"Enggak tau, emang kenapa?" Tanya Saints, memasang wajah polos. Moon facepalm.
"Trus, muka lo kenapa tegang tadi?" Tanya Moon dengan kekesalan tingkat tinggi, tapi hanya bisa mencoba bersabar.
"Biar dramatis aja." Katanya enteng, Moon dan Luna langsung ngelus dada. Moon kemudian menoleh kearah Luna, dia ingat wajah Luna juga sama tegangnya dengan Saints.
"Miss Luna tau sesuatu 'kan?" Moon memusatkan konsentrasinya pada Luna, tapi tak ada apapun yang bisa ia tangkap.
"Kau dapat melakukannya ya?" Tanya Luna dengan senyum. Moon hanya diam, ga yakin mau jawab apa.
Luna menutup mata, gambaran itu bermunculan kembali dikepalanya.
'Kenapa kau membunuh Ayah? Hei, jawab aku. Aku tak marah padamu karena kau menghancurkan tubuh calon pasanganku, aku juga tidak marah hanya karena kau menghancurkan pesta, aku tidak marah padamu, aku takkan bisa. Tapi... Kenapa kau melakukan ini?'
'Jawab aku dong... Setidaknya, kalau kau membunuh mereka, tolong jangan dihari Pernikahanku, bisa? Aku kan sudah berniat makan besar. Hei, jawab aku.'
'Tak usah menusuk tubuh Ayah lagi, dia sudah mati. Jawab, kenapa kau melakukan ini? Kau tidak mau menjadi penerus keluarga?'
Luna kembali membuka matanya, memijat keningnya yang berdenyut pusing.
"Kau kan anak surgawi, kau pasti memiliki salah satu kemampuan langka..." Moon melihat kearah Luna, dia tidak bisa mendengar 'perkataan-perkataan' itu dari Luna. Moon bahkan bisa mendengar 'suara' Saints.
'Hm... Apa Fala menyediakan makanan lagi, kurasa aku masih lapar...'
Oke, yang satu itu tidak berguna.
Moon mengangguk, walau tidak paham dia mencoba mengerti. Kemudian Saints berdiri, menghilangkan keheningan diantara mereka bertiga.
"Luna, coba kau cari Antares. Aku akan melatih mereka berdua. Kalau Para Laclaille atau apalah itu, biar kau saja yang melatihnya." Moon dan Luna ikut berdiri, mendengarkan Saints dan mengikuti perintahnya.
Moon menatap Saints bingung, dia kemudian mengikuti Saints menuju ketengah ruangan tersebut. Saints kemudian duduk ditanah, dia mengambil posisi tenang. Moon hanya diam dan ikut duduk, dia mengambil posisi ternyaman.
"Kita nunggu Si Antares dulu. Gaenak mulai duluan." Kata Saints yang memejamkan mata, Moon mengangguk dan ikut memejamkan mata.
"Memang Para Laclaille itu apaan sih?"
"Gatau, aku cuka merasa bisa mendengar 'suara hati' orang lain."
"Bagaimana kalau kita coba latihan sekarang, aku pernah mendengar kemampuan membaca pikiran itu.
"Dan kebetulan sekali, aku bisa membuat 'tameng pikiran'... Akan kucoba.
"Apa yang kupikirkan kali ini, Moon? Coba kau baca."
"..."
"Tidak bisa ya? Aku tau... Aku memang hebat, 'tameng pikiran' ini bisa kau pelajari dariku kalau kau mau."
"..."
"Moon? Kau marah? Ah, tenang saja. Aku tak memaksamu, aku hanya memberi saran."
"Em... Saints, coba... Kau... Buka matamu..." Suara Antares membuat Saints bingung, kenapa Moon yang ditanya tidak menjawab dan malah Antares yang jawab.
"Kenapa Ant?" Tanya Saints kemudian membuka sebelah matanya, dia melihat Moon yang tidur dengan posisi duduk dan kepala miring kekanan.
"Bocah Kampret. Sejak kapan?" Tanya Saints pada Antares, Antares melihat Saints dengan ragu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUMI
FanfictionNamaku Moon, usiaku 16 tahun. Sekilas, aku terlihat seperti anak remaja biasa. Aku agak berbeda dari remaja kebanyakan tapi, aku menyukai diriku. Aku memiliki satu adik perempuan, dia terpaut usia setahun denganku. Tapi, aku memiliki rahasia kecil...