Beberapa detik kami terseret di dalam portal itu, sekarang kami sudah keluar dari portal. Kami muncul dirumahku dan Ri, tepatnya kamarku. Aku terdiam, masih shock dengan apa yang terjadi.
"Kakak!" Seru Ri dihadapanku, wajahnya terlihat serius. "Dimana buku itu?" Tanya Ri padaku. Pikiranku melayang pada buku pemberian Miss Luna, aku ingat menaruhnya diatas kasur.
Aku berlari menuju kasurku, sebuah buku dengan sampul kusam ada disana. Aku menghela nafas lega, ternyata bukunya tidak hilang. Aku membukanya, mengambil pin itu, dan memberikan bukunya pada Ri.
"Kita apakan ya?" Tanya Lio pada Ri dan Hiro. "Tadi Miss cuma bilang: 'Sesuatu yang tidak terlihat bukan berarti tidak ada. Dan sesuatu yang menghilang bukan berarti lenyap" Sahut Hiro.
Ri membuka bukunya, meneliti satu-persatu halamannya. Dia mengoles sesuatu, menggunakan kaca pembesar, dan hal jenius lainnya. Kami bertiga hanya melihat Ri meneliti buku milikku.
"Aku tak tau lagi..." jawab Ri menyerah sambil menutup buku itu. Aku menatapnya tak percaya, dia-sepertinya bisa membaca pikiranku-berkata, "Aku sudah melakukan yang bisa kulakukan kak..." Balas Ri menyerah, walau dengan cengiran diwajahnya.
"Miss bilang, sesuatu yang tidak terlihat bukan berarti tidak ada, dan sesuatu yang hilang bukan berarti lenyap. Begitu? Mungkin Miss menyuruh kita menghilangkan buku ini..." Kata Lio dengan nada bercanda, mungkin ingin mencairkan suasana. Sayangnya, aku sedang tidak mood tertawa.
Ri tiba-tiba seperti mendapatkan ide. Aku menatapnya dengan tatapan 'ada-apa?'. Dia tertawa. Tawa yang sama ketika aku meremehkan, atau tidak percaya padanya.
"Lio benar. Kita harus menghilangkan buku ini. Miss mungkin membuat buku ini menjadi buku klan bulan. Karena itu kita tak bisa menghilangkannya, seperti pasukan orang hitam tadi" Jelas Ri. "Hiro, hilangkan!" Perintahku. Ri menggeleng.
"Tidak kak! Hanya kau yang boleh menghilangkannya. Buku ini milikmu!" Kata Ri sambil tersenyum. Aku menatapnya tak percaya, aku belum pernah menghilangkan benda sebelumnya. Itu terlalu beresiko, bagaimana kalau bukunya tak kembali? Kita tak bisa menyelamatkan Miss Celestia dan Miss Luna.
"Tidak mungkin Ri, aku tidak tau caranya..." Tolakku, Ri menatapku sesaat kemudian tertawa. "Hiro bisa mengajarimu..." Canda Ri sambil menunjuk Hiro. Aku menoleh kearah Hiro, Hiro menunjuk dirinya sendiri.
"Eh? Aku hanya berkonsentrasi dan menegaskan benda untuk menghilang. Itu saja" Kata Hiro dengan enteng. Aku mengernyit, kembali menatap buku kusam pemberian Miss Luna.
'Konsentrasi, kau bisa Moon!!! Demi Miss!' batinku menyemangati diriku. Kemudian, aku menatap buku itu dengan tatapan yakin.
Aku berkonsentrasi penuh, menunjuk buku itu dan berkata: "Hilanglah!!!" Mengejutkan! Buku itu menghilang. Aku menatap Hiro dan yang lainnya dengan cemas.
"Tenanglah kak... Tak perlu setegang itu. Hahaha..." Tawa Ri. Aku memasang wajah marah. Sekarang saatnya serius, bukan main-main.
"Bagaimana kalau buku itu tak kembali?" Tanya Lio tiba-tiba. Tawa Ri berhenti sejenak. "Ya... Hilang. Tak dapat dikembalikan mungkin?" Kata Ri enteng sambil mengangkat bahunya.
"Riang Caesandra Adellina!!!" Bentakku. Aku tidak peduli dengan suaraku, kurasa Mama sedang pergi ke pasar atau toko alat masak dapur.
Plop!
Aku mendengar suara gelembung meletus. Aku berbalik dan melihat buku milikku yang bercahaya dengan sampul bulan sabit. Aku dan yang lainnya tercengang, menatap bukuku yang tampak sangat berbeda dari sebelumnya. Walau, masih berdebu dan digerogoti rayap.
Aku menyentuh buku itu, seketika wajahku mengeluarkan cahaya terang. Seperti bulan purnama yang bercahaya, Ri memandangku antusias.
Aku merasa aneh, tidak terjadi apa-apa. Tidak ada yang muncul, tidak ada yang menghilang tapi, saat aku melihat sekitarku aku terperanjat. Ini... Sudah bukan kamarku.
Lihatlah semua perabotannya! Ini benar-benar berbeda. Aku dan yang lainnya panik, aku menatap pintu.
"Di-dimana kita?" Tanya Hiro pada kami semua, aku menggeleng pelan. Aku takut. Ri tersenyum lebar, ia melakukan tos dengan Lio.
Apa yang mereka rencanakan?!
"Jangan berwajah begitu kak, kita akan-"
Ucapan Ri terpotong dengan suara pintu dibuka, seorang anak lelaki dan wanita muda terlihat. Anak lelaki itu terlihat kaget tapi, wanita itu tidak. Wanita itu terlihat heran, kemudian terlihat memanggil seseorang.
Tak lama, seorang pria paruh baya datang. Pria itu terlihat bingung dengan kedatangan kami yang tiba-tiba.
"Siapa kalian? Apa kalian datang dari klan Bumi?" Tanya pria itu dengan bahasa lain. Aku, Ri, dan Hiro mengerti bahasa lelaki itu, kami semua mengangguk. Kecuali, Lio yang tampak bingung dan kesal.
"Ah... Selamat datang!" Kata wanita itu sambil tersenyum lebar. "Namaku Vey, ini Ilo, dan Ou putraku"
"Kau tidurkan Ou, aku akan membantu mereka. Sama seperti kita membantu anak-anak kemarin" Kata Ilo sambil mengajak kami untuk mengikutinya. Lio yang tidak mengerti, hanya mengikuti kami saja.
"Kenapa... Kalian tidak kaget dengan kedatangan kami?" Tanya Ri dengan bahasa mereka, aku menyikut lengan Ri. Itu tidak sopan!
"Ri!" Tegurku. Ilo hanya tersenyum.
"Kami pernah mendapat tamu seperti kalian. Mereka kira-kira seumuran kalian. Dan salah satunya sangat mirip denganmu..." Kata Ilo sambil menatap Ri. Ri terkejut, ia menunjuk dirinya sendiri.
"Mirip denganku?" Tanya Ri. Ilo mengangguk. Disaat aku dan Ri sedang bingung, Lio menyikut lenganku. Dia berwajah kesal dan kusut, seandainya situasi lebih baik, aku akan menertawainya.
"Mereka bicara apa?" Tanya Lio, Hiro menatap Lio bingung. "Kau tidak mengerti?" Tanya Hiro, Lio mengangguk kesal.
"Silakan duduk dulu, saya ambilkan minuman..." Kata Ilo, kami mengangguk. Aku duduk disofa biasa, sedangkan Ri duduk di sebuah sofa melayang.
"Keren!" Pujiku pada Ri, Ri memasang wajah sombong. "Ini mudah, kak! Kalau kau bisa menaiki sepeda, pasti kau bisa menduduki sofa ini!" Ah, sekarang aku menyesal memuji Ri.
"Kau sudah bisa? Wow, kau persis seperti gabungan Ra dan Ali!" Puji Ilo, Ri menghentikan kegiatannya dalam menaiki sofa melayang.
"Maaf tapi, siapa itu Ra dan Ali?" Tanyaku dengan sopan. Ilo menatapku, ia meletakkan gelas berisi air dimeja. Lio langsung meneguk air itu.
"Raib adalah remaja berusia 15 tahun yang berasal dari klan Bulan tapi, dibesarkan di klan Bumi. Dan, Ali adalah remaja klan Tanah yang sangat genius. Bersama Seli, remaja klan Matahari yang hebat, mereka muncul dikamar Ou satu bulan yang lalu" Jelas Ilo pada kami. Ri menatap Ilo tidak percaya. "Dan, nama kalian?" Tanya Ilo.
"Namaku Moon. Itu adikku Ri. Lelaki yang duduk disebelahku ini, Hiro. Dan, yang duduk dikarpet adalah Lio. Aku, Ri, dan Hiro dari klan Bulan. Lio berasal dari klan Matahari. Tapi, kami sahabat dekat di klan Bumi" Jelasku. Ilo mengangguk-angguk. Ri terlihat keberatan.
"Siapa anak yang bernama Ali itu!? Aku ini limited edition!!! Gak ada yang lebih genius dariku!!!" Seru Ri, dengan bahasa klan ini, dengan nada keberatan. Ilo tertawa melihat wajah bersungut-sungut Ri.
"Walau fisik kalian mirip tapi, Ra lebih pendiam darimu. Sifat pemarahnya saja yang sama... Tapi, kau mungkin jauh lebih genius dari Ra" Kata Ilo disela tawanya. Ri tersenyum bangga, saat mendengar Ra tidak lebih pintar darinya.
"Bagaimana kalau kalian kubawa jalan-jalan disini?" Tawar Ilo. Ri dan Hiro mengangguk serempak, mereka suka petualangan.
Akhirnya, Ilo menuntun kami untuk melihat-lihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUMI
FanfictionNamaku Moon, usiaku 16 tahun. Sekilas, aku terlihat seperti anak remaja biasa. Aku agak berbeda dari remaja kebanyakan tapi, aku menyukai diriku. Aku memiliki satu adik perempuan, dia terpaut usia setahun denganku. Tapi, aku memiliki rahasia kecil...