaeyoung melangkah, orang itu menahan tangan Chaeyoung tanpa berkata apa-apa.
"Mas jangan macem macem, ya! Saya teriak, nih!" ancam Chaeyoung menodongkan payung yang ia bawa.
Terkekeh geli, si pengendara itu lalu membuka helmnya, "Ini gue."
"Kak Eunwoo? Kok lo muncul mulu, sih, heran." keluh Chaeyoung memutar bola matanya bosan.
"Kebetulan lewat, ini kan jalan umum."
Enggan berdebat lebih jauh lagi, Chaeyoung mengangguk paham.
"Mau kemana?"
"Rumah Tzuyu."
"Nih." Eunwoo memberikan helm, "Gue anterin."
Chaeyoung mengangkat sebelah alis, sedikit bingung namun tetap memakai helmnya. Gadis berambut coklat panjang itu tidak mungkin menolak jika ditawarkan tebengan. Chaeyoung, kan, penyuka gratisan. Lagipula Eunwoo tidak mungkin macam-macam, kan?
Sepanjang perjalanan diisi oleh suara angin. Chaeyoung duduk tenang, ogah mengajak Eunwoo bicara meski laki-laki mengendarai motornya dengan kecepatan sedang.
Tunggu sebentar, kenapa Eunwoo mengambil jalan kanan? Rumah Tzuyu, kan, lewat jalan kiri?
"Loh, loh! Ini bukan arah jalan ke rumah, Tzuyu! Kalo gak tau bilang dari awal, dong!" pekik Chaeyoung kesal.
"Gue bilang mau nganterin, tapi gue gak bilang mau anter lo ke rumah Tzuyu, tuh." balas Eunwoo santai lalu menambah laju kecepatannya hingga membuat Chaeyoung refleks memeluk pinggangnya dengan segala sumpah serapah.
Cha gila Eunwoo itu memang selalu cari masalah!
🍓🍓
"Ngapain kesini, sih? Di sini, kan, sepi!" protes Chaeyoung saat Eunwoo memarkirkan motornya di taman yang bisa dibilang sudah ditinggal oleh pengunjung karena keadaan yang sedikit kurang terawat. Matanya memicing, menatap curiga pada laki-laki di depannya, "Mau mesumin gue, ya, lo? Ngaku!"
"Gue gak selera sama papan penggilesan."
Kurang ajar! Bukannya meminta maaf karena sudah menghina, Eunwoo malah menarik tangan Chaeyoung ke arah rumput yang dipenuhi oleh berbagai macam bunga.
Chaeyoung jadi heran, kenapa taman sebagus ini tidak ada peminatnya?
"Duduk." perintah Eunwoo, Chaeyoung memilih untuk patuh, "Gue capek."
Eunwoo membaringkan diri dengan meletakkan kepalanya di atas paha Chaeyoung, yang otomatis membuat Chaeyoung menatap heran ke arah pemuda tampan tersebut, apalagi sekarang Eunwoo menggenggam tangan Chaeyoung lalu mengecup punggung tangan sang gadis berkali-kali.
"Lo ngapain, sih, Kak?"
"Sebentar aja... Gue mohon..." pinta Eunwoo memejamkan matanya.
Okay, sekarang salahkan tangan Chaeyoung yang refleks mengelus rambut Eunwoo, kebiasaan sejak dulu jika ada yang berbaring di dekatnya.
"Makasih." Kedua sudut bibir Eunwoo terangkat, membentuk senyuman manis.
"Buat?" Chaeyoung menatap bingung. Alih-alih menjawab, Eunwoo malah melingkarkan tangannya di pinggang Chaeyoung dengan erat.
Terkejut? Pasti.
Chaeyoung tidak terlalu suka skinship sekalipun itu dengan Changbin atau orang terdekatnya, tapi kenapa saat Eunwoo memeluknya seperti ini- Chaeyoung malah merasa nyaman?
KAMU SEDANG MEMBACA
GEHEIMNIS; [Son Chaeyoung X Cha Eunwoo] √
FanfictionSejauh apapun kamu pergi, jika Tuhan mengizinkan kita untuk bersama, maka aku percaya kamu akan kembali. ©meyuuli, 2018