I'm a prisoners of my imagination,
And you're a character in my own creationRaib duduk disebelah Seli seperti biasa, pelajaran Pak Gun tengah berlangsung. Tak biasanya, Raib melamun. Pikiran Raib berkelana menuju seseorang.
Ali.
Entah kenapa, Raib memikirkan biang kerok menyebalkan itu. Tentu saja, Raib juga tak sadar bahwa ia memikirkan Ali. Ia mengingat kejadian dan kebersamaan mereka dalam petualangan mereka di Klan Bulan.
Biang kerok menyebalkan, sok tau, tukang rusuh, suka meremehkan orang, songong! Batin Raib. Tapi, kalau dilihat-lihat lagi, Ali itu unyu—
Raib menyadari pikirannya yang ngawur, ia merasa wajahnya panas seketika. Raib ingin memukulkan wajahnya ke meja, tapi takut sakit. Akhirnya, Raib memukulkan bukunya ke meja dengan gemas.
"Raib! Apa yang kau lakukan?" Tanya Pak Gun, semua mata mengarah kearah Raib. Raib cengo, apalagi saat Seli dan Ali menatapnya.
"Ma-maafkan saya, Pak!!!" Seru Raib dengan cepat, ia melirik Ali. Lelaki dengan rambut berantakan itu tampak tertawa, Raib merasa wajahnya makin panas.
Biang kerok!!! Ini salahmu!!!
Yeah!
I never know if what you say is real
I never know how I'm supposed to feel"Ra!" Panggil Ali, ini adalah jam istirahat setelah pelajaran Pak Gun. Raib menoleh, wajahnya kembali memanas.
"Apa?!" Kata Raib dengan jutek, ia berpura-pura jutek untuk menyembunyikan apa yang ia rasakan pada Ali saat ini.
"Kau tadi memikirkanku ya?" Tanya Ali dengan jahil, ia tersenyum lebar. Raib sontak menggeleng, wajahnya tambah merah bagai kepiting rebus.
"A-apa?! Ja-jangan bercanda ya!! Mana mungkin aku memikirkanmu!!!" Seru Raib, ia menunduk malu. Semua anak menatap mereka sekarang, tapi tak ada tawa jahil dari Ali saat ini. Raib mendongak, mengintip sedikit. Wajah Ali tampak kecewa.
"Oh, ayo kita ke kantin! Seli menunggu!" Seru Ali, meninggalkan Raib sendiri dibelakangnya.
Ada apa dengan Ali?
So I'm figure anything out by your reaction
And I just, just, just"Kenapa kau tampak lesu, Ra?" Tanya Seli dengan wajah khawatir. Raib menggeleng lemas.
"Tidak,"
"Kau bingung dengan sikap Ali ya?" Tanya Seli dengan jahil. Raib menggeleng lagi, walau sebenarnya ia ingin mengangguk.
Ali menjauhinya. Benar-benar menjauhinya, dan Raib tak suka itu.
"Kau coba jauhi dia juga, siapa tau dia nanti memberitahumu..." Saran Seli. Raib terdiam, memikirkan saran dari sahabat baiknya itu. Well, itu patut dicoba bukan?
I just push you, so hard you wanna pull away
"Minggir!" Seru Raib, ia menyikut lengan Ali, membuat Ali terdorong menjauh karenanya.
"Apaan sih, Ra?!" Protes Ali, ia melihat Raib yang melotot kearahnya. Raib membuang muka, menjauh dari Ali. Ali diam, bingung dengan sikap Raib yang sedikit aneh.
"Kenapa dia?"
Astaga Ali, peka dikit dong!
Hold you, so tight I make your body ache
Raib sedang ada diperpustakaan, ia melihat seorang gadis bersama Ali disana. Raib menatap curiga kepada mereka, kemudian ia mengintip kearah mereka. Gadis itu membelakanginya, tapi Ali terlihat senang mengobrol dengan gadis itu. Raib menjadi kesal.
Tak lama, gadis itu keluar dari perpustakaan dengan salah satu buku ditangannya.
"Hei, Ra!" Sahut sebuah suara, Raib terlonjak kaget. Ia menoleh, mendapati Ali yang menyengir kepadanya.
"Kau sedang apa?" Tanya Ali, tapi Raib tak menjawab dan malah memeluk Ali dengan erat. Wajah Ali merah, Raib melepaskan pelukannya.
"Ta-tadi itu cuma dare kok!!!" Wah, Raib mulai pintar ngeles nih ye.
Ride you, until you're nearly breaking
Raib berjalan dengan kesal. Ali tidak peka. Padahal Raib sudah sengaja mencari pehatiannya. Eh tunggu? Mencari perhatian?!
Raib menggeleng keras, berusaha menghilangkan pemikiran nista itu dari otaknya.
"Kamu kenapa, Ra?" Tanya Ali yang tiba-tiba muncul, Raib kaget otomatis mundur selangkah.
Entah dia yang sial, atau memang Ali yang pembawa sial, Raib kesandung kulit pisang. Alhasil jatoh, dan voila! Kakinya keseleo!
"Aduduh..." Raib meringis pelan, dia memegang kakinya. Kalau saja ini bukan kantin, tempat paling ramai kala istirahat, Raib pasti sudah menggunakan teknik penyembuhannya yang legend itu.
"Eh? Makannya hati-hati, Ra!" Ali mendengus pelan, dia mendekati Raib. Raib mencekal tangan Ali, masih kesal dengan sikap Ali yang sedikit aneh belakangan itu.
"Kakimu keseleo Ra!" Ali berseru saat melihat pergelangan kaki Raib yang membiru. Ali berbalik, Raib menatap Ali bingung apalagi saat Ali berjongkok didepannya.
"Naik. Kita ke UKS." Raib blank, Raib merasa bahagia karena Ali peduli padanya. Tapi, Raib segera naik kepunggung Ali, walau banyak pasang mata melihat ke mereka.
Raib menaruh kepalanya dibahu Ali, merasa nyaman dengan wangi khas biang kerok itu. Raib merasa ingin waktu berhenti saja.
But, if you really the one, you really the one, you'll stay
Ali membawa Raib ke UKS, dia mendudukkan Raib diatas kasur UKS.
"Sembuhkan dirimu, Ra. Tak ada orang disini." Kata Ali dengan cuek. Raib diam, wajahnya merah dan dia diam saja. Raib merasa pusing, sejak tadi pelajaran Pak Gun malah.
"Ra? Kamu demam?" Tanya Ali, dari wajahnya ia khawatir. Dia mendekati Raib dan menyentuhkan keningnya dengan kening Raib.
"Panas... Tidurlah Raib, aku akan menunggu disini." Kata Ali, dia membaringkan Raib dengan perlahan. Seakan Raib adalah boneka porselen dari kaca yang mudah pecah.
"Tapi, kamu tetep disini ya?" Rengek (?) Raib. Ali mengangguk, Raib menutup matanya. Raib sudah ngantuk dari tadi, apalagi capek mikirin Ali dari tadi.
"Iya..." Kata Ali saat Raib sepenuhnya tertidur.
"Aku takkan meninggalkanmu Ra, sekarang, besok, dan selamanya. Karena kamu, prioritas utamaku Ra. Aku menyukaimu,"
* * * * *
Mereka kyutt banget!!! Btw, Author itu RaLi shippers garis keras!!! Author cinta banget sama Raib X Ali!!!
Mereka cute banget tau! Makanya Author bikin oneshoot ini, lucu gila! Tapi, Ali nya malah OOC ya?
Kalian suka gak?
Kalian suka Pairing siapa dicerita Bumi? Kalo Author suka RaLi sama Author-Ily 😋
Trus, makasih banget ya buat vote sama read di chapter sebelumnya. Author nangis terharu tau! Kalian soalnya antusias banget sama cerita Author, makasih banget ya!
Selanjutnya kalian mau pairingnya siapa?
—Franska
KAMU SEDANG MEMBACA
BUMI
FanfictionNamaku Moon, usiaku 16 tahun. Sekilas, aku terlihat seperti anak remaja biasa. Aku agak berbeda dari remaja kebanyakan tapi, aku menyukai diriku. Aku memiliki satu adik perempuan, dia terpaut usia setahun denganku. Tapi, aku memiliki rahasia kecil...