Riang menatap seorang penjaga yang muncul untuk menangkapnya, Riang tersenyum sinis dan mengikuti permainannya sendiri.
"Ups, kalian menangkap kami..." Kata Riang dengan kekehan pelannya, penjaga itu menodongnya dengan senjata, Riang menoleh kearah Aslan dan berkedip.
"Kakakku sudah ditangkap, tangkap saja aku, komohon... Kami tak bisa melakukan apapun tanpa kakak... Dia sangat penting untuk tim kami, kapten, pemimpin, kakak, dan ketua yang sangat kami butuhkan untuk melakukan gerakan perlawanan. Kumohon, tangkap kami... Kami takkkan melawan, tapi tolong jangan sakiti kakakku sedikit saja... Tolong pertemukan aku dengan kakak, aku merindukannya
"Aku ingin kalian tau, aku sangat menyayangi kakakku... Tolong sampaikan padanya," Kata Riang dengan senyumannya, Hiro menatap Riang drngan bingung. Apa yang gadis jenius itu rencanakan?
"Ikuti dramaku!" Bisik Riang, ia mendesis pelan dan berkedip sebelah mata. Para prajurit itu menatap Riang dengan curiga, kemudian balas tatap-menatap. Kemudian, mereka meringkus Riang, disusul Aslan dan adiknya, Selena, Hiro, dan terakhir adalah Lio. Lio sedikit memberontak, ia jelas tak setuju. Tapi, Riang memaksa Lio untuk menurut.
Lio kemudian menghela nafas pasrah, apalagi saat mereka dibawa kesebuah penjara bawah tanah. Tingkat tertinggi.
"Babay~" Riang melambaikan tangan pada prajurit-prajurit tadi, mereka berjalan dengan bingung. Riang memang sedikit aneh sekarang.
"Hohoho... Aslan, dimana kita sekarang?" Tanya Riang pada Aslan, Aslan tersadar. Aslan memencet tombol dijamnya, tapi tak terjadi apapun. Kemudian ia melakukannya lagi, lagi, dan lagi. Riang kemudian mengeluarkan sebuah catatan dengan kesal.
"Gambar disitu, dasar makhluk maju!" Gerutu Riang, ia melihat lekat-lekat Aslan ketika lelaki itu menggambar denah semua tempat disana. Dengan otak jeniusnya, dia menghafalkan semuanya. Iya, semuanya. Padahal itu markas gedenya melebihi lapangan terbang.
"Masalahnya, bagaimana kita keluar dari sini?" Tanya Lio dengan kesal, Riang berkedip dan menyeringai seram.
"Apa kita bisa memggunakan teleportasi?" Tanya Hiro, ia mengetuk pelan jeruji besi dipenjara. Tekstur yang keras membuatnya sedikit ragu bahwa mereka bisa menerobos dengan menghancurkannya.
"Tak bisa, kita tak bisa ber-teleportasi. Disini pasti ada sensor kekuatan paralel, ada selaput tak terlihat disana." Kata Selena, Aslan mengangguk untuk menyetujui ucapan Selena. Riang menaruh tangan didagu, pose berfikir. Tak lama, ia menyeringai lagi. Kali ini lebih lebar.
"Hoho~" Riang mengeluarkan sebuah alat seperti pistol, Aslan melihat alat itu dan tersenyum.
"Kita hack-hack ajah~" Lio kicep ditempat. Riang mengutak-atik alatnya, Alana membantunya karena Aslan tidak mau membantunya.
"Hmm... Begini, bukan. Begini? Oke..."
Zruuttt....
Pintu penjara terangkat, Riang menyeringai. Merekapun keluar dari penjara tersebut.
"Lho? Sudah keluar?" Tanya sebuah suara, mereka menoleh.
"MISS CELESTIA?! MISS LUNA?!"
* * * * *
Moon POV
"Dimana aku?" Tanyaku, aku menoleh kekanan dan kiri. Tak ada tanda makhluk hidup, kecuali sosok didepan sana. Saints itu, sebenarnya ganteng juga. Rambutnya hitam, dengan manik biru, juga tubuh tinggi. Aku iri dengan matanya, biru sekali.
"Kenapa kau memerlukanku untuk melakukan yang kau mau? Aku tidak penting untukmu." Kataku dengan datar, Saints menyeringai.
"Kau tau Si Tanpa Mahkota?" Tanya Saints, aku menggeleng pelan. "Ada lagunya, tapi sayang aku lupa bagaimana liriknya. Jadi, kusebutkan ceritanya saja." Aku mendengarkan dengan khidmat, siapa tau dia melepaskanku dan yang lain.
"Dia seorang pangeran, tapi ibunya meninggal saat ia masih muda. Ayahnya menikah lagi, hingga ia memiliki saudara tiri dan ibu tiri—"
"Itu bukan cinderella ya?" Aku memotong perkataannya dengan kalimat datarku.
"BUKAN! Karena sakit hati, dia pergi lagi untuk mencari ilmu. Dia berkelana keklan-klan jauh. Mencari ilmu dan berguru dengan orang hebat. Suatu saat, dia mendengar bahwa Ayahnya sang raja telah jatuh sakit. Tapi, ia memberikan takhta pada adik tirinya. Kau tau kenapa?"
"Tidak."
"Karena ibu tirinya yang licik ingin agar kerajaan ada ditangannya, ia memengaruhi sang raja yang sudah tua. Dengan kalimat ularnya, ia membisiki sang raja dengan racun. Terjadilah perang, yang dimenangkan oleh Si Tanpa Mahkota. Ibu tiri dan adik tirinya dibawa kepengasingan."
"Happy ending. Hore." Kataku dengan datar. Saints memang gila, untuk apa dia menceritakan dongeng aneh itu padaku, padahal tak ada gunanya juga.
"Tidak, nak. Hingga satu hari, adiknya kembali. Si Tanpa Mahkota dengan tangan terbuka menerimanya, saat ia hendak memeluk adiknya itu, adiknya mengangkat sebuah buku."
Buku? Batinku, aku ingat dengan buku keren yang selalu kubawa sekarang.
"Buku kematian. Buku yang membuatnya terjebak didalam penjara bayangan dibawah bayangan. Begitulah cerita singkatnya." Kata Saint, ia mengangkat bahunya tak peduli.
"Oh." Jawabku, aku juga tak peduli.
"Tapi, ini bukanlah inti semuanya. Bahkan mungkin baru permulaan, nak. Ada satu cerita lagi. Kali ini tentang Sang Paling Kuat. Namanya, adalah Sun Arienezta Novano."
Sun? Matahari. Wow, namanya seperti namaku. Diambil dari nama benda dilangit. Yah, aku takkan kaget jika bertemu Cloud, Star, Spark, Satellite, Sky, atau Mars sekalipun.
"Dia adalah muridku. Dia gadis ambisius. Dia bisa memikat semua orang dengan paras cantiknya, juga mulut manis yang tajam bersilat lidah. Dia memiliki kemampuan setara dengan Si Tanpa Mahkota. Dia memiliki kemampuan luar biasa, dia bisa memindahkan gunung dengan kemampuannya,"
Aku terdiam. Itu hebat sekali.
"Tapi, ambisinya telah membuatnya kacau. Gadis itu baru berusia dua puluh tahun, saat aku mengajarinya dua tahun yang lalu. Kemampuan belajarnya cepat, tapi itu membuatnya semakin berbahaya. Dia memiliki kemampuan bertarung tingkat tinggi, tapi itu tak berguna tanpa fisik luar biasanya. Deretan kekuatan miliknya begitu bersinar, dia mencari Si Tanpa Mahkota."
"Untuk bersekutu?" Tanyaku, aku mulai penasaran.
"Untuk mencari lawan setara," Katanya dengan enteng.
"Dia berkelana, pergi ke klan titik terjauh sekalipun. Kukira ia mencari buku kehidupan. Tapi, buku kehidupan tak dapat ia miliki. Buku itu hanya ada pada orang yang tepat. Raib, gadis 15 tahun itu yang memilikinya. Tapi, aku salah. Ia mencari sesuatu yang lebih berbahaya sekaligus lebih kuat." Saints menghela nafas, ia terlihat sangat tidak nyaman menceritakan hal buruk pada orang tentang muridnya.
"Buku Kenyataan. Buku yang bisa mengubah kenyataan, bercerita tentang orang hebat, pengetahuan, membangkitkan orang mati, menyembuhkan yang terluka, portal kemana saja, teknologi tertinggi, peninggalan paling tua." Dia menghela nafas lagi, aku diam saja. Apa yang ia maksud adalah...
"Sekarang buku itu ada ditanganmu, Nona Moon. Dan, aku memiliki satu lagi rahasia kecil."
"Mau dengar?"
Aku menatapnya bingung, dia memasang wajah menyeramkan dengan tatapan mata tajam. Maikku membulat melihatnya, tangan dan kakiku gemetar. Apa yang akan ia katakan? Itu pasti hal buruk, aku pun terdiam tak berdaya. Tapi, kemudian aku mengangguk.
Sepertinya, rasa ingin tahuku lebih besar daripada rasa takutku.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUMI
FanfictionNamaku Moon, usiaku 16 tahun. Sekilas, aku terlihat seperti anak remaja biasa. Aku agak berbeda dari remaja kebanyakan tapi, aku menyukai diriku. Aku memiliki satu adik perempuan, dia terpaut usia setahun denganku. Tapi, aku memiliki rahasia kecil...