Rantai emas yang mengikat Lycra mulai mengendur. Seperti tidak pernah lelah, ia terus meronta layaknya orang gila.
Siren yang sedari tadi menyanyi juga kian bersemangat ketika korbannya jatuh ke dalam pengaruhnya.
Hewan-hewan buas yang sebelumnya mengelilingi Lycra tadi sudah kabur duluan begitu siren muncul. Mungkin karena takut menjadi korban, mereka kabur dengan keadaan terbirit-birit.
"Manusia..." siren itu meneteskan air liur. "Sangat lezat!" Seperti tidak pernah makan seumur hidup. Siren itu bahkan dengan hati-hati memindai Lycra yang masih berusaha melepaskan diri.
Kringgg!
Bunyi rantai yang berjatuhan terdengar jelas. Namun siren itu tetap melanjutkan nyanyiannya.
Lycra berdiri mematung setelah berhasil melepaskan diri. Seperti ada yang bertengkar dengan pikirannya, gadis itu memilih memejamkan mata dengan raut kosong.
Siren yang sedari tadi memperhatikan Lycra dari jauh pun mengerutkan alis. "Apa yang dilakukannya?"
Rasanya sangat familiar. Sesuatu yang tersimpan di dalam dirinya seperti mengirimkan beberapa resonansi samar.
Lycra membuka mata. Tanpa ragu, ia mengeluarkan belati kecil dari balik sakunya.
"Iya, itu benar. Tusuklah jantungmu sendiri!" siren itu menyeringai puas melihat Lycra menuruti kehendaknya.
Dengan gerakan perlahan, Lycra pun mengarahkan belati tersebut ke arah jantungnya.
Krakkk!
Sesuatu yang patah berhasil membuat siren menghentikan nyanyiannya.
Belum sempat siren itu mencerna situasi, tiba-tiba saja belati yang di pegang Lycra barusan mendarat mulus di dahinya.
"Ba-bagaimana bisa..." belalaknya tidak percaya.
Sedangkan Lycra sibuk merenggangkan ototnya yang masih kaku.
"Huh! Terima kasih atas nyanyiannya. Berkatmu aku bisa bebas." Lycra tersenyum cerah ke arah siren yang masih bersembunyi di balik karang.
Gelang biru yang sebelumnya telah membatasi kekuatan sihirnya, kini sudah hancur berkeping-keping.
Siren itu menghembuskan nafas kasar. Ia menarik belati yang masih menancap di dahinya kemudian berenang menghampiri Lycra.
"Bagaimana bisa..." wajahnya masih shock. Mungkin masih belum bisa menerima kenyataan.
Mata Lycra berbinar takjub menatap siren di hadapannya. "Ternyata... siren itu benar-benar wujud."
"Tentu saja aku wujud." Siren itu mulai cemberut. "Hei manusia! Kau belum menjawab pertanyaanku."
Lyrca mengangguk mengerti kemudian mengambil posisi duduk di atas pasir. Sambil memandangi siren yang masih berenang bebas di hadapannya, Lycra tampak berpikir, "Aku juga tidak tau."
Siren itu menaikkan alisnya. "Jangan berbohong!"
"Aku tidak berbohong." Lycra tersenyum cerah. Terima kasih kristalnya."
Siren itu tertegun sejenak. Buru-buru ia memeriksa batu kristal di dahinya namun nihil, tidak ada apa-apa di sana.
"Kau!"
"Mencari ini?" Lycra menyeringai sinis sambil memainkan batu kristal berwarna biru laut di tangannya.
"Kembalikan kristal milikku!" Siren itu berubah wujud menjadi manusia kemudian mendarat dengan hati-hati di atas pasir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fantasy World: Seven Challenges
FantezieSemenjak Lycra hampir mati akibat ulah seekor serangga, ia bertemu dengan sosok misterius yang ia duga bukan berasal dari dunia manusia. Akibat rasa penasarannya sangat besar, ia memutuskan untuk pergi ke dunia Fantasi semata-mata hanya untuk mencar...