Aku terdiam sejenak, setelahnya aku segera berlari dengan sepatu pelampung ini. Aku mengerahkan pukulan berdentum kepada makhluk lendir itu, makhluk ini menjijikkan. Ia mengeluarkan lendir lengket saat aku menyerangnya, aku berteleportasi menjauh. Aku menggigit bibir bawahku, ini rumit. Sangat rumit.
"Astaga!" Pekik Selena saat makhluk itu mmenyemprotkan lendirnya, Selena berhasil menghindar. Aku melirik Ri dan yang lainnya, mereka masih terjebak disana. Aslan sudah mencoba alatnya, Lio sudah mencoba untuk memanaskan, Ri sudah membuat kristal, dan Hiro sudah mencoba menghilangkan tanah hisap tersebut. Aku melihat lebih jelas kearah tanah itu, itu lama-lama berubah menjadi lendir lengket seperti di monster itu. Ri memekik.
"Ihh!!! JIJIK!!!" Pekik Ri, ia memang seorang penggila kebersihan. Aku ingin membantunya, tapi sepertinya makhluk ini tak ingin aku melakukannya. Makhluk lendir ini menyemprotku dengan lendir, aku kembali menghindar. Ini buruk sekali.
Tanpa yang lain kami tak bisa apa-apa. Tanpa kristal milik Ri, atau petir dari Lio. Aku benar-benar panik, aku memberikan pukulan berdentum lagi pada makhluk lendir itu. Makhluk itu terus melolong, aku kehilangan konsentrasi. Aku hampir terjatuh, begitu pula dengan Selena. Saat itu dimanfaatkan makhluk lendir ini untuk menyemprotkan lendir pada Selena, Selena tak bisa bergerak dan perlahan mulai tenggelam. Aku menggigit bibir.
"Moon! Tenang saja!" Teriak Hiro dari jauh, aku merasakan kehangatan disekujur tubuhku. Ini rasanya nyaman, konsentrasiku meningkat. Aku mengumpulkan kekuatan dan memberikan pukulan kuat pada makhluk ini. Makhluk itu menyemprotkan kembali lendir itu dari mulutnya, aku berteriak. Aku membuat tanganku berbentuk huruf X di depan wajahku, dengan tangan yang terkepal.
Tapi, hei! Kenapa aku tak merasakan lendir lengket itu ditubuhku, aku membuka mata. Aku berhasil membuatnya! Aku berhasil membuat tameng, tidak seperti milik Ri yang dari kristal. Tameng ini transparan, sedikit tersamar. Makhluk itu menggeram keras, aku menutup mataku rapat-rapat.
Tangan besar dan berlendir milik makhluk itu mengenai tamengku, aku yang ada didalam tameng berbentuk bola terlempar beberapa meter. Tamengku tidak pecah, aku hanya perlu menambah konsentrasiku. Ini sangat tak menyenangkan. Aku menahan semuanya, ini memusingkan.
"Groaaa!" Seru makhluk itu, ia berjalan diatas lendir dengan mudah. Aku berdiri dan berteleportasi kedekat makhluk itu, tanpa disuruh aku melepaskan pukulan berdentum secara beruntun. Aku terus melakukannya sampai makhluk lendir itu oleng kebelakang.
"Yes!" Seruku. Tapi, ternyata makhluk itu bisa berdiri lagi. Makhluk itu justru kini memiliki 2 kepala. Kedua kepalanya menggeram.
"Anjer! Palanya nambah satu!" Teriakku secara tanpa sadar, aku menutup mulutku dengan malu. Yang lainnya menatapku, Ri bahkan tertawa. Ish, disaat seperti ini dia masih bisa tertawa selepas itu?
Tepat saat itu, aku lengah. Makhluk itu menyemprotkan lendir itu padaku, aku semakin tenggelam. Mataku terasa berat, apa ini?
*****
Author PoV
Didalam lendir itu, Moon membuka matanya. Bukan manik biru kehitamannya yang terlihat, tapi manik merah gelap yang bersinar. Riang menjerit kesenangan saat Moon mulai berdiri. Lendir itu tampaknya tak terlalu berpengaruh padanya.
"Kakak!!!" Serunya dengan manik berbinar-binar. Moon hanya melirik Riang sedikit, kemudian kembali fokus kedepan tanpa menghiraukannya.
"Kak?" Gumam Ri, yang hanya didengar Aslan dan yang dekat dengannya. "Kakak kenapa?" Tanya Ri dengan manik sedih. Moon maju kedepan.
Makhluk itu menggeram, ia menangkap Moon dengan tangannya. Moon diam, ia berjalan santai kedekat wajah makhluk itu. Moon melepaskan pukulan berdentum paling kuat yang pernah Riang lihat. Makhluk itu langsung jatuh kebelakang.
Moon langsung salto kebelakang, menghindar dari makhluk itu. Makhluk itu tak bangun lagi, makhluk itu berubah menjadi lendir. Sementara Riang dan yang lainnya sepertinya masih tak bisa keluar, berbeda dengan Selena yang sudah keluar.
"Kakak! Bantu aku-" Kalimat Ri tak dihiraukan oleh Moon yang melewatinya begitu saja, akhirnya Ri dan yang lainnya ditolaknya ng oleh Selena. "Moon! Kau kenapa?" Tanya Lio, Moon menghiraukannya lagi.
"Biarkan saja" Kata Aslan sambil mendengus. Lio menggertakkan gigi.
"Ini bukan soal pertarungan, Aslan!!! Ini soal persahabatan kami!!" Seru Lio dengan marah, Aslan terdiam. Ia tak pernah memiliki sahabat, jadi ia tak tau rasanya bersahabat.
"Moon!!!" Lio menarik bahu dan tangan Moon, ia melihat manik merah gelapnya. "Matamu, kenapa?" Tanya Lio sambil menatap mata Moon, Moon menunduk.
"Lepaskan" Kata Moon dengan pelan. Tubuh Moon jatuh, Lio memegang pinggang gadis itu.
"Moon! Bagaimana ini?!" Seru Hiro dengan panik.
"Salah satu ada yang sukarela menggendong Kakak?" Tanya Riang sambil melirik kearah laki-laki.
"Pegang dia dulu" Kata Lio pada Aslan, Aslan memapah Moon. Sementara Lio berjongkok didepannya, membelakangi Aslan.
"Naikkan" Kata Lio, Aslan melakukannya. Lio berdiri, ia menggendong Moon seperti yang ia lakukan saat mereka kecil.
"Jamgan khawatir, ia sering melakukannya saat kami kecil" Kata Hiro sambil tersenyum. Lio sudah ada dipaling depan.
Diam-diam, Moon membuka matanya. Ia tersenyum sambil terus meletakkan kepalanya dibahu Lio.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUMI
FanfictionNamaku Moon, usiaku 16 tahun. Sekilas, aku terlihat seperti anak remaja biasa. Aku agak berbeda dari remaja kebanyakan tapi, aku menyukai diriku. Aku memiliki satu adik perempuan, dia terpaut usia setahun denganku. Tapi, aku memiliki rahasia kecil...