24/06/2018
MAUDYA CELLA
•
•
•
•
Setelah kepergian Gilang, aku memutuskan untuk mencari kesibukan lain mengingat Ayah ataupun seketarisnya tidak memberikan aku arahan untuk mewakili Ayahku. Pilihanku jatuh untuk merapikan rumah yang bisa dibilang cukup berantankan.
Jangan melupakan fakta, rumah yang kutempati ada dua kurcaci yang siap selalu meninggalkan jejak disetiap sudut rumah yang sudah dirapikan berulang kali.
"Rendy, Renna tolong rapikan mainan kalian, ayo! Kasian bu Mira." Ucapku saat melihat kedua anakku yang sudah siap meninggalkan posisi awalnya diruang tamu yang sudah berantakan dengan berbagai mainan yang sudah berserakkan.
"Renna gak mau." Ucapnya dengan sambil menggelengkan kepala dengan tangan yang dilipat di depan dadanya.
Aku menarik bibirku, anak perempuanku sangat menggemaskan. Aku berjalan kearahnya, mensejajarkan tinggiku dengan tingginya. Mengelus pelan kepalanya, "Kenapa gak mau? Liat tuh bang Rendy." Ucapku yang membuat Renna melirik kearah Rendy.
"Abang kamu aja langsung merapikan mainannya, masa Renna tidak mau ikut bantu?" Tanyaku lagi saat Renna tidak kunjung berbicara.
Tidak lama Renna berjalan menjauh dari hadapanku dan ikut bersama Rendy merapikan mainan yang ada diruang tamu tanpa mengucapkan sepatah katapun. Lagi-lagi aku hanya bisa tersenyum menghadapi tingkah putriku. Putri yang berhasil membuat aku selalu harus sabar.
Aku bangkit dari posisiku yang sebelumnya, meninggalakan kedua anakku yang sedang merapikan mainannya. Menggapai tas yang sebelumnya kuletakan tidak jauh dari posisiku. Bejalan kearah pintu keluar untuk menemui bu Mira yang kemungkinan sedang menyiram tanaman.
"Mbak Dya, jadi mau belanja?"
"Jadi Bu, ini mau pergi. Dya titip anak-anak ya." Ucapku menjawab pertanyaan bu Mira yang sedang menyiram tanaman.
"Ia, hati hati dijalan." Ucap bu Mira dan kujawab dengan senyuman. "Dya pamit, Bu." Ucapku dan dianggukan bu Mira.
Aku berjalan menuju mobil berwarna hitam yang sudah terpakir dengan manis didepan rumah, berhubung kedua anakku tidak mau ikut. Aku belanja kali ini akan berahkir dengan cepat. Aku bergegas masuk ke dalam mobil dan menjalankan mobilku dengan kecepatan sedang. Pusat perbelanjaan tidak jauh dari rumahku, hanya lima belas menit saja.
Setelah sampai aku segera memakirkan mobilku, keluar dari mobil dan masuk ke dalam pusat perbelanjaan. Aku mengambil troli yang disusun rapi di depan gedung pusat perbelanjaan. Seperti biasa aku mengambil barang-barang yang diperlukan, dengan kualitas bagus dan harga yang juga bersahabat.
Kalian pasti tahu donk jiwa ibu-ibu rumah tangga barang bagus dan memiliki kualitas yang bagus. Aku sama seperti perempuan perempuan biasa yang sudah menikah, mengontrol pengeluaran rumah tangga adalah tanggung jawabku.
"Mbak?" Panggilan dari suara yang lembut membuatku mencari asal suara tersebut.
"Anita?" Ucapku tanpa sadar langsung menyebutkan nama perempuan yang sedang tersenyun padaku.
"Apa kabar Mbak?" Tanyanya sambil menghampiri diriku.
"Baik An, kamu kemana saja Mbak jarang sekali liat kamu." Jawabku sebelum membawanya ke dalam pelukan.
Dia sepupuku, sepupu yang cukup dekat denganku karna kami hanya berbeda beberapa bulan dan dia satu-satunya sepupu perempuanku. Jadi tidak ada alasan untuk kami tidak dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIME (END)
ChickLitAku melangkah cukup lama dengan masa lalu yang kelam, aku sudah lelah berjalan di kegelapan dan kini apa aku harus kembali pada masa itu lagi? Bagaimana bisa? Bagaimana bisa pria yang aku cintai membuat aku terluka? Pria yang datang dengan senyum s...