(19.40Wib)
Menyeduh puisi dari kopi.
Tidak ada gula.
Air mendidih memudarkan panasnya.
Kepulan asap mengembun jadi sepasang kata-kata yang menolak dicampur rasa.
Kuhirup sebelum ada yang enggan membacanya.Membawanya ke teras.
Seorang wanita bertamu tanpa membawa senyum di wajahnya.
Aroma arabika dan kegairahan mata untuk melihat sekujur tubuh intimnya.
Adalah rima di tiap-tiap penghujung kata.Mengaduk rasa dari kahwa.
Tidak ada cinta.
Rindu membeku melampaui ketiadaannya.
Kau penjara dan menjadi musuh yang enggan disiasati para terdakwa.Menyeruput dan pahit terasa di belantara bibir.
Gula adalah pertemuan,kenikmatan, juga candu di sekat-sekat perasaan.
Jika candu ini menghilang.
Aku makin curiga apakah cinta hanya soal mengenang,
atau sekedar perkara yang membuat kita malang?Pbg-14-08-2018

KAMU SEDANG MEMBACA
Selarung Renjana
PoetryCinta adalah rangkaian proses menuju duka. Jika kau bahagia, maka kau belum menemui ujungnya. Ujung cinta adalah duka. Berpisah atau meninggal. -Ikrom Rifa'i