"Di mana kotanya?" tanya Lycra untuk yang ke sekian kalinya.
"Tunggu saja."
"Sudah setengah hari. Kenapa belom sampai?"
"Masih jauh."
"Sampai kapan?"
"......."
"Ck!" Lycra mendelik. Ia kembali fokus menunggangi kudanya sambil mengumpat kesal dalam hati.
Ratu Nerlysh dan raja Orc akhirnya berbaikan berkat Lycra. Selain tidak akan saling menyerang, mereka juga sepakat akan saling melindungi antar kerajaan satu sama lain.
Sebagai hadiah, ratu Nerlysh mengiklaskan batu kristal Greenchroust kepada Lycra asalkan gadis itu setuju membawa pangeran Alferd bersamanya.
Dan di sinilah mereka berdua berdiri di hadapan air terjun yang sangat indah.
"Benar tidak apa-apa aku membawa batu ini?" bisik Lycra pelan.
"Memangnya apa Yang Mulia ratu katakan?"
"Katanya, tidak apa-apa..."
"Ya sudah."
Lycra mendengus kesal. Ia memilih memalingkan wajahnya menatap air terjun yang terus saja mengalir dengan deras.
"Aku penasaran..." Lycra berpikir sejenak. "Sosok yang mengenakan jubah hitam di wilayah terlarang itu siapa?"
"Guardian."
"Lalu... kenapa jenderal Garch bisa dengan mudah mengambil batunya?"
Pertanyaan Lycra yang sedari tadi coba ditahannya akhirnya keluar juga.
Pangeran Alferd tampak berpikir sejenak. "Hanya dia dan Yang Mulia ratu yang tahu kelemahannya."
Oke, tanpa penjelasan lebih pun Lycra sudah bisa menebak apa yang sebenarnya terjadi. Ternyata dengan memanfaatkan sikap munafiknya itu, ia berhasil menjadi orang kepercayaan ratu Nerlysh kemudian mencari waktu yang pas untuk merebut batu kristal Greenchroust.
Pangeran Alferd mengerutkan dahi. "Dari mana kamu tahu?" Ia menatap Lycra curiga.
"Eh itu..." Lycra tersenyum kaku. "Tidak mungkinkan kalau aku mengaku mengincar batu itu juga?"
"Kebetulan... aku pernah lewat."
"Kebetulan ya?" pangeran Alferd mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti.
"I-iya," jawab Lycra terbata.
Pangeran Alferd berjalan mendekat ke arah air terjun.
"Mau ngapain?"
"......."
"Kalau ditanya itu harus dijawab."
"Berisik."
Walaupun tidak tau apa yang akan dilakukannya, Lycra memilih mengekori pangeran Alferd dari belakang.
"Eh!"
Lycra tertegun sejenak. "Itu... kota?"
Di hadapannya, terdapat banyak bangunan mewah yang berjejeran rapi di samping jalan.
"Tadi bukannya kita melewati belakang air terjun ya?" Lycra mengamati satu persatu deretan bangunan mewah di sekelilingnya dengan takjub.
"Ayo!" pangeran Alferd berjalan duluan ke arah bangunan yang tampak lebih besar dari bangunan yang lainnya.
"Yang Mulia Pangeran Alferd."
Dari jauh, seorang pria paruh baya membungkuk hormat ke arah pangeran Alferd dengan senyum hangatnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fantasy World: Seven Challenges
FantasySemenjak Lycra hampir mati akibat ulah seekor serangga, ia bertemu dengan sosok misterius yang ia duga bukan berasal dari dunia manusia. Akibat rasa penasarannya sangat besar, ia memutuskan untuk pergi ke dunia Fantasi semata-mata hanya untuk mencar...