12/09/2018
AUTHOR
•
•
•
•
Maudya baru saja kembali membuka matanya. Maudya terdiam sambil melihat jendela kaca yang menampakan langit yang sangat mendung. Seakan tahu apa yang terjadi pada Maudya, Langit pun ikut merasakan hal yang Maudya rasakan.
Saat Maudya bangun tidak ada siapapun didalam kamarnya. Semuanya kosong, tidak ada suara sama sekali sejak Maudya bangun 20 menit yang lalu.
"Kenapa?"
Air mata Maudya kembali jatuh. Lagi dan Lagi Maudya harus menangis. Air mata yang tidak bisa Maudya sembunyikan, air mata yang menampakan kerapuhan seoarang Maudya.
"Kenapa semuanya selalu seperti ini? Kenapa?" Lirih Maudya dalam tangisannya.
Maudya memukul pelan dadanya. Maudya merasakan sesak, Maudya ingin menghilangkannya namun tidak bisa. Maudya merasakan sangat sesak kini.
"Aku bahkan belum melihatnya. Aku bahkan be_" Maudya menghentikan kalimatnya.
Rasa sesak itu semakin membuat Maudya susah bernafas, rasa sedih itu membuat Maudya tidak bisa menghentikan air matanya, rasa bersalahnya tidak bisa menghentikan semua perasaannya. Kini Maudya telah hancur. Hidupnya telah berubah 180 derajat seperti sebelumnya.
Semuanya terlalu cepat untuk berubah. Semuanya terlalu menyakiti hati dan juga perasaannya.
"AH!?"
Brak
Maudya melempar vas bunga transparan yang berisi bunga lily kesembarang arah. Vas bunga itu hancur sama seperti kehidupan Maudya.
Maudya perlu melampiaskan semuanya.
"Ah_Ah,," Maudya teriak dengan kencang dengan meletakan tangannya dikepalanya seakan manahan rasa sakit dikelapanya.
"KENAPA!"
Kini Maudya sudah sampai dibatasnya. Maudya membuang bantal kepalanya kesembarang arah, selimut sudah jatuh dilantai, gelas, begitu juga beberapa obat miliknya.
"Kenapa aku harus mengalami ini semua? KENAPA!"
Brak
"DYA?"
Suara pintu disertai dengan suara pria yang sangat khawatir terdengar sangat jelas ditelinga Maudya, tapi tidak bisa menghentikan rasa sakitnya. Maudya malah merasakan rasa sakit yang lebih dari yang Maudya rasakan beberapa menit yang lalu.
Suara itu. Tatapan itu. Ekspresi itu. Maudya membencinya saat ini.
"Dy?" Panggil pria itu.
"Berhenti Lang!"
Perintah Maudya berhasil menghentikan langkah Gilang. Maudya sudah tahu semuanya sejak semalam. Ia tahu apa yang terjadi pada dirinya, anaknya, begitu juga dengan sang penabrak. Anita.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIME (END)
ChickLitAku melangkah cukup lama dengan masa lalu yang kelam, aku sudah lelah berjalan di kegelapan dan kini apa aku harus kembali pada masa itu lagi? Bagaimana bisa? Bagaimana bisa pria yang aku cintai membuat aku terluka? Pria yang datang dengan senyum s...