14/07/2018
MAUDYA CELLA
•
•
•
•
Perasaanku sangat tidak tenang. Aku tidak bisa tidak memikirkan kedua anakku. Hari ini, tadi setelah aku dan Gilang jalan jalan ditaman, tiba tiba Gilang mendapat telpon dari Papa, Mama (mertuaku) memberitahu kalau Rendy dan Renna sakit bersamaan.
Tentu kami berdua langsung sibuk. Gilang menelpon seketarisnya untuk mencari tiket sekarang, sedangkang aku sedang sibuk mengemasi barang barang kami dan untungnya kami dapat tiket hari ini juga walaupun penerbangan terahkir.
"Tenanglah mereka akan baik baik saja. Jangan khawatir mama sama papa sudah bilang kalau mereka hanya deman." Ucap Gilang dengan lembut dan aku hanya mengaggukan kepalaku.
Bukan masalah deman yang aku khawatir tapi Rendy dan Renna jarang sekali terkena penyakit ringan seperti ini dan sekarang untuk pertama kalinya mereka sakit tanpa aku disana.
Aku selalu merasakan sakit tanpa ada bunda disisiku dulu, aku tidak ingin Rendy dan Rennna merasakan sedikitpun hal yang kurasakan.
"Dya, istirahatlah sebentar. Masih butuh satu jam untuk sampai di Jakarta, lebih baik kamu istirahat agar lebih fress saat bertemu dengan Rendy dan Renna." Ucap Gilang lagi dan aku tahu dia juga khawatir namun dia menutupinya.
Saat dia mendengar Rendy dan Renna sakit dia seperti pria gila yang lari dari taman sambil menelpon seketarisnya untuk mendapatkan tiket pesawat hari ini, bahkan Gilang mengancam akan memecat seketarisnya kalau dia tidak bisa mendapatkan tiket pesawat hari ini juga.
"Aku baik baik saja." Jawabku sebelum menatap jendela kecil disampingku.
"Jangan khawatir mama sama papa sudah memanggilkan dokter untuk mereka." Ucapnya lagi dan aku hanya diam.
Aku dapat merasakan kalau tangannya kini mengelus kepala belakangku dengan lembut.
"Tenanglah." Ucapnya lagi.
Aku menghembuskan nafasku dengan kasar. Aku selalu bertanya kapan pesawat ini mendarat, kapan aku bisa berada dirumah, kapan aku bisa bertemu dengan anak anakku dan kini semuanya terjawab aku telah sampai dirumah mertuaku.
"Kalian sudah sampai? Maaf mama tadi khawatir jadi langsung telpon kalian dan ternyata mereka hanya demam biasa." Ucap Mama mertuaku dengan lembut setelah memelukku menyambut kedatanganku.
"Tidak pa-pa Ma. Lagian Dya sama Gilang juga tidak akan tenang kalau meninggalkan mereka berdua dalam keadaan sakit." Ucapku dan beliau mengaggukan kepalanya.
"Naiklah keatas sayang. Rendy sama Renna sudah tidur, jadi mama sarankan jangan terlalu ribut. Mereka sangat susah tidur tadi." Ucap Mama mertuaku dan kuanggukan.
"Kalau begitu kami keatas Ma, Pa." Pamit Gilang yang berada dibelakangku.
"Istirahatlah, Papa yakin kalian pasti tadi sangat shock karna mendengar Rendy sama Renna sakit." Ucap Papa mertuaku pada Gilang.
"Baik Pa." Jawab Gilang.
Gilang menggengam tanganku dan membawaku keatas tanpa melepaskan tanganku dengan koper yang dibawa salah satu pekerja dirumah mertuaku.
"Terimakasih Pak." Ucap Gilang saat kami sudah berada didepan kamar Rendy dan Renna.
"Sama sama Den. Kalau begitu selamat malam Den, Non." Ucapnya pamit pada kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIME (END)
Chick-LitAku melangkah cukup lama dengan masa lalu yang kelam, aku sudah lelah berjalan di kegelapan dan kini apa aku harus kembali pada masa itu lagi? Bagaimana bisa? Bagaimana bisa pria yang aku cintai membuat aku terluka? Pria yang datang dengan senyum s...