Wasiat Malam

78 10 6
                                    

(00.23Wib)

Kau lihat langit,
guratan pekat dalam kawanan bintang yang segan.
Menatapku kosong dalam lamunan.
Ada yang hendak disampaikan.
Aku enggan berbincang pada apa-apa yang kau sebut kenangan.

Kau pikir altokumulus,
kita sepasang bola mata yang terhunus.
Dari awan gelap buah hati para mentari.
Kita adalah air yang mengakhiri mendung pada penghujung hari.

Luas langit adalah gulungan dari kisah yang punah.
Kau ada dalam tiap-tiap sudut cerita.
Juga pada bagian akhir yang menjadikan kita tiada.
Tanpa jejak ataupun kata-kata sampai jumpa.

Atau apa lagi yang mau dikata.
Bicara ke hati pada pikiran yang sudah janggal.
Bukan pilihan dari ucapan sesal yang pernah kutinggal.
Kala itu kita adalah wasiat, dari kisah yang kini meriwayat.
Lalu meninggal.

Pbg-22-07-2018

Selarung RenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang