Bab 8: Nightmare

155 10 0
                                    

Arghhhhh...
.
.
.

#Leo pov
Aku mengerjapkan mataku berkali-kali. Hal pertama yang aku lihat hanyalah pandangan yang kabur saja. Aku mengucek mataku berkali-kali agar terlihat lebih jelas.

Aku merasakan tenggorokanku sangat kering. Ketika aku menoleh ke samping kanan, aku melihat ada satu gelas kosong dan jug berisi air. Aku bangun dari posisi baringku lalu berjalan menghampiri meja yang jaraknya 1 meter di hadapanku itu.

Ketika aku sudah berada sangat dekat dengan meja itu aku segera menggapai jug berisi air lalu menuangkan isinya ke dalam gelas kosong tadi. Tapi aku merasa jug ini seakan terlalu berat dan akhirnya jug itu pun lepas dari genggaman tanganku lalu terjatuh dan pecah.

Aku mengerang marah dan menggerutu tak jelas. Tiba-tiba aku merasakan kehadiran seseorang dari luar pintu kamar ku. Karena aku kurang fokus jadinya aku tidak mengetahui siapa yang berada di luar.

Instingku mengatakan kalau para pelayan atau Iqballah yang berada di luar sana karena hanya mereka saja yang selalu masuk ke kamarku. Jika orangtuaku 'tidak mungkin lah' karena aku sangat membenci mereka. Jadi aku akhirnya menggapai gelas yang kosong tadi lalu segera membantingkannya ke arah pintu.

Arghhhh...

Prakkk...

Aku tersentak kaget dengan jeritan seseorang di balik pintu yang setengah terbuka itu. Lalu aku menghampiri sosok itu dan terbelalak kaget.

"k-ka-kak..." ujarnya tergagap sambil mendongak ke atas menatapku kaget.

Aku segera sadar dari keterkejutanku, lalu segera menunduk dan memegang kedua bahunya.

"Kau tidak apa-apa? Apa ada yang terluka?" tanyaku cemas.

Dia pun langsung berhambur memelukku dengan erat. "kakak..."

Aku semakin khawatir ketika ia langsung memelukku. "iya ada apa Lycra?" tanyaku dan membalas pelukannya.

Ia pun meleraikan pelukannya dan memandangku jengkel. "Apa kakak ingin membunuhku! Untung aku segera menunduk, jika tidak bisa-bisa kepalaku hancur terkena kaca itu!" ujarnya geram sambil mengarahkan jari telunjuknya ke arah pecahan gelas di samping belakangnya.

Pandanganku hanya mengikuti arah telunjuknya, dan tersenyum sinis. Aku masih ingat lagi perbuatannya sebelum aku tidak sadarkan diri, jujur aku masih merasa kesal dengannya dan ingin membalas dendam.

"Oh ya! Bukankah itu bagus? Sekurang-kurangnya kepalamu akan digantikan dengan kepala ikan!" ujarku sinis.

Aku melihatnya semakin kesal dan jengkel. Tanpa aku menduga ia mengangkat kedua tangannya dan menarik rambutku kasar.

"Arghh... hei apa yang kau lakukan!" ujarku kaget sambil menarik tangannya bermaksud meleraikan perbuatannya yang masih setia menjambak rambutku yang indah ini.

Ia pun akhirnya berhenti menarik rambutku. Mulanya ia hanya diam menatapku jengkel tapi akhirnya ia pun segera tertawa lepas. Sambil memperlihatkanku sesuatu yang berada di genggaman tangannya.

Mataku melotot ke arah benda di genggaman tangannya tidak percaya. "Ra-rambut ku!" ujarku yang masih membeku.

"Hahahahah rasa kan itu." tawanya mengejek.

Aku merampas dengan kasar helaian rambutku yang telah copot dari kepalaku itu di genggaman tangannya. Aku masih saja melotot helaian rambut itu dan akhirnya aku berteriak histeris.

"Tidakkkkkkkkkkk!"

Suaraku menggema di seluruh seisi istana, sedangkan gadis di hadapanku itu bukannya merasa bersalah malahan semakin mengeraskan tawanya.
.

Fantasy World: Seven ChallengesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang