Lycra tidak terkejut dengan pernyataan tersebut, karena ia sudah menduganya dengan hanya melihat bentuk fisik mereka yang memang seiras.
"Lalu?" Lycra menaikkan sebelah alisnya. Sedangkan kedua pemuda tadi hanya menghembuskan nafas berat.
Mereka menatap Lycra dengan teliti. Dante memicingkan matanya ketika pandangannya tertumpu pada sesuatu yang melingkar di pergelangan tangan Lycra. "Apa itu?" baru saja ia hendak menyentuhnya, sengatan listrik menghalangi tangannya. Sedangkan Denta hanya menjadi pemerhati.
"Gelang yang diberikan oleh Yang Mulia Ratu Silrunie."
Mereka berdua terbelalak kaget, kemudian berlutut di hadapan Lycra dengan menyilangkan tangan kanannya di dada lalu menunduk hormat.
"Hormat kami Nona," ujar mereka serempak.
"Maaf jika kami telah lancang terhadap Nona," ujar Dante.
Sedangkan Lycra hanya mengeram pelan kemudian berlalu pergi meninggalkan mereka berdua. "Apa dia marah?" bisik Denta pelan.
"Entahlah." Dante berdiri kemudian mengekori Lycra dari belakang. Tidak ingin ketinggalan, Denta melakukan hal yang sama.
Dari kejauhan terlihatlah seorang gadis manusia yang terus saja mengeram kesal. "Uh... kenapa setiap ada saja seseorang yang melihat gelang ini pasti akan menunduk hormat padaku?" tanyanya lebih kepada diri sendiri.
"Itu karena gelang di tanganmu itu merupakan milik keluarga besar Kerajaan Thunder," jawab seseorang entah siapa.
Lycra membalikkan badannya lalu mengedarkan pandangannya ke segala arah. Tidak menemukan apa-apa, ia mengangkat kedua bahunya tidak peduli lalu meneruskan perjalanannya.
Sedangkan sosok yang menjawab tadi membekap mulutnya rapat-rapat. "Dasar bodoh! Hampir saja ketahuan." Dante menatap tajam Denta. Sedangkan yang ditatap hanya menyengir tidak berdosa.
."Bagaimana perkembangannya?" tanya sosok yang seluruh permukaan tubuhnya ditutupi oleh jubah hitam dan mengenakan topeng emas yang menutupi sebagian wajahnya.
"Manusia itu sepertinya telah mendapatkan kepercayaan dari pemimpin bodoh tersebut," jawab sosok yang menunduk hormat di hadapannya. Rambutnya berwarna hitam sedikit kebiruan serta iris biru gelap yang mengkilat.
"Terus awasi! Dia akan sangat berguna bila tiba saatnya." Tawanya menggelegar sehingga menyebabkan burung-burung gagak terbang ketakutan.
."Eh kau rasa kemana gadis itu akan pergi?"
"Mana aku tahu."
"Dan kenapa kita mengekorinya seperti orang bodoh yang tidak mempunyai pekerjaan lain?"
"Diamlah! Aku masih penasaran padanya." Dante masih memerhatikan Lycra yang sibuk bermain dengan beberapa ekor kelinci.
Denta mengumpat kesal, "Uh baiklah."
."Di mana Lycra? Sedari pagi aku tidak melihatnya."
"Gadis itu bersiar-siar di luar Istana Pangeran."
Leo membelalakkan matanya, "Apa! Aku harus segera menyusulnya."
"Tunggu Pangeran!" Langkah terhenti lalu membalikkan badannya menatap Iqbal tidak suka.
"Yang Mulia Raja dan Ratu telah mengijinkannya. Sekarang Lycra dalam pantauan penasehat kerajaan.
Leo menghela nafas pelan, "Aku akan tetap pergi."
"Ingat Pangeran. Besok malam adalah hari besar kedatangan para sekutu."
"Aku tau, tapi..."
"Anda harus segera mempersiapkan diri. Pikirkanlah baik-baik Pangeran." Iqbal berlalu pergi meninggalkan Leo yang masih sibuk dengan keputusannya.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fantasy World: Seven Challenges
FantasySemenjak Lycra hampir mati akibat ulah seekor serangga, ia bertemu dengan sosok misterius yang ia duga bukan berasal dari dunia manusia. Akibat rasa penasarannya sangat besar, ia memutuskan untuk pergi ke dunia Fantasi semata-mata hanya untuk mencar...