"Ayo kita lanjut" Kata Aslan dengan nada datarnya seperti biasa, normal sih. Aku mengangguk dan berjalan mengikutinya.
"Hei, hei! Tunggu!" Seru Lio dari belakang, ia sedang membetulkan tasnya. Lalu ia berlari mendekatiku dan Aslan, dasar pengganggu. Aku merengut kesal, menatap Lio dengan melotot.
"Ayolah Moo~!" Seru Lio dengan SKSDnya dia menabok bahuku dengan cukup keras, aku tersentak. Kutatap Lio dengan kesal, ia hanya menyengir.
"Bodoh," Umpat Aslan sambil berjalan, kurasa dia berkata begitu pada Lio. Karena aku pintar.
"Aslan, lo ngomong apa tadi?" Tanya Lio sambil membuka-buka sebuah buku. Mungkin itu kamus bahasa antarklannya, entahlah, aku tak begitu peduli. Kami melanjutkan perjalanan.
"Woaah!" Sekitar beberapa jam, Ri berteriak. Aku menoleh dengan khawatir. Kaki Ri terjerat sesuatu.
"Ri!" Seruku, aku mendekatinya dan berusaha untuk melepas tali tersebut.
"Kak! Jangan mendekat! Dibawah sini, aku yakin Miss Luna ada dibawah, oh bersama Miss Celestia!" Kata Ri dengan cengirannya, aku terdiam.
"Gawat..." Gumam Aslan, aku tak mengerti apa yang ia katakan. Apa dia mengatakan sesuatu?
"Kita harus mencari pintu masuknya, Riang!" Seru Lio dengan kesal, ia maju dan mendekati Ri. Aku melihat Lio melepaskan tali dikaki Ri.
"Aku tau kok, ada dipohon itu!" Seru Ri sambil menunjuk sebuah pohon besar, aku menoleh kearah pohon itu. "Hiro! Sekarang!" Seru Ri yang mengomando Hiro, Hiro menekan tombol disana.
Beberapa detik, tak terjadi apapun. Hiro berjalan mendekati kami sambil menggeleng, aku menunduk kecewa. Ri menggeram, ia yakin sekli dengan hal itu. Sampai ada bunyi sesuatu runtuh, dan tanah dibawah kami runtuh.
"Yeeeaaayyy!!!" Seru Ri yang jatuh kebawah.
"....." Aku hanya diam, tapi dalam hati aku bersumpah tak akan mengikuti saran Ri lagi. Semembantu apapun itu, aku tidak peduli.
"Riang! Tameng! Kita akan mendarat!" Ria membuat sebuah tameng kristalnya yang lumayan besar, kami mendarat disana. Ri terkekeh, sepertinya ia sangat menikmati semua ini. Jadi bingung, adek siapa sih?
"Bravo!" Suara tepuk tangan dan seorang lelaki membuatku menoleh, lelaki itu memakai pakaian yang sangat canggih. Aku tau lelaki itu, dia adalah Saints. Astaga!
"Bravo gundulmu!" Seru Ri dengan kesal, tapi diabaikan oleh Saints.
"Saints!" Seru Aslan sambil berdiri, Saints menoleh sinis kearah Aslan.
"Tangkap dia" Kata Saints dengan dingin, ia mengomando beberapa orang untuk menangkap Aslan. Aku ber-teleportasi kedepan Aslan, melindunginya dari hal buruk.
"Dimana guruku?" Tanyaku dengan datar, Saints terkekeh mengerikan. Sebenarnya, ia memang sangat menyeramkan.
"Ikutlah denganku, Nona Muda" Dia mengulurkan tangannya, aku menggeleng keras.
"Atau... Aku beri kau motivasi lebih untuk mengikutiku" Katanya dengan nada menyeramkan, tangannya kini mengomando beberapa pengikutnya.
"Kakak!!!" Seru seorang gadis dengan manik biru lainnya, Aslan membulatkan matanya. Jadi, dia adiknya Aslan? Dia bukannya adalah gadis yang 'disandera' Lio dan Ri agar Aslan ikut kami?
"Alana!!!" Seru Aslan, ia berlari menuju tempat gadis itu. Tapi, ia ditahan oleh salah satu pengikut Saints. Pisau yang dipegang Saints kini menggores leher gadis itu, aku mulai panik. Bagaimana kalau sudah begini?!
* * * * * *
Author PoV
Suasana begitu ruwet, otak jenius Ri bahkan macet disaat begini. Moon tak bisa memikirkan rencana terbaik. Aslan yang kini sibuk mencoba melepaskan diri dari jaring perak, Selena yang juga senasib.
"Baiklah!!! Aku akan ikut denganmu!!! Lepaskan dia!!!" Seru Moon dengan tak terduga, manik Ri berkaca-kaca karena tak mau kehilangan kakaknya.
"Kak... Jangan..." Gumam Ri, Moon hanya menebar senyum pada mereka semua. Senyum lebar yang jarang ia tunjukkan.
"Jaga diri" Dua kata yang penuh makna, dia terkekeh pelan. "Aku akan kembali" Katanya, setelahnya ia menghilang bersamaan dengan Saints dan anak buah Saints. Air mata sudah mengalir dimata Ri.
Ri terduduk dilantai, kakinya lemas seketika. Kakaknya begitu polos, Saints takkan melepaskan gadis itu dengan mudah. Moon pasti akan ditawan dan dijadikan pengikutnya, atau malah alat untuk mengendalikan dunia.
Ri terisak pelan, ia memang pemberani. Tapi, tanpa kakaknya semua terasa sangat sulit. Aslan yang ada didalam jaring perak kini sudah dibebaskan, begitupun dengan Selena.
"Moon!" Gertak Lio, ia memukuk tembok dengan kesal. Percikan api terlihat ditangannya, dia marah. Ralat, Lio sangat marah. Ia tak terima jika temannya diculik oleh orang jahat. Tapi, apa yang bisa ia lakukan.
"Kita tak boleh begini!" Kata Hiro dengan keras.
"Kita harus bisa mencari Moon! Kita tunjukkan kalau kita berusaha!!!" Seru Hiro lagi, Ri menatap Hiro dengan tak percaya. Ri tersenyum tipis, ia berdiri dan mendekati Hiro.
"Hiro benar, kita harus mencari Moon. Juga guru kalian. Aku akan membantu, sebisaku. Ayo kerahkan tenaga kita" Kata Selena dengan senyuman hangat, Lio mengangguk dengan berapi-api.
"Ya, dan akan kubantai mereka semua" Kata Lio dengan wajah menyeramkan.
"Kami juga pasti membantu!" Seru suara cempreng Alana, ia tersenyum lebar untuk meyakinkan Aslan. Aslan menghela nafas panjang.
"Kalau Lana ikut, aku juga..." Kata Aslan, ia mengangkat tangannya dengan pasrah. Alana tertawa puas, kemudian melihat kearah semuanya.
"Ayo kita selamatkan kakak tadi!" Kata Alana dengan semangat, ia mengangkat tangannya. Aslan mengambil sebuah pedang bercahaya milik salah satu pengikut Saints.
"Nih, ini bisa mengalirkan listrik" Kata Aslan datar, ia melempar pedang itu pada Lio. Lio tersenyum karena mengerti.
"Ya!!! Kita mulai!!!" Komando Ri. Karena bagaimanapun, nasib Moon ada ditangan mereka.
*****
Dan, ini akan dilanjutkan dengan usaha Riang dkk untuk menyelamatkan Moon.
Bagaimana nasib Moon?
Bagaimana nasib Celestia dan Luna?
Bagaimana usaha Ri dkk ngebegoin Saints?
Pantengin terus ya!
-Franska
KAMU SEDANG MEMBACA
BUMI
FanfictionNamaku Moon, usiaku 16 tahun. Sekilas, aku terlihat seperti anak remaja biasa. Aku agak berbeda dari remaja kebanyakan tapi, aku menyukai diriku. Aku memiliki satu adik perempuan, dia terpaut usia setahun denganku. Tapi, aku memiliki rahasia kecil...