"Moo~!" Seru Lio, aku terlonjak kaget. Secara refleks aku memberikan pukulan belakang pada Lio, Lio menjerit.
"Anjeng!!! Moon!!" Lio memelototiku, aku hanya menatapnya datar. "Sakit banget nih...." Kata Lio dengan alaynya, ingin rasanya aku meludahinya.
"Cih," Tapi aku hanya bisa mendecih pelan. Tiba-tiba aku kangen sama Aslan yang kalem.
"Moon, Riang sama Raib sekarang deket banget ya?" Tanya Lio, dia duduk dikursi semejaku. Aku mengangguk, tetap tak mau menatapnya. Aku menatap keluar jendela, kutatap matahari pagi yang belum terlalu cerah.
"Matahari? Bukankah namamu Bulan?" Tanya Lio dengan ke-kepo-an tingkat tinggi.
"Memang kenapa?" Tanyaku, aku memelototinya. Tentu saja aku tersinggung, memangnya kalau namaku 'Bulan' tak boleh melihat matahari?!
"Eh, maksudku kamu bisa melihat matahari dalam bentuk orang disini, Moon. Ganteng lagi," Katanya dengan pede tingkat dewa. Aku memutar mataku dengan malas. Aku sedikit menyesal sudah bicara dengannya.
Bodoh... Yang kupikirkan adalah sang matahari disana. Kapankah ia terbit dari tempatnya?
Ting tong...
Bunyi bel itu, akan ada pengumuman dari ruang guru. Biasanya dipakai jika mengumumkan kegiatan besok atau memanggil murid keruang BK.
"Bagi yang namanya disebut, harap segera menuju ruang BK"
Aku santai saja, aku tak pernah melakukan hal bandel disekolah jadi namaku tak mungkin disebut.
"Moon Cadenza, X—IPA 2. Lio Archendro, X—IPA 2. Harap segera pergi ke ruang BK SMP. Terimakasih"
Wait, what?
Aku menatap Lio sebal, kenapa harus dengan Lio?!
"Moon, jangan menatapku begitu! Kau selalu melampiaskan kemarahanmu padaku," Kata Lio, dia berdiri dan menarikku seenak jidatnya. Aku menurut saja saat Lio keluar ruangan kelas tanpa mengucapkan salam pada guru.
Ehh... Tunggu. Waktu itu. Aku dan Lio kan... Jangan-jangan gara-gara itu?
"Lio! Jangan-jangan kita dipanggil gara-gara ngagetin Pak Kepsek lagi?!" Seruku dengan resah, aku menautkan jariku dengan gugup dan tak nyaman.
Kenapa bisa begini sih?
"Kurasa bukan. Lagipula kita tidak tau kalau Si Botak masuk, lagian ngapain dia yang jaga ruangan kita waktu ujian kemaren." Kata Lio dengan kurang ajarnya.
Jadi, waktu ujian kemaren aku dan Lio berdiri dibalik pintu ruangan. Niatnya sih mau ngagetin Siti, seorang anak yang suka di-betak-in pulpennya sama Lio. Tapi, yang masuk malah pengawas. Pengawasnya ternyata Pak Kepsek, dia kaget dan sakit jantungnya kambuh.
Minusnya, kita kena pemanggilan ortu besoknya.
Plusnya, gajadi ulangan.
* * * * *
Aku duduk dikursi depan ruang BK SMP. Okay, aku tau kenapa aku dipanggil. Riang dan Hiro mengobrol dengan asyik disampingku, aku hanya melirik malas couple goals yang satu itu. Sementara Lio? Dia sedang jalan-jalan diruang BK dan melihat-lihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUMI
FanfictionNamaku Moon, usiaku 16 tahun. Sekilas, aku terlihat seperti anak remaja biasa. Aku agak berbeda dari remaja kebanyakan tapi, aku menyukai diriku. Aku memiliki satu adik perempuan, dia terpaut usia setahun denganku. Tapi, aku memiliki rahasia kecil...