19/07/2018
MAUDYA CELLA
•
•
•
•
"Dya?"
"Hem?"
"Ayah udah nunggu kamu dibawa dari satu jam yang lalu Dya." Ucap Gilang setelah masuk kedalam kamar kami beberapa menit yang lalu.
"Lalu kenapa? Aku belum bisa Lang, aku belum bisa liat wajah Ayah. Perasaanku masih kacau karna ucapan Ayah." lirihku pelan dengan sekilas melihat kearah Gilang sebelum kembali mengalihkan tatapanku darinya.
Aku melihat Gilang didepan pintu kamar kami. Aku membetulkan posisiku yang awalnya berbaring, kini menjadi posisi duduk diatas kasur sedangkan Gilang menatapku dan beberapa detik kemudian aku melihatnya menutup pintu kamar kami dan berjalan kearahku.
Gilang duduk dipinggiran kasur sambil menatapku yang juga sedang menatapnya.
"Temui Ayah dulu Dy. Kamu perlu dengar penjelasan dari Ayah." Ucap Gilang saat sudah duduk dihadapanku.
"Aku belum bisa Lang. Aku memang bilang sama kamu kalau aku butuh penjelasan dari Ayah, tapi aku rasa bukan sekarang waktu yang tepat. Aku masih berusaha menenangkan diriku sendiri Lang." Ucapku.
Jujur sebenarnya aku belum bisa bertemu dengan Ayah karna aku takut dengan apa yang akan Ayah katakan. Aku takut mendengar kejujuran yang bisa saja malah membuat aku semakin sulit memaafkan Ayah. Aku takut kalau pada ahkirnya aku akan membenci Ayah dengan alasan yang tidak pernah terlintas sedikitpun di pikiranku. Aku memang empat bicara dengan Ayah kemarin, tapi bukan berarti aku memaafkannya.
Aku melakukannya hanya karena tata krama dan rasa bersalah kalau aku pergi tanpa mengucapkan sepata kata pun, Bunda selalu bilang hormati orang yang lebih dewasa. Aku ingin Ayah melihay walaupun aku hidup bersama Bunda sebentar tapi ajarannya tetap ku ingat sampai sekarang.
"Dya. Kamu harus bertemu Ayah sekarang, selesaikan semuanya baik baik. Minta penjelasan dari Ayah, tanya pada Ayah apa yang terjadi. Setelah itu aku serahkan semuanya di tangan kamu Dya."
"Tapi aku_"
"Aku akan selalu bersama kamu. Apapun yang akan kamu putuskan. Apapun yang kamu pilih aku akan mendukung kamu Dya. Sekarang rapikan dirimu, aku akan menunggu kamu di bawah."
"Baiklah."
Kini aku menyerah, karna pada dasarnya aku juga ingin mengetahui semuanya dari versi Ayah. Aku bukan orang yang hanya mendengar dari satu versi, apalagi versi dari orang yang aku benci.
aku bangkit dari posisi tidurku dan berjalan ke arah kamar mandi. Mencuci mukaku yang terlihat kusam sekali. Aku menatap kaca didepanku dengan muka yang masih basah, ku ambil handuk putih bersih yang tergantung di dekat kaca dan memakainya untuk menglap mukaku yang masih basah.
Aku meletakan handuk tersebut ditempatnya kembali, sebelum ahkirnya berjalan menuju pintu keluar kamarku. Aku berjalan menuruni setiap anak tangga, hingga ahkirnya aku dapat melihat wajah Gilang yang tersenyum padaku dan tubuh Ayah yang membelakangi aku.
Aku berjalan ke arah Gilang. Duduk tepat disampingnya dan menatap Ayah. Aku bersyukur anak anak ku ada di rumah orang tua Gilang sekarang.
"Aku akan beri kalian waktu sekarang. Jika ada apa apa panggil aku, aku ada di sana." Ucap Gilang sambil menunjuk pintu kaca menuju area taman out door.
"Baiklah." Ucapku.
Aku melihat Gilang berdiri dari posisinya, tersenyum pada Ayah dan berjalan meninggalkan kami menuju pintu taman. Pintu itu telah tertutup, tapi aku masih bisa melihat Gilang yang duduk di kursi sambil menatapku. Aku tahu Gilang seberusaha mungkin agar aku masih bisa melihat dirinya, tapi tetap memberikan aku waktu untuk bicara dengan Ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIME (END)
Chick-LitAku melangkah cukup lama dengan masa lalu yang kelam, aku sudah lelah berjalan di kegelapan dan kini apa aku harus kembali pada masa itu lagi? Bagaimana bisa? Bagaimana bisa pria yang aku cintai membuat aku terluka? Pria yang datang dengan senyum s...