23/07/2018
GILANG PRATAMA
•
•
•
•
"Apa kamu baik baik saja?"
"Apa lebih baik kita pulang saja kerumah?"
"Aku takut besok papa akan marah lagi sama kamu?"
"Lebih baik kita pulang Lang."
Ucapnya dengan khawatir yang diutarakan oleh Dya membuatku tersenyum. Aku seperti tidak merasakan rasa sakit di wajahku. Rasa khawatirnya mengisis pikiranku, betapa beruntungnya aku memiliki istri seperti Dya dan aku harap anak anakku akan tumbuh dengan sifat dan sikap yang dimiliki Dya bukan sifat dan sikapku.
"Lang aku rasa pukulan papa sangat kuat yah?" Tanyanya sambil terus mengompres wajahku yang masih merah dengan handuk yang dibasahkan dengan air dingin.
"Tidak, pukulan Papa biasa saja. Memang kenapa? Apa wajahku berubah menjadi biru?" Tanyaku pada Maudya dan Maudya menjawab dengan gelengan kepala yang pelan.
"_"
"Lalu kenapa?" Tanyaku lagi.
"Aku rasa pukulan Papa sangat kuat deh Lang. Buktinya kamu dari tadi senyum senyum. Aku tanya kamu hanya diam sambil tersenyum. Kamu aneh banget Lang, aku rasa otak kamu tergeser deh." Jawaban Dya membuat aku tertawa dengan suara yang tidak bisa kubilang pelan.
"_"
"Tuh kan? Sekarang kamu tertawa. Aku rasa kita perlu kerumah sakit deh sekarang. Kita periksa kepala kamu. Aku tidak ingin punya suami yang aneh, apalagi kalau anak anak aku punya papa yang suka senyum sendiri sendiri kaya kamu."
Kini aku tidak bisa menahan tawaku. Jujur ini bukanlah hal yang bisa dibilang lucu, tapi reaksi wajah Dya yang buat aku tertawa.
Ekspresi lugu Dya yang dilengkapai dengan mata yang melebar, beserta suaranya berhasil membuat aku merasa Dya hanya ingin membuat aku tersenyum.
"Yah enggaklah Dya. Hanya karna pukulan Papa gak akan buat aku menjadi bodoh Sayang." Ucapku menekan kata sayang.
Dia tersenyum sebelum meletakan handuk yang ada ditangannya didalam wadah yang berisi air dingin. Dia menatapku kembali dan meletakan tangannya diatas kedua tanganku.
"Hem_Aku senang kamu tertawa Lang. Aku kira kamu ada apa apa, habis kamu diam saat Papa marahin kamu. Kamu diam kaya bukan diri kamu Lang." Ucap Dya dengan tatapan yang berubah menjadi lebih lembut, mata yang berganti menjadi tatapan yang membuat aku merasa disayangi olehnya.
"Aku hanya terkejut Dya. Ini pertama kali Papa marah sama aku, aku tidak pernah bayangkan kalau saat ini adalah saat yang paling membuat aku terdiam dengan pikiran yang kosong. Tapi aku juga bersyukur Papa dan Mama sudah tahu masalah ini. Jadi tidak ada yang perlu kita sembunyikan lagi pada mereka." Ucapku dan Dya menggukan kepalanya.
"Kamu dan aku hanya tinggal membalikan semuanya seperti awal, dengan usaha yang harus lebih lagi. Aku tahu Mama sama Papa hanya merasa kecewa. Kamu anak satu satunya dikeluarga ini, kamu sudah biasa membuat mereka bangga tapi kini mereka malah mendengar sesuatu yang buat mereka kecewa. Itu wajah Lang, jadi jangan terlalu kamu pikirkan." Ucap Dya.
Jujur aku merasa Dya lebih dewasa dari pada aku. Aku sadar mungkin dari semua pengalamannya begitu juga perjalan hidupnya yang bisa aku bilang sangat sulit untuk dilewati berhasil membuatnya tumbuh menjadi perempuan yang memiliki segalanya.
Maudya adalah perempuan yang sangat baik, Dia memiliki hati yang tulus. Maudya juga memiliki sikap yanh bisa aku bilang sangat dewasa dari pada diriku.

KAMU SEDANG MEMBACA
TIME (END)
ChickLitAku melangkah cukup lama dengan masa lalu yang kelam, aku sudah lelah berjalan di kegelapan dan kini apa aku harus kembali pada masa itu lagi? Bagaimana bisa? Bagaimana bisa pria yang aku cintai membuat aku terluka? Pria yang datang dengan senyum s...