Prolog

10.7K 336 27
                                    

Namaku Moon. Kalau kalian sudah sekolah, kalian pasti tahu apa itu moon bukan? 

Jika jawabanmu adalah Bulan, maka kalian benar. Namaku berarti Bulan yang ada di angkasa.

Aku hanyalah remaja SMA berusia 17 tahun biasa. Aku punya seorang adik perempuan. Umurnya terpaut satu tahun denganku.

Aku sedikit berbeda dengan remaja lain. Rambutku berwarna biru dongker agak kehitaman, dengan iris mata berwarna hitam kelam. Walau agak berbeda dari yang lain, aku menyukainya.

Tetapi, aku mempunyai sebuah rahasia 'kecil'.

Namaku Moon, dan aku bisa menghilang.
.

.

.

.

.

.

.
"Mama lihat kaus kakiku?" Tanyaku pada Mamaku. Mama menoleh kearahku, dahi mengernyit.

"Bukannya ada dilemarimu, Moon?" Tanya Mama padaku balik. Aku menggeleng, belum sempat aku berkata ada suara lain yang menjawab.

"Kakak!!! Kaus kakimu 'nyasar' ke lemari dikamar Ri..." Kata adikku, Riang namanya. Sesuai namanya, dia seringkali mengerjai dan menertawakan orang lain, untuk kesenangannya sendiri.

"Ah, terimakasih Ri..." Kataku saat dia memberikan kaus kaki milikku. Dia terkekeh dan berjalan masuk keruang makan.

"Wah, kayaknya Mama lupa kalau menaruh kaus kaki Moon dilemari Ri..." Kata Mama sambil menepuk jidatnya pelan. Aku terkekeh pelan.

"Ya sudahlah kalau begitu, sana kemeja makan!!! Mama sudah buatkan roti dan selai untuk kalian!" Mama tersenyum, mengusap peluh yang ada dikeningnya. Aku mengangguk untuk menanggapinya.

Aku segera berjalan kemeja makan. Disana, kulihat Ri dan Papa sudah disana. Aku segera menempatkan diri dikursi makan.

"Pagi Moon! Kau dan Ri akan diantar siapa hari ini? Papa atau teman?" Tanya Papa saat aku masih mengunyah roti dan selai. Aku hanya tersenyum.

"Kayaknya sama teman deh, Pa! Soalnya, kemarin Lio dan Hiro bilang mau jemput!" Kata Ri yang sedang memakan rotinya. Aku mengangguk untuk menyetujui Ri.

Mataku melirik kearah jam tanganku. 'Masih lama' batinku.

"Moon, kamu pulang jam berapa hari ini?" Tanya Mama yang sudah kembali dari dapur. Mama duduk di kursi sebelahku.

"Kayaknya jam setengah lima, deh ma... Hari ini ada eskul karate" Jawabku sambil mengunyah roti. Mama mengangguk-angguk, lalu menatapku dengan tatapan tidak suka.

"Harusnya, kau telan dulu rotimu, baru bicara! Bagaimana kalau tersedak?!" Mama menatapku khawatir. Aku hanya mengangguk dan menunjukkan wajah aku-tidak-apa-apa.

Mama menghela nafas panjang. Kulihat Mama kembali fokus bicara dengan Ri dan Papa.

"Kalau Ri, pulang jam berapa?" Tanya Mama pada Ri dengan senyuman lebar. Ri-yang sudah selesai makan-menoleh.

"Ri pulang jam tiga! Tapi, ada 'Pendalaman Materi' buat UN nanti!!! Jadi mungkin nunggu Kak Moon, biar bareng!!!" Ri berkata dengan semangat-gayanya sekali-sambil tertawa. Mama tertawa kecil, begitu pula Papa. Aku hanya melemparkan senyum.

Aku dan Ri memang sangat dekat. Kami sering keluar rumah bersama dan bermain sampai sore. Aku ingat Mama dulu memarahiku dan Ri, karena main terlalu lama. Waktu itu aku dan Ri yang masih kecil, hanya bisa menangis. Sudah sewajarnya 'kan kalau kami dekat? Kami 'kan kakak-beradik.

BUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang