Author POV
Riang berjalan dengan tenang, ia dan antek-anteknya sudah memakai seragam bertarung pengikut Saints. Mereka pura-pura menangkap Aslan dan adiknya, dan mencari ruangan tempat Moon berada. Tentu baju itu hasil colongan Riang dan Lio, mereka sering main thief simulator.
Riang melihat sebuah pintu yang perlu memakai sidik jari. Riang mengeluarkan selotip dan jam tangannya, ia menempelkan selotip itu dijam tangannya, kemudian ia tempelkan selotip itu di sensornya. Sepertinya memang berhasil.
Riang memberi kode pada antek-anteknya untuk memasuki ruangan itu. Mereka terdiam, mereka berada diinti dari markas. Aslan bahkan tak pernah kesana. Disana ada lapangan rumput luas, dengan satu pohon ditengah sana. Dinding mesin menjulang tinggi, dengan sensor tak terlihat dilangit-langit transparan. Dari sini, mereka bisa melihat langit luas yang terlihat sangat indah.
Terlihat dua orang berbeda jenis kelamin ditengah padang rumput, suara mereka memecah keheningan.
* * * * *
"Baiklah, Nona... Kau adalah bagian penting dari cerita ini."
Aku mendengarkannya dengan saksama, jantungku berdegup lebih cepat. Aku takut. Jujur, aku takut bahwa ia membawa kabar buruk yang tak ingin kudengarkan. Aku takut suatu kenyataan akan menamparku dengan keras.
"Aku meneliti tentang Sun selama dua tahun ini. Kudapatkan sebuah fakta yang mengejutkan. Ayahnya adalah keturunan raja-raja, dia adalah laki-laki dari Klan Bulan yang senang berkelana. Ia mencapai Klan Matahari, dia bertemu dengan Ibu dari Sun. Wanita kuat yang sangat cantik,"
Untuk apa Saints menceritakan itu?
"Mereka jatuh cinta, menikah, dan memiliki tiga anak. Anak mereka dinamai dengan nama Klan Bumi, Klan yang pernah dikunjungi sang Ayah. Putri pertama, Sun Arieszta Novano. Dia menguasai kemampuan dua klan, luar biasa sekali. Anak kedua mereka, Galaxy Brivianzt. Dia menguasai kemampuan Klan Matahari, dan memiliki kejeniusan Klan Aldebaran. Dan, putri terakhir adalah gadis luar biasa dengan wajah bercahaya bagai purnama
"Sayangnya, setelah sang putri lahir mereka harus pergi jauh. Mereka menitipkan anak mereka di tiga Klan berbeda, mereka adalah kunci dari Dunia Paralel. Sang bungsu yang memegang kunci itu. Sun ada di Klan Bulan, Galaxy ada di Klan Matahari, sedangkan sang Bungsu yang masih bayi, terombang ambing. Hingga akhirnya, jatuh ketangan pasangan Klan Bulan. Sayangnya, Sang Istri meninggal saat melahirkan putri kembarnya.
"Sang kembar terpisah, si adik bersama si Bungsu. Kau tau siapa si Bungsu itu, Nona Moon?" Tanya Saints, ia melihat kearahku dengan tatapan mengerikan. Aku menatapnya dengan terkejut. Jangan-jangan... Jangan bilang...
"Ya, kau adalah Putri Bungsu yang hilang, Nona Moon Cadrientza Novano."
Ctaar!
Jantungku terasa berhenti berdetak, aku ingin menangis. Tapi, aku tak bisa melakukannya. Dadaku berdenyut keras, aku sudah merasakan kehilangan orangtuaku. Sekarang, aku harus kehilangan adikku? Riang? Dia tak sedarah denganku? Dia bukan adik kandungku? Ri memiliki keluarga sendiri?
"Aku minta maaf, aku tak tau dimana orangtuamu sekarang berada, Nona. Aku hanya tau bahwa mereka mencari kekuatan untuk melindungi dunia, saat itu dunia paralel terancam. Kekuatan dari ketiga anaknya bisa menghancurkan dunia paralel.
"Kemampuan yang muncul secara langka, kode genetika yang sangat rumit. Kau dan kakak-kakakmu yang disebut sebagai 'Anak surgawi' oleh buku, aku mencarimu selama ini, Putri" Kata Saints, ia melangkah mendekat. Aku menundukkan kepalaku dalam-dalam. Aku tak tau harus bicara apa, suaraku tercekat ditenggorokanku. Tapi, ada dorongan untuk mengatakan sesuatu.
"Kenapa..." Lirihku. Aku akan mengutarakannya.
"Tamengku tak sekuat Ri. Penyembuhan aku tak sehebat Hiro. Pedang maupun petir milik Lio tak kumiliki. Pukulan berdentum milikku bahkan kalah dengan Miss Celestia. Kemampuan teleportasiku tak sehebat Miss Luna. Kemampuan mengintaiku juga jauh dibawah Selena. Aslan dan Alana lebih pintar dariku
"Kenapa aku? Kenapa harus aku yang menjadi orang itu. Aku tak pernah mau, aku tak pernah memintanya. Aku hanya ingin bisa melihat orangtuaku, aku hanya ingin bisa mencium dan menyentuh mereka. Aku, aku tak pernah memiliki keinginan untuk menjadi orang dengan kekuatan hebat.
"Kalau aku mamiliki kekuatan itu, semua orang akan bergantung padaku. Mereka akan menghormatiku, tapi aku tak bisa berbuat baik untuk mereka. Bukankah itu menyedihkan? Aku tak mau seperti itu, aku tak pantas mendapatkan semua yang kau katakan..." Jelasku, air mata melesak keluar dari mataku.
Aku jarang menangis, aku selalu menerima kenyataan apapun dengan senang hati walau aku tak menunjukkannya secara langsung. Aku ingat terkahir kali aku menangis, saat aku mengingat orangtuaku. Mereka bukan orangtuaku tapi mereka tewas, apa aku ini memang membawa sial?
"Moon, aku tak masalah jika kau ingin aku mendidikmu. Aku tak masalah membantumu. Aku tak sejahat yang kaupikirkan, nak... Aku mengumpulkan aliansi, aku tau kalau suatu saat Si Tanpa Mahkota dan Sun akan menjadi lawan berat bagi dunia paralel. Kita harus menghentikan mereka. Karena itu aku mencarimu, Putri." Jelasnya, ia berlutut dihadapanku.
"Orang tua ini kini memohon agar kau mau menuruti kalimatku, nak..." Kata Saints, ngaku juga dia orang tua. Btw, umur dia berapa?
Apakah ini kesempatan untuk memperbaharui kemampuanku? Apa sebaiknya kuterima saja? Apa aku-
Aku hendak berjalan kearah Saints, saat tubuhku terjatuh karena pelukan seseorang.
"HUWEEEEE!!! JANGAN! JANGAN TINGGALIN RI GARA-GARA ITU OM PEDO!!! HUEEE!!!" Ri nangis kejer, aku mencoba berdiri.
"Lo gabakal kemana-mana, Moo!" Lio berkacak pinggang, rambut awut-awutannya tampak lebih berantakan.
"Iya! Jangan pergi, Moon!" Hiro turut menyahuti, aku menatap mereka dengan mata berkaca-kaca.
"Jangan lakukan, Moon!" Kata Selena juga menyahuti, ia menatap tajam Saints.
"Kembalilah, Moon!"
"Iya!"
"He'em!"
Manikku berkaca-kaca, aku menatap mereka dan memeluk Ri.
"Maaf, Saints. Kurasa, kau tau jawabanku. Aku tak bisa meninggalkan keluargaku."
Mereka keluargaku.
Peduli setan dengan orangtua asliku, pasti mereka akan datang dengan sendirinya. Tapi, biarkan aku menjaga yang sekarang kupunya. Tanpa takut kehilangannya, dan menikmati momen ini. Nikmati hidupku, mengalir bagai air dan menjadi manfaat bagi semua orang.
Akan ada saatnya aku bersinar, seperti bulan. Entahlah, tapi dimanapun sang matahari, dia akan datang.
Karena saat matahari turun, barulah bulan akan bersinar.
TBC
*****
Fyi, ini bakal lanjut ke sesion 2. Cerita keduanya bakal lebih fokus sama Ra dan Ri, sama cerita gimana Moon sama kakaknya ketemu. Mungkin akan kuupdate besok sesion 2nya. Sesion 2 bakal berjudul BUMI S2: BULAN.
Oh iya, disana bakal ada tambahan cogan lho. Hehe...
Pokoknya gitu, babay...
-Franska
KAMU SEDANG MEMBACA
BUMI
FanfictionNamaku Moon, usiaku 16 tahun. Sekilas, aku terlihat seperti anak remaja biasa. Aku agak berbeda dari remaja kebanyakan tapi, aku menyukai diriku. Aku memiliki satu adik perempuan, dia terpaut usia setahun denganku. Tapi, aku memiliki rahasia kecil...