Bumi S2| 4

699 35 11
                                    

Hari berlalu dengan cepat. Aku dan yang lainnya berhasil menyelesaikan ujian semester dengan baik, tapi masih ada satu masalah. Aku belum mengatakan pada Mama soal ini. Sewaktu aku menghilang, aku mengatakan pada Mama bahwa aku menginap di rumah sakit yang tak kuketahui. Dan yang membawaku pulang adalah Miss Luna dan Miss Celestia.

Saat ini. Aku ingin mengatakan semuanya. Sekarang, kami sedang makan malam seperti biasa. Sementara Riang terus mengodeku sejak tadi. Ingatanku terlempar ke beberapa tempo hari yang lalu.

Multi Flashback on

One week ago

"Pa... Aku ingat..."

"Ingat? Ingat apa? "

"A-aku... Aku mau ngasih tau, Riang dapet remed lagi."

5 days ago

"Ma, aku mau-"

"Iya?"

"Aku mau beli pembalut!!!"

3 days ago

"Ma, Pa! Kakak mau ngomong!"

"Moon? Mau ngomong apa? Langsung aja..."

"Moon sama Ri mau pergi..."

"Ke?"

"Kla- Klan- WARUNG KLAN UFOFERS SEBELAH SEKOLAH!!!"

Multi Flashback Off

"Moon, nanti mau kuliah dimana?" Tanya Papa, aku terlonjak kaget. Cepat-cepat aku menoleh kearah Papa.

"Eh? Y-ya?" Tanyaku, aku tak terlalu memperhatikan percakapan sedari tadi.

"Ada masalah apa, sayang? Kamu bisa cerita pada kami," Kata Mama, yang ada disampingku. Dia memegang tanganku, mengusapnya pelan. "Kamu juga tidak memakan makananmu, kamu kenapa, Moon?" Tanya Mama lagi, aku memejamkan mata.

Kulirik Riang disebrangku, dia mengode dengan kedipan matanya.

"Ma, aku sudah tau..." Kataku. "Tentang... Jati diriku." Lanjutku, suaraku bergetar. Mama menjatuhkan sendoknya, sementara Papa tersedak air putih.

"Riang? Kenapa?" Tanya Mama pada Riang, aku menggeleng.

"Bukan. Aku hanya... Sudah ingat..." Jawabanku membuat Mama dan Papa tersenyum pahit, Mama berdiri dan memasuki kamarnya.

"Ayo, kita bicarakan berdua, Moon." Kata Papa, dan aku mengangguk.

* * * * *

"Yeay! Akhirnya! Akhirnya kita pergi!!!" Riang berjingkrak-jingkrak dengan senang, kami sedang dimobil Hiro, dalam perjalanan ketempat Seli. Aku melirik Lio, dia menatapku.

"Kenapa?" Tanyaku dengan singkat, aku mendengus dan menatap keluar saat Lio masih saja menatapku.

"Apa kata Papamu dan Mamamu?" Tanya Lio, aku menatap datar keluar jendela. Kulirik Lio dengan manik yang panas.

"Jangan bahas lagi." Aku mengusap ekor mataku yang berair, kucoba untuk tidak menangis.

"WAH PARAH LO LIO, KAKAK GUE LO APAIN HA!?" Seru Riang dengan suara kencang, Hiro juga menatap Lio dengan kecewa, pasalnya dia percaya bahwa Lio adalah sahabat yang baik. Tapi...

"Enak aja, nangis sendiri woi!"

"Halah, Alesan!!! Pasti lo apa-apain kan!!"

BUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang