Chapter 7

1.9K 88 0
                                    

Ilo mengajak kami jalan-jalan dengan cara-cara keren. Ri dan Hiro terlihat bersemangat, mereka antusias bertanya tentang cara kerja ini dan itu.

Ilo hanya menjawab mereka, sesekali ia tertawa karena pertanyaan konyol dari mereka berdua. Aku dan Lio hanya memperhatikan. Berbeda dengan Lio yang tidak mengerti, Aku hanya tidak mood untuk mengobrol.

Ayolah... Dua guru Kami sedang dalam bahaya dan, ini yang kami lakukan?! Mana mungkin aku bersenang-senang!?

Setelah puas berjalan-jalan, Ilo mengantar kami ke kamar kami. Aku berterimakasih padanya.

"Kalau butuh sesuatu, beritahu aku saja" Katanya sebelum pergi. Aku menutup pintu kamar. Aku melihat Ri dan Lio sedang berdebat, Ri menyuruh Lio pindah kamar dan Lio tidak mau. Aku melerai mereka berdua.

"Lebih baik kita yang pindah, Lio" Kata Hiro membujuk Lio yang emosi. Lio mendengus, ia beranjak dari kasur disini dan keruangan sebelah.

"Ini keren sekali, Kak!" Kata Ri sambil berbaring disisi kanan kasur. Aku duduk disisi sebelahnya, kemudian menatap Ri serius. Ri menatapku balik, ia mengganti posisinya.

"Kenapa Kak? Ilo akan membantu kita. Seperti yang dilakukannya pada siapapun itu" Kata Ri yang sekarang bersandar dibantal. Aku berdiri, menggigit bagian bawah bibirku.

Aku merasa takut. Aku takut mengecewakan semuanya, Aku takut gagal menyelamatkan Miss, Aku takut tak bisa kembali. Dan, Aku takut memberitahu Ri yang sebenarnya.

Bahwa kami bukanlah anak kandung, hanya anak yang dititipi oleh Orangtua asliku. Aku merasa mataku mulai panas tapi, kutahan mati-matian. Jangan sampai Ri melihatnya.

"Kau kenapa, Kak?" Tanya Ri khawatir, ia hendak berajak dari kasur. Aku menghentikannya. Kurasa ia lelah dengan semua ini.

"Gak kenapa-napa kok" Kataku menenangkan Ri, Aku mengelus bahu Ri lembut. Ri mulai menurut, ia kembali tidur disisi kanan. Aku mulai tiduran disisi kiri.

"Kak, kenapa tanganmu hangat waktu menyentuh bahuku?" Tanya Ri padaku, ia sudah setengah tertidur. Aku menatap Ri yang menguap, kemudian ia menatapku lagi.

"Mungkin kedinginan?" Kataku dengan ragu, Aku tak merasakan apapun tadi. Hanya mencoba menenangkan Ri saja. Mungkin cuma perasaan Ri saja, kulihat Ri sudah tertidur pulas. Aku tersenyum, membalik badan dan mencoba tidur.

Ilo bilang, besok ia akan membantu kami. Besok akan menjadi hari yang panjang, Aku butuh istirahat sejenak.

*****

"Moon! Bangun!" Kata seseorang dengan suara nge-bass. Aku membuka mataku perlahan, Hiro? Dia membangunkanku?

Aku mulai duduk sambil mengusap mataku, mencoba menghilang kantukku. Aku menatap Hiro bingung, ia sudah memakai pakaian lain. Serba hitam.

Pakaian hitam yang seperti kemeja lengan panjang, dengan celana hitam yang pas.

"Hiro? Kau sudah mandi?" Tanyaku masih dengan mata setengah tertutup. Hiro memgangguk, ia menunjuk sebuah pintu kecil. Kukira itu jendela.

"Disana kamar mandinya. Kau mandi duluan saja, sebagai kakak yang baik" Kata Hiro sambil merapikan rambutnya dengan jemarinya. Aku mendekati pintu itu dengan ragu. Aku kembali menatap Hiro.

"Masuk saja. Kamar mandinya lebih besar dari kamar ini" Kata Hiro sambil berjalan kearah pintu pembatas, aku kembali menatap handel pintu. Aku memegangnya dan Aku sudah masuk kedalamnya. Aku berbalik.

BUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang