Chapter 17 (Flashback)

1K 48 8
                                    

"LIO BODOOHH!!!" Teriak Moon dari jalanan, Lio sudah berlari jauh didepannya dengan boneka beruang kesayangan Moon. Moon kembali berlari menuju Lio.

Lio bersembunyi dibalik pohon, disana ia tertawa. Ia tau Moon takkan sampai kesana dalam waktu dekat karena anak itu sangatlah cengeng, mungkin Moon sedang menangis. Apalagi jarak yang begitu jauh, Lio saja sudah lima menit berlari dari tempat Moon.

"Kembalikan bonekaku!!! Lio Archendro!!!" Seru suara yang sangat familiar bagi Lio, Lio menoleh kearah asal suara. Mata Lio kecil membulat.

Moon! Bagaimana seorang anak perempuan berumur tujuh tahun dapat mengejar jarak jauh, yang bahkan lelaki pelari tercepat dikelas seperti Lio perlu waktu lima menit. Tapi, Moon hanya perlu waktu kurang dari satu menit.

"Kembalikan!!!" Suara cempreng Moon tampak tegas, wajahnya galak. Tapi, justru ini yang membuat Lio sangat suka menggoda Moon. Karena, anak itu sangatlah manis ketika ia sedang marah.

"A-aku... Ba-bagaimana kau bisa ke-kesini?!" Tanya Lio dengan gelagapan, tangannya menjauhkan boneka beruang Moon dari pemiliknya. Moon berusaha menggapai bonekanya dengan merentangkan tangannya, tapi Lio terus menjauhkan boneka itu.

"Lari, tentu saja!!! Kembalikan!!!" Seru Moon, kemudian Lio terjatuh karena Moon menindihnya. Moon mengambil bonekannya dari tangan Lio, Moon langsung berdiri dengan wajah sumringah. Lio masih tiduran di rumput, menutupi wajahnya yang memerah.

"Cepat ikuti aku! Aku duluan, nanti kuberitahu Bibi lho!!!" Seru Moon dengan jahil.

"Iya, iya!!!" Teriak Lio sambil bangkit dari posisinya. Kaki kecilnya mencoba terus berjalan mengikuti Moon, Moon sedang bersenandung dengan bonekanya. Lio menatapnya dengan tak percaya, anak itu bahkan tak lebih cepat darinya.

Lio kecil benar-benar tak mengerti.

Tanpa ia sadari, saat itulah pertama kalinya ia 'melihat' Moon menghilang dan muncul ditempat lainnya.

*****

Moon adalah anak yang sedikit aneh. Anak itu seringkali melupakan sesuatu yang jelas-jelas ia sendiri yang mengatakannya, bahkan ketika itu adalah beberapa menit sebelum ia ditanyai oleh orang lain. Termasuk yang Lio hadapi kali ini.

"Jujurlah Moon!!!" Lio, yang kini berusia sepuluh tahun, tampak mendesak Moon seusianya yang tampak gelisah. Lio terus merengek dan membentak anak perempuan itu.

"Aku tak ingat" Ketus Moon sambil mendengus, Moon mencoba mengingat apa yang ia katakan pada Lio. Ia tak mengingat kalau ia mengatai Lio tak berguna dan sampah masyarakat. Lagipula, Moon kecil tak mungkin berkata sekasar itu bukan? Moon menggeleng.

"Kau mengatakannya didepan semua anak! 'Dasar gak berguna, cuma mencontek. Ciri-ciri sampah masyarakat' katamu! Jujur!!! Kenapa kau mengatakan itu dan darimana kau tau kata itu!!!" Seru Lio. Moon menatap Lio tak percaya, ia juga tak pernah berfikir Lio seperti itu.

Moon menyayangi Lio, Lio adalah sahabat pertamanya didunia ini. Moon tak pernah meragukan kemampuan yang dimiliki Lio. Moon menganggap sifat berani Lio itu hebat, juga tangguh, Moon bahkan sangat menghormati Lio.

"Maaf..."

Moon tak tau kenapa ia merasa bersalah. Tapi, ia benar-benar tak tau. Moon selalu seperti itu. Mengalah dan meminta maaf, tanpa tau apa yang ia lakukan.

*****

Moon duduk di ayunan taman, ia menunduk dan menatap kakinya dengan mata berkaca-kaca. Orangtuanya memarahinya karena ia menindas teman, padahal Moon sama sekali tidak pernah melakukan itu.

Moon bahkan mulai menangis sekarang, Moon memang cengeng diusianya yang menginjak dua belas tahun.

"Kakak kenapa?" Tanya seorang anak perempuan yang yang sepertinya seumuran dengan Ri, mata Moon membulat. Anak itu sangat mirip dengan Ri!!! Sangat mirip! Hampir tak bisa dibedakan, kecuali rambut mereka. Rambut Ri berwarna coklat, sementara anak itu berwarna hitam legam.

"Aku baik, terimakasih sudah bertanya" Kata Moon sambil tersenyum, anak itu balas tersenyum. Anak itu mendekati Moon dan duduk di ayunan sebelah Moon, Moon menatap lamat-lamat anak itu. Anak itu benar-benar mirip dengan Ri, tak mungkin anak itu saudara kembar Ri. Ri tak punya saudara selain Moon.

"Namamu siapa, berapa umurmu?" Tanya Moon pada anak itu, anak itu tersenyum manis. Senyumannya enatah kenapa, memberikan rasa hangat dan nyaman. Sama seperti saat Ri tersenyum bahagia karena Moon, Moon menatap tak percaya anak itu.

"Raib! Namaku Raib! Itu mamaku! Aku pergi dulu, kakak cantik!" Seru Raib sambil berlari menuju seorang wanita, Moon terdiam dan terus menatap anak itu.

"Ra... ib?" Gumam Moon.

*****

"Ri!!! Bantu aku beresin ini semua!!!" Seru Moon, ia langsung masuk kedalam kamar Riang tanpa permisi. Ia bingung melihat keadaan kamar yang kosong melompong. Ia mulai menatap sekitar dengan bingung.

"Kak!" Seru Riang dari belakang Moon, Moon terlonjak. Ia mengelus dada karena kaget. Ia tak menyangka kalau Ri ada dibelakangnya.

"Riang!!! Kenapa kau muncul tiba-tiba?! Darimana saja kau?!" Seru Moon, sedikit rasa penasaran muncul. Ia curiga Riang memiliki kemampuan khusus seperti yang Moon miliki, Moon menatap tajam Riang. Riang hanya nyengir tak berdosa.

"Kak, kau seperti Mama saja... Kau ini lima belas tahun, atau tiga puluh lima tahun?" Tanya Riang sambil menjulurkan lidahnya, Moon mendelik kesal kearah Riang.

"Ri! Kau dapat nilai jelek ya?" Tanya Moon dengan curiga, ia tau Riang pasti mendapat nilai dibawah rata-rata lagi. Riang akan mencari masalah jika mendapat nilai buruk, atau ketika mood Riang sedang jatuh. Moon tau itu.

"Tau darimana?" Tanya Riang dengan santai, sesantai memberitahukan cuaca hari ini. Moon melotot, nilai jelek tak akan membuat Riang kapok. Riang sudah sering sekali dimarahi oleh ibu dan ayahnya, tapi Riang tetap saja bertahan dengan sikap lamanya.

"Santai kak, aku hanya tanya kau tau darimana? Bukan berarti nilaiku jelek" Kata Riang sambil mengangkat bahunya tak peduli, Moon mendekati Riang dan menarik daun telinganya.

"Riang!!!" Seru Moon sambil menarik daun telinga Riang dengan lebih keras lagi, Riang mengaduh kesakitan. Moon terus melakukannya, bahkan Riang sudah berjinjit-jinjit agar mengurangi rasa sakit di telinganya.

"Aneh... Rasanya tadi hujan?" Kata Moon pelan sambil melihat kearah luar jendela. Riang terus mengaduh kesakitan dan berteriak agar meminta Moon berhenti. Moon tetap menatap keluar dengan innocent.

Moon mengerjapkan matanya, ia melihat bayangan sesuatu. Atau seseorang diluar jendela. Siluet itu terlihat jelas, apalagi dengan cahaya remang dari lampu jalan. Moon memicingkan mata untuk melihatnya, tapi Riang berteriak sehingga Moon berhenti memperhatikan bayangan itu.

"KAKAK!!!" Seru Riang dengan menahan sakit ditelinganya, ia mengusap bekas jeweran maut dari kakaknya. Moon gelagapan minta maaf, Riang hanya mendengus.

"Ngomong-ngomong diluar berisik ya? Bukannya tadi sepi sekali?" Tanya Moon sambil melihat kearah jendela tadi, bayangan itu hilang.

"Mungkin telingamu bermasalah, kak" Kata Riang yang gelagapan.

"Riang!!!"


(End of flashback)
*****

Jadi, ada yang bisa menebak apa yang terjadi gak? Wkwkwkwk... Akhirnya Raib muncul juga ya...


Sampai ketemu nanti!

-Franska

BUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang