Seorang gadis remaja tampak menggerutu kesal sambil berjalan terus-menerus tanpa arah tujuan yang pasti.
Ia mengamati sekelilingnya dengan ekspresi bingung. "Uh baiklah aku akui, aku benar-benar tersesat!" membuang nafas pelan, ia pun terus berjalan dengan hanya mengandalkan insting.
Srettt!
Dengan secepat kilat, gadis itu segera menghindari anak panah yang hampir saja menembus jantungnya. Sambil menenangkan pikirannya yang sempat panik, ia pun mendongak menatap kesal sosok yang telah berani memanahnya barusan. "Siapa kalian!"
Sekitar lima sosok pemuda melesat turun dari arah pohon di sekitarnya. Mereka mendarat dengan hati-hati di hadapan gadis tersebut dengan ekspresi angkuh.
"Ck! Ternyata cuma makhluk rendahan yang tidak memiliki kekuatan!" ujar salah satu dari mereka sambil mendecakkan lidahnya sinis.
Gadis yang telah diremehkan tadi yang tidak lain adalah Lycra Aulia pun memutarkan bola matanya malas. Ia mengamati mereka satu persatu dengan tatapan datar. "Makhluk apa lagi ini?" batinnya lelah.
Mereka masing-masing mengenakan pakaian hijau dengan rambut perak serta bertelinga sedikit runcing. Lycra bahkan beranggapan mereka hanya mengenakan kostum peri yang tampak mirip dengan kartun disney yang pernah ia tonton di acara televisi sebelumnya.
"Siapa kamu?" tanya sosok yang sepertinya merupakan pemimpin mereka. Ia mengenakan pakaian yang tampak lebih mewah dari mereka berempat dengan garis-garis coklat gelap sebagai corak yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Di belakangnya pula terdapat sebuah busur dan anak panah perak.
Lycra hanya diam. Ia melirik sekilas sosok pemuda yang lumayan tampan di hadapannya dengan raut sinis, kemudian kembali melanjutkan perjalanannya yang sempat tertunda.
Merasa diabaikan begitu saja, membuat pemuda yang bertanya barusan semakin marah. Namun segera ia merendam emosinya yang hampir saja lepas kendali. Sambil mempertahankan ekspresi angkuh, ia memerintahkan keempat sosok yang sedari tadi diam untuk segera menyerang Lycra yang sudah berjalan cukup jauh.
Lycra mengamati berbagai jenis tumbuhan di sekelilingnya. "Ada yang aneh!"
Lycra mengernyit bingung ketika menyadari pohon-pohon di sekitarnya seakan-akan ikut bergerak mengekorinya. Dalam hati Lycra mengutuk kesal. "Tidak usah bersembunyi lagi!" serunya mulai was-was.
Tanpa aba-aba, keempat sosok tadi segera menyerang Lycra secara bersamaan. Mereka mengendalikan sulur tanaman kemudian mengikat Lycra dengan sangat erat sehingga menyulitkan gadis itu untuk bergerak bahkan bernafas.
"Ergghhh..." Lycra mengerang pelan menahan rasa sakit yang luar biasa. Ia mendongakkan kepalanya kemudian menatap tajam sosok pemuda tadi yang merupakan pemimpin mereka.
"Apa yang kalian inginkan? Lepaskan aku!"
"Lepas? Setelah mempermalukan pangeran kami kamu pikir bisa bebas semudah itu?" sosok pemuda yang kulitnya tampak lebih pucat dibandingkan mereka berempat menatap Lycra dengan sinis.
"Mungkin..." balas Lycra seraya mengangkat kedua bahunya pura-pura polos.
"Kamu!" sosok tadi mengepalkan kedua tangannya erat bersiap-siap untuk menyerang namun di hentikan oleh sosok yang dipanggil pangeran tadi.
"Hentikan!" jeda. "Bawa gadis itu kemudian lemparkan ke sarang para Orc!" perintahnya dengan kejam sambil melirik sekilas ke arah Lycra. Namun, melihat ekspresi gadis itu yang tampak biasa saja membuatnya bertambah geram.
Baru saja keempat sosok lainnya ingin bersuka-cita, namun di hentikan kembali oleh pangeran mereka.
"Tidak. Bawa saja gadis itu ke istana biar aku sendiri yang akan menghukumnya," seusai berkata, ia pun melesat pergi secepat kilat membuat empat sosok lainnya terheran-heran dengan sikap pangeran mereka yang tampak sedikit aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fantasy World: Seven Challenges
ФэнтезиSemenjak Lycra hampir mati akibat ulah seekor serangga, ia bertemu dengan sosok misterius yang ia duga bukan berasal dari dunia manusia. Akibat rasa penasarannya sangat besar, ia memutuskan untuk pergi ke dunia Fantasi semata-mata hanya untuk mencar...