(19.54Wib)
Engkau berada di seantero puisi ini.
Sebagai angin yang enggan berkawan di cakrawala.
Sebagai udara yang menolak dihirup manusia.
Atau langit malam yang bermusuhan dengan sekawanan bintang di angkasa.Engkau adalah samudera.
Yang berharap tidak ada dentuman menghujam di dadamu dan mematikan semua nyawa.
Engkau lebih dari apa yang dibuat semesta.
Dari saripati rasa juga sperma yang merindukan vagina.Menemukanmu dimana-mana.
Di rumah tua dan jalanan sepi.
Kau lampu temaram yang dipukuli pencuri.
Di sekolah lama dan gedung tinggi.
Kau tangga licin yang menolak untuk dinaiki.Engkau penguasa di pikiran-pikiran janggal.
Sebagai pemerintah dari semua jiwa yang kautinggal.
Semuanya adalah engkau.
Tidak ada engkau adalah tidak ada hidup.
Di seantero puisi ini.
Kau adalah kata-kata yang menolak dirangkai.
Sebelum aku mati dan meninggalkan tulisan ini.Pbg-13-08-2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Selarung Renjana
PoesíaCinta adalah rangkaian proses menuju duka. Jika kau bahagia, maka kau belum menemui ujungnya. Ujung cinta adalah duka. Berpisah atau meninggal. -Ikrom Rifa'i