Bab 24: Siren

188 4 0
                                    

Lycra berkeringat dingin. Di hadapannya terdapat beragam jenis hewan laut yang terkenal mematikan.

"Sialan kakek tua itu! Kenapa membawaku ke sini!"

Lycra ingin menangis namun tidak bisa. Karena menangis tidak akan segera menyelesaikan masalah dan hanya membuang-buang air mata saja.

"Kalau mau balas dendam dengan elf sialan itu kenapa harus melibatkanku juga?

"Aku masih ingin hidup dan meneruskan tujuanku..."

Lycra membuang nafas lelah. Seluruh tubuhnya diikat erat oleh beberapa rantai besi berwarna emas.

Kejadian kemarin terngiang-ngiang terus di benaknya.

Setelah Lycra kehilangan kesadaran, ia di bawa ke sebuah bangunan runtuh yang terletak di luar kekuasaan kerajaan Oceanth.

Ketika kesadarannya kembali, dapat ia rasakan seluruh tubuhnya sangat lemah.

"Ini di mana?" suara Lycra serak karena tenggorokannya sangat kering.

"Sudah bangun?"

Lycra mendongakkan kepalanya. "Si-siapa?"

Di hadapannya kini duduk seorang pria paruh baya yang menatapnya intens. Di lengannya terdapat sisik-sisik berwarna biru layaknya seekor ikan.

"Hmm?" Lycra mengerutkan alisnya. Ia menutup mata kemudian membukanya lagi karena pandangannya masih kabur.

"Manusia, ya?" pria di hadapannya tampak berpikir. "Ternyata masih ada."

"Apa maksudmu? Dan kau siapa?"

"Bukan siapa-siapa." Pria itu menunduk agar bisa menatap Lycra lebih dekat. "Kamu datang bersama elf itu kan?"

Lycra menyipitkan matanya. "Ternyata bukan mengincarku," batinnya lega.

"Bukan urusanmu!" Lycra mengangkat dagu. "Kau pasti musuhnya. Dan kau menculikku hanya sebagai umpan kan?" tebak Lycra dengan sangat percaya diri.

Pria itu tertawa terbahak-bahak. "Kalau iya kenapa? Hn?"

"Percuma." Lycra mengangkat sudut bibirnya. "Kau tidak akan dapat apa-apa."

"Itu benar. Tapi kau..." pria itu memindai Lycra dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan tatapan merendahkan."Sebagai aliansi juga tidak buruk."

Tidak mau berlama-lama di ruangan itu lagi, pria di hadapannya segera pergi setelah memerintahkan anak buahnya untuk mengawasi Lycra dengan ketat.

"Huh!" Lycra memejamkan mata lagi. "Kenapa efeknya belum hilang?" bisiknya kesal.
.

GRRR!

Bunyi geraman hewan-hewan laut di sekelilingnya membuat Lycra benar-benar muak.

Ia sudah lelah berdiri dengan kondisi terikat erat pada pilar bekas reruntuhan.

"Elf bodoh, kapan kau kemari?"

"Aku lelah."

"Mau pulang!"

"Tapi... tidak tau ke mana."

Lycra terkekeh pelan. "Aku tidak punya rumah di sini. Jadi..." raut wajahnya berubah sayu. "Untuk apa aku ke sini?" lanjutnya seakan bertanya pada diri sendiri.

"Cuma sebulan. Setelah menemuinya... aku akan kembali pulang ke dunia manusia." Lycra tersenyum kecut. "Mungkin..."

Brakkk!

Bunyi tabrakan terdengar jelas memekakkan telinga. Baru saja Lycra ingin mengumpat, tiba-tiba saja terdengar suara yang sangat merdu seakan menarik pendengarnya untuk ikut hanyut dalam nyanyiannya.

Fantasy World: Seven ChallengesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang