Aku berjalan menjauh dari kerumunan. Aku menatap museum akuarium itu, apa Lio menungguku?
Aku berlari, aku tak tau Lio akan ada dimana. Kami hanya janjian akan bertemu dipintu gerbang, tapi dimana dia sekarang? Bukankah dia yang ingin melihat ikan hi— Oh, dia pasti ada disana.
Aku berlari menuju akuarium hiu, pasti Lio menungguku disana. Aku melihat sekitar, sangat penuh dengan orang! Aku mulai panik.
Dimana Lio? Apa dia berbaur? Kenapa dia tidak disini? Kenapa dia tidak menungguku digerbang? Kenapa Lio—
"Hei, Moo, kamu lelet banget deh." Sebuah suara menyebalkan mengusik pendengaranku, aku menatap Lio dengan sebal.
"Kenapa tidak nunggu di gerbang saja sih?!" Seruku kesal, Lio memutar matanya bosan. Aku mendekatinya, Lio memakai hoodie merah, dengan celana hitam, dan rambutnya yang berantakan. Tak lupa, kemeja hitam yang menjadi dalaman.
"Aku 'kan sudah bilang, aku ingin liat hiu saja." Katanya lagi, ia menyentuh akuarium dan melihat hiu yang tengah berenang disana. Hiu itu memang sedikit seram, tapi lorong ini keren juga. Sejauh mata memandang, hanya terlihat hiu dan laut. Seperti berada didasar laut saja.
Lorong ini memang didesain begitu, karena itu banyak pasangan yang datang kemari karena keindahan dari suasana tempat ini. Apalagi, cahaya yang agak remang memungkinkan untuk menambah keromantisan suasana. Aku dan Lio peenah kemari dulu, untuk merayakan ulang tahun Lio, aku mengajaknya berkencan dan mengerjainya. Itu bisa kuceritakan lain kali saja, sekarang kita lanjutkan ceritanya dulu.
"Kau sebenarnya ingin bicara apa denganku?" Tanyaku, sedikit berbisik. Wajahku terasa memanas, Lio juga sama.
"Pokoknya, jangan pergi jauh dariku! Atau aku akan bakar boneka singa kesayanganmu!" Ancamnya, wajahku terasa panas. Kenapa dia membahas boneka itu sekarang? Itu memalukan!
"Apaan sih? Kenapa bawa-bawa Lio dua?" Protesku, Lio dua adalah nama yang kuberikan pada boneka sapi kesayanganku itu.
"Karena... Aku nanti kesepian," Katanya pelan, aku masih bisa mendengarnya. Aku mendengus kencang, aku memegang lengan hoodie yang ia pakai.
"Hei, jawab aku! Kena—" Belum sempat kuselesaikan ucapanku, Lio sudah menarikku menjauh dari kerumunan. Lio menarikku keluar dari tempat akuarium hiu, aku meringis pelan karena cengkaraman tangannya yang begitu kuat.
"Lio, ada apa sih?" Tanyaku, dia hanya bergeming. Dia terus menarikku ketempat sepi, hingga tak ada orang sehingga kami hanya berdua.
"Alat Riang mendeteksi sesuatu," Lio mengeluarkan sebuah alat, alat itu berkedip. Aku menatap alat itu dengan cemas, apa ada musuh besar menyerang?
"Sebesar apa?" Tanyaku, memastikan agar tidak ada yang harus dikhawatirkan.
"Besar. Sebesar kemampuan Riang, dia pasti petarung hebat. Mungkin jauh lebih tua diatas kita, dan bukan hanya satu" Kata Lio, dia menatapku.
"Sebaiknya kita pergi!" Kataku, khawatir dengan keadaan yang ramai.
"Itu buruk, bagaimana kalau dia menyerang disini?" Tanyanya, aku terdiam. Aku tak berfikiran sampai situ. Tapi, melawan Saints, melawan anak buahnya, dan mengetahui masa laluku sudah lebih dari cukup bagiku. Aku ingin menunggu Miss Celestia, Miss Luna masih disini untuk menjaga kami, tapi Miss Celestia pergi ke Klan Bulan untuk menyelidiki Saints dan Tamus. Entahlah siapa Tamus itu.
"Ayo!" Lio menarik tanganku lagi, kami berputar-putar sekali lagi. Akhirnya titik merah itu berubah menjadi tiga titik merah, artinya kami semakin dekat dengan orang-orang itu.
"Itu mere—"
"Aku serius, Ra! Aku bertemu dengan gadis yang mirip denganmu itu lagi!" Seru seorang anak lelaki dengan rambut berantakan.
"Ali, jangan bilang kau berkhayal saking cintanya dengan Ra?" Goda seorang anak berambut pendek yang manis.
"Mana mungkin," Seorang gadis berambut panjang menatap mereka berdua dengan datar. Raut wajah gadis itu tegas, dengan rambut hitam legam terurai. Semuanya persis dengan Riang, kecuali warna rambutnya.
"Moon, Riang—"
"Lio, kurasa aku tau itu siapa." Kataku dengan syok, aku menatap gadis itu dengan ragu. Kemudian kutatap Lio dalam-dalam.
"Ayo kita beritahu Riang," Aku menekan jepit rambutku dengan pelan, menekan tombol SOS.
"Kau tau apa yang akan terjadi kalau kau melakukannya, bukan?" Tanya Lio, dia menatapku intens. Aku mengangguk, menatap lurus kearah gadis itu. Namanya Raib. Selena pernah memberitahu.
"Iya, sikap Av, Ilo, dan Vey pada saat melihat Ri. Sudah pasti gadis itu adalah Raib yang pernah Selena katakan."
* * * * *
Yes, part satu udah jadi! Kalian udah tau siapa cowok yang ada di part terakhir S1 kemarin? Cowok yang rambut hitam dan gak dikasih nama (?) itu.
Nanti dia muncul di part dua, siapa ya? Wkwkwkwk.
See you in the next fantasies!
—Franska
KAMU SEDANG MEMBACA
BUMI
FanfictionNamaku Moon, usiaku 16 tahun. Sekilas, aku terlihat seperti anak remaja biasa. Aku agak berbeda dari remaja kebanyakan tapi, aku menyukai diriku. Aku memiliki satu adik perempuan, dia terpaut usia setahun denganku. Tapi, aku memiliki rahasia kecil...