Bumi S2| 13

375 24 3
                                    

Lio melihat cemas sekitarnya, mencari sosok seorang gadis yang ia sayangi. Sangat ia sayangi. Gadis yang begitu penting baginya, gadis yang menurutnya adalah bagian penting dari hidupnya, yang membuat hidupnya terasa lebih bermakna.

Dia ingat berjam-jam yang lalu saat kabar itu sampai padanya.

Flashback on

Riang tampak bersenandung ria, terik matahari tak lagi mengganggunya. Setidaknya, perjalanan ini cukup menyenangkan baginya.

Beep! Beep!

"Bunyi apaan tuh?" Tanya Lio dengan kepo, melirik kanan dan kiri dengan bingung.

"Oh, jam tanganku. Maaf, aku lihat dulu."

Manik Riang membulat ketika melihat pesan SOS singkat dari Luna. Pesan yang terkirim jelas dengan menumpang jaringan nirkabel sederhana yang ada disini.

"Riang! Oit! Apa isi pesannya?" Tanya Hiro yang juga penasaran dengan ekspresi yang diberikan Riang.

"Ri... Ada apa?" Tanya Ra dengan khawatir, menyentuh pelan bahu gadis itu. Riang langsung mengguncangkan bahu Raib dengan cepat.

"Ra! Ra! Kak Semut—Maksudku Antares hilang kak! Antares hilanggg!!!" Seruan Riang dengan dua bahasa sekaligus membuat mereka semua kaget, kecuali Ily yang notabene udah kenal Antares.

"Biarin. Paling keluyuran doang, ntar kalo laper juga pulang." Kata Ily acuh, mungkin Antares udah sering kabur.

"Bagus dong!" Kata Lio dengan senyum lebar.

"Iya, Moon gak bareng itu bocah semut lagi!" Kata Aslan dengan senyum kemenangan. Riang masih tampak pucat, dia berhenti menggoncang bahu Raib tapi masih menatap Raib, air mata terkumpul dikedua sudut matanya.

"Ra! Ra! Kakak katanya juga hilang, Ra! Tolong, Hiro!" Seru Riang dengan panik, dia menatap sekelilingnya dengan takut-takut. Riang beralih pada Hiro, meminta tolong sahabatnya.

Seketika, tawa Lio dan Aslan berhenti.

Dengan kompak, mereka berbalik menuju kota Illios.

Flashback off


Lio menoleh ke kanan dan ke kiri dengan cepat, tidak menemukan sosok gadis ber kepala biru itu. Yang dia temukan hanyalah pohon, pohon, dan pohon. Lio mendengus kesal, kembali memacu kecepatan dengan paksa. Tapi, sebuah suara membuatnya menghentikan gerakannya.

"Tunggu! Lio! Kau mau kemana?!" Seru Hiro dari belakangnya, Lio berbalik dan menemukan dua orang manusia berbeda gender, yang tengah menunggang seekor macan kumbang hitam pekat yang menggerung sesekali.

"Mencari Moon." Jawab Lio singkat, tak berminat mendengar lebih jauh lagi. Benaknya tengah kalut. Mengutuki Saints yang tak menjaga Moon dengan benar, Mengutuki Luna dan Celestia yang membuatnya meninggalkan Moon, dan Mengutuki Antares yang—menurut Lio—telah membawa Moon kabur. Atau singkatnya...

Lio mencurigai Antares menculik Moon. Dan, menyalahkan semua orang yang ada.

"Tapi, kau mau mencarinya dimana?" Tanya Riang dengan enteng, seolah mereka hanya mencari sebuah boneka kecil yang tak berguna. Lio menggertakkan giginya kesal.

"Kemana saja. Asal bisa menemukannya." Kata Lio dengan nada tertahan, menahan kesal agar tidak melampiaskannya pada kedua orang yang lebih muda darinya. Setidaknya, tidak sekarang. Lio harus mencari Moon.

BUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang