17/07/2018
MAUDYA CELLA
•
•
•
•
Kini aku sedang duduk dicafe Y sambil menunggu orang yang baru beberapa menit aku ajak bertemu. Hanya dia saja yang tahu jawabannya. Perempuan yang mengirimkan sebuah foto yang berhasil membuat aku pusing.
Sebenarnya hal itu sepele. Hanya foto Anita dan kemungkinan foto Almarhum ibu Anita,tapi yang membuat aku penasaran adalah kenapa foto itu ada ditangan perempuan ular tersebut.
Sempat aku berfikir Ayah yang memberikannya, tapi untuk apa Ayah memberikan foto masa kecil Anita pada perempuan itu? Apa benar dugaanku kalau dia saudaranya Ibunya Anita? Lalu kalau begitu kenapa Ayah selingkuh sama perempuan itu kalau Ayah tahu perempuan itu saudara Ibunya Anita.
"Apa kamu sudah menunggu cukup lama anak kecil?" Tanyanya dan aku hanya menatap perempuan yang baru saja mengeluarkan suaranya yang berhasil membuatku langsung merubah moodku menjadi sangat tidak nyaman.
"_"
"Kenapa tidak menjawab?" Tanyanya lagi.
"Tidak terlalu lama." Jawabku singkat. Aku tidak terlalu ingin lama lama berada didekatnya, setelah aku mendapatkan jawabannya maka semuanya akan selesai.
Aku tidak akan ingin bertemu dengannya apalagi berurusan lagi dengan perempuan didepanku setelah ini.
"Aku langusng keintinya saja. Kenapa Anda kirimkan foto masa kecil Anita? Siapa perempuan yang menggendong Anita?" Tanyaku to the point tanpa mau mengulur waktu lebih lama lagi untuk duduk dihadapannya.
"Kamu sangat tidak sabaran yah? Yang sabar sayang, pantasan suami kamu memilih selingkuh sama Anita. Habisnya kamu orangnya tidak sabaran banget sih." Ucapnnya yang membuatku menjadi lebih kesal dari sebelumnya.
Aku tahu tidak akan mudah menemukan maksud dari perempuan itu mengirim foto tersebut, butuh perjuangan yang harus aku lakukan yaitu kesarabaran. Aku membutuhkan itu.
"Terserah Anda mau ngomong apapun, disini saya tidak ingin membahas apapun tentang hubungan rumah tangga saya." Ucapku sambil menatap perempuan itu.
"_"
"Cukup beri tahu saya kenapa foto itu ada ditangan Anda? Apa Anda saudaranya Ibunya Anita?"
Dia tertawa pelan, sebelum mendekatkan wajahnya pada posisiku. Dia menatapku dengan tatapan meremehkan, aku tahu tatapan itu. Tatapan yang ia berikan saat Bunda angkat kaki dari rumah dan tatapan itu juga yang ia berikan saat Hak Asuh didapatkan oleh Ayah.
Perempuan yang tidak memiliki hati, perempuan ular, perempuan iblis, perempuan yang seperti dia harusnya ku belikan kaca agar dia bisa mengaca betapa kejamnya dirinya terhadap Bundaku.
"Apa kamu sangat ingin tahu? Apa kamu tidak pernah berfikir apa maksud tujuanku mengirim foto itu. Apa kamu juga tidak penasaran kenapa aku memberitahu kalau suami kamu selingkuh?"
Suaranya saat begitu enteng ditelingaku. Suara halus, senyum sinis, begitu juga tawa diahkir ucapannya.
"Aku sangat penasaran. Apa maksud tujuan Anda? Apa Anda sengaja melakukan ini? Apa Anda ingin menghancurkan semua keluarga saja? Pertama Bunda saya dan sekarang apa Anda ingin menghancurkan pernikahan saya?" Tanyaku dengan suara yang menahan amarah, aku tidak ingin keluar dari kendaliku.
Dia kembali tertawa. Perempuan lima puluh tahun ini sangat tidak tahu malu.
"Kamu sangat benar sayang. Kehancuran keluarga kamu aku sangat menginginkannya. Kehancuran Keluarga Ayah kamu, Bunda kamu begitu juga Kamu atau mungkin aku juga ingin menghancurkan kehidupan kedua anak kamu! Kehancuran kalian adalah hal yang terindah bagi hidupku."
KAMU SEDANG MEMBACA
TIME (END)
ChickLitAku melangkah cukup lama dengan masa lalu yang kelam, aku sudah lelah berjalan di kegelapan dan kini apa aku harus kembali pada masa itu lagi? Bagaimana bisa? Bagaimana bisa pria yang aku cintai membuat aku terluka? Pria yang datang dengan senyum s...