50 || END

201K 3.8K 207
                                    

16/10/2018

AUTHOR

"MA!" Teriakan serta hentakan sepatu dengan lantai terdengar sangat nyaring dipenjuru rumah.

"Renna jangan lari nanti kamu jatuh, adek!" Teriakan yang tidak kalah nyaring juga terdengar dipenjuru rumah.

"Ma_"

"Renna sudah dib_"

Keduanya menghentikan ucapannya, begitu juga hentakan sepatunya. Rumah itu tiba tiba menjadi sepi karna keduanya tiba tiba bungkam dengan tatapan yang membulat. Mereka terkejut bukan karna sosok Maudya yang mereka lihat, tapi sosok lain. Sosok yang diam diam mereka rindukan, sosok yang pura pura mereka lupakan demi membuat sosok lainnya bahagia.

"Pah,," Renna meneteskan air matanya, rasa rindunya sangat nampak diwajahnya.

"Sayang." Gilang_pria itu berjalan mendekat pada sang putri sebelum membawa Renna kedalam gendongannya.

"Renna kangen." Satu kalimat dengan dua kata yang membuat Gilang meteskan air matanya.

Selama ini ia kira hanya dirinya saja yang terluka, hanya dirinya yang berusaha menahan rasa rindunya, tapi ternyata semuanya sama sama terluka. Semuanya menyimpan rasa rindu dengan cara yang berbeda dan pada ahkirnya semuanya merasakan luka yang begitu dalam.

"Maafkan papa sayang, maaf papa baru datang." Ucap Gilang lembut.

"Renna sangat merindukan papa, Renna selalu berharap agar papa datang."

Dari jauh Maudya melihat dengan senyum yang mengambang diwajahnya, senyuman bahagia yang untuk pertama kalinya kembali terbit setelah lama senyum itu terbenam dengan kesedihannya.

"Rendy?" Panggil Gilang lembut saat melihat putra sulungnya yang hanya diam menatap interaksi Gilang dengan Renna.

"Dimana mama?" Tanya Rendy bukannya menjawab panggilan Gilang.

"Saya_"

"Kalau papa hanya menyakiti mama lagi maka lebih baik papa pergi sekarang. Rendy tidak mau mama kembali sedih sa_" Ucapan Rendy berhasil menyentil hati Gilang.

Gilang menurunkan Renna dari gendongannya sebelum berjalan kearah Rendy dan mensejajarkan tinggi mereka.

"Apa kamu tidak merindukan papa?" Tanya Gilang lembut.

"_" Rendy hanya diam tanpa ada tanda untuk menanggapi ucapan Gilang.

"Papa tahu kamu pasti marah sama papa, papa tahu pasti papa sangat mengecawakan kamu. Papa membuat kamu, adik kamu dan juga mama kamu terluka. Kamu pasti membenci papa? Papa gak akan marah, apalagi kecewa. Kamu berhak membenci papa, pa_"

"Tidak." Jawab Rendy cepat dan membuat Gilang diam mencerna kata 'Tidak' yang keluar dari mulut Rendy.

"_"

"Rendy tidak pernah membenci papa, Rendy hanya tidak mau mama sedih. Rendy tidak ingin mama menangis lagi. Rendy sayang sama papa, tapi Rendy tidak bisa membuat mama sedih. Rendy selalu berharap papa datang, Rendy iri sama teman teman Rendy yang diantar papanya, Rendy ingin jalan jalan bareng papa, tapi Rendy gak bisa egois. Rendy tidak bisa bilang sama mama karna takut mama akan sedih." Ungkapan perasaan Rendy terdalam sukses membuat Gilang maupun Maudya terdiam.

Gilang terdiam karna membuat anaknya merasakan sesuatu yang seharusnya tidak perlu anaknya rasakan, sedangkan Muadya terdiam karna membuat anaknya harus menahan segala rasa hanya demi dirinya.

TIME (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang