(17.48Wib)
Jendela di sepasang mata sayumu,
seperti menampilkan suatu pertunjukan masa lalu.
Yang lama bersembunyi
dan tersimpan di balik
tirai-tirai senyuman.
Yang tidak lagi berdaya,
untuk sekedar menyapa
pemirsa,
atau membuat gelak tawa.Aku tidak lagi percaya,
panggung sandiwara dalam matamu terlalu mencekam,
untuk membuatku hanya
duduk berdiam, dan melewatkan kemungkinan-kemungkinan.Tapi ketika kesedihan memaksa diriku masuk ke dalam masa kelam yang lama mendiami tubuhmu.
Aku seperti petualang tersesat yang lekang dimakan harapan, kehilangan kompas, dan perlahan memakan tubuhku sendiri.
Ketika kumelihat kau bagai buruan yang keluar dari kawanan dan memilih menyendiri.
Sebelum akhirnya aku tidak pernah menemukanmu kembali.Pbg-25-08-2018

KAMU SEDANG MEMBACA
Selarung Renjana
PoetryCinta adalah rangkaian proses menuju duka. Jika kau bahagia, maka kau belum menemui ujungnya. Ujung cinta adalah duka. Berpisah atau meninggal. -Ikrom Rifa'i