Bumi S2| 17

340 17 1
                                    

"Aslan! Kok kamu tidur di pinggir jurang? Jatoh mati lho." Kata Moon.

"Perasaan tadi aku tidur di tengah jalan sana, apa ada yang mindah atau aku yang guling- Lho! Mo-Moon?! Tunggu! A-apa yang kau lakukan disini?!" Aslan berteriak, meski gugup. Iyalah, kan dia naksir sama Moon, dipeluk doi mana ada yang gak seneng coba.

"Aslan... Gue sama Antares nyasar..." Kata Moon dengan hopeless, Aslan beralih pada cowok yang berdiri canggung di belakang Moon. Aslan langsung memicing dan wajahnya bagai siap menerkam Antares.

Yup, Singa lawan Semut. Jangan langsung bilang kalau Singa yang menang, dalam suit aja semut menang lawan gajah.

"Hai?" Kata Antares dengan canggung, dia menggaruk pipinya yang tidak gatal sama sekali. Aslan berdiri dan berdiri dihadapan Moon, berusaha menjauhkan Moon dari Antares.

"Hissss! Ngapain lo disini?" Kata Aslan dengan bahasa Klan Bulan yang kasar, dia berdesis dan menunjukkan deretan gigi taringnya yang pastinya bikin Antares merinding.

"A-aku bareng Mo-" Wajah Antares pucat melihat raut wajah seram Aslan, Antares takut. Iya, takut. Antares ada semacam phobia pada singa mungkin? Atau pada singa betina, karena Aslan terlihat seperti singa PMS yang siap menerkam Antares dan menggigitnya lalu mengulitinya dan memakan dagingnya. Atau mungkin itu terlalu berlebihan.

"Iya, dia bareng aku." Kata Moon datar dari balik tubuh Aslan, suaranya sedikit bernada dan dia sedikit bersemangat. Moon tentu saja tidak peka dengan keadaan pertarungan antara Aslan dan Antares, tapi dia hanya ingin memberi informasi. Tapi, Aslan udah cemburu aja, dikira Moon belain Antares. Heh, bucin.

"O." Oke, itu jawaban yang sangat singkat dari Aslan, tak usah kaget.

"Aslan, kita bareng-Awww!" Siku Aslan tak sengaja menyikut bahu Moon, membuat gadis itu kehilangan keseimbangan dan terpeleset. Tubuhnya terjatuh tepat di jurang. Slow motion, tolong.

"Aslan... Antares..." Katanya lirih, ngeri dengan perasaan bahwa ia akan jatuh dan mati sebentar lagi. Otaknya blank seketika, mata Aslan dan Antares membulat seketika.

"MOON!!!" Seru mereka bersamaan, dan salah satu dari mereka langsung melompat untuk meraih tangan gadis itu.

* * * * *

Luna membuka matanya perlahan, melihat seorang figur yang terasa familiar dengannya. Matanya melirik figur itu dan menatapnya sendu, apalagi setelahnya melihat Celestia yang ada tak jauh darinya. Celestia tengah menyembuhkan luka-luka yang ia dapatkan dari pertarungan, yang Luna ketahui penyebabnya.

"Halo, kau merindukanku?" Sapanya dengan senyum bisnis yang terlihat licik di mata Luna, Luna menatapnya tajam.

"Pasti iya," Figur itu kembali tersenyum, kali ini lebih lebar. Dia berlutut dihadapan Luna dan menatap mata Luna untuk beberapa lama. Mata Luna memerah, merasa marah dan sedih bersamaan.

"Apa yang akan kau lakukan padaku?" Tanya Luna, membuat figur itu terkekeh sedikit. Figur itu berdiri menatap foto seorang lelaki dan wanita dengan pakaian pengantin, mungkin itu adalah foto pernikahan. Luna juga menatap foto itu sendu, rindu terlihat jelas di matanya.

"Untuknya, bukan. Untuk semua orang." Katanya lagi, Luna menatap lantai marmer dengan kemarahan yang ia tahan didalam dada. Celestia hanya memperhatikan, tatapan matanya tajam dan sorot matanya tampak kekhawatiran dan keingintahuan.

"Kenapa kau melakukan ini? Ada cara lain untuk melakukannya," Kata Luna sekali lagi, figur itu kemudian berbalik dan membentak Luna dengan wajah memerah karena marah.

BUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang