2-Where Are You?

19.3K 465 5
                                    


Lisa PoV

Dering alarm handphone membangunkanku dari tidurku. Hari ini aku akan bersiap berkeliling Singapore kembali. "Universal Studio, im coming" teriakku dengan sumringah. 

Aku bersiap berangkat dengan menggunakan kemeja kotak-kotak warna pink dengan rok jeans warna biru. Tak lupa kugunakan wedges warna pink yang senada dengan kemejaku. Kuikat rambut panjangku dengan karet pita warna biru. Hari ini aku harus terlihat cantik di depan pria itu. Aku berjalan keluar kamar menuju lobby hotel. Kulirik jam ditanganku, "Sudah hampir jam tujuh, sebentar lagi dia akan datang" batinku dalam hati. Kududuk di sofa sambil sesekali melirik pintu masuk lobby. 

Satu jam berlalu tidak ada tanda-tanda dia muncul. "Sudah jam 8 dan belum ada tanda-tanda dia datang, where are you?" batinku dalam hati. Kutunggu sejenak sampai tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 08.30 pagi. "Aku rasa kamu lupa janjimu" ucapku dalam hati. Dengan berat hati kuputuskan aku akan menghabiskan waktuku sendiri. Aku beranjak pergi meninggalkan lobby sampai terdengar suara seseorang meneriaki namaku.

"Delisia, kamu sendirian mau kemana?" ucap pria tersebut. Kutoleh kebelakang dan kulihat sosok Rey. Pria itu adalah Reyndra Kandatama. Salah satu rekan kerja dikantorku yang mendapatkan reward serupa denganku. Reyndra berasal dari bagian IT dan sesungguhnya aku tidak begitu mengenalnya, selama ini kami hanya bertegur sapa semata.

"Hai Rey, apa kabar? panggil aku Lisa. Aku berencana pergi ke Universal Studio dan aku sendirian" ucapku dengan lembut padanya. Rey menatapku dan berkata "Bagaimana jika pergi bersama? Dirga dan Dek Dwi masih tertidur pulas akibat minum semalam dan hari ini aku berakhir sendirian."

Aku terdiam sejenak. Kupikir tiada ruginya pergi bersama Rey karena aku akan aman bersamanya. "Tentu menyenangkan pergi dengan pria baik seperti Rey" batinku dalam hati. Hari ini Rey terlihat tampan dengan kemeja lengan panjang warna biru, celana pendek hitam selutut dan sepatu warna coklat.

"Ayo kita pergi bersama Rey, kita keliling Singapore berdua" ucapku pada Rey. Rey menyambut ucapanku dengan senyum bahagia. Kami berangkat ke Universal Studio dan bermain disana. Begitu banyak foto dikameraku bersama Rey. Saat waktu menunjukkan pukul 2 siang, kami memutuskan pergi ke Starbot Cafe di Sentosa Gateway untuk makan siang. Kami memesan nasi goreng berdua dengan suasana cafe yang dipenuhi tema robot. Setelah makan kami sempatkan diri berfoto bersama-robot di film Transformer yang ada di cafe ini.

Aku melanjutkan perjalanan kembali berkeliling Singapore bersama Rey. Kami putuskan berangkat ke Singapore Botanic Gardens. Kami menyegarkan diri dengan melihat ribuan tanaman indah dan pemandangan hijau di SBG. Lalu kami melanjutkan berbelanja oleh-oleh di sepanjang Orchad Road. Saat berbelanja, aku kembali kagum dengan Rey. Beberapa kali dia berbelanja untuk Ibu dan Ayahnya, tipe pria yang family oriented.

Tak terasa waktu hampir menunjukkan pukul 6 sore. Aku dan Rey memutuskan kembali ke hotel. Sepanjang perjalanan Rey membantu membawakan tas belanjaanku sampai kami tiba di Lobby.

"Terimakasih Rey untuk satu hari yang menyenangkan, entah apa jadinya aku tanpamu." ucapku dengan tawa canda pada Rey.

"Terimakasih kembali delisia, aku senang menghabiskan waktu bersamamu. Besok kita bisa mengulangnya kembali" kata Rey padaku sembari memberikan tas belanjaanku. "Mau kuantar sampai depan kamar delisia?" lanjutnya

"Tidak usah Rey, kamu kan mau bertemu Dirga dan Dek Dwi di Bar, see you tomorrow." Aku melambaikan tanganku pada Rey dan Rey membalas melambaikan tangannya juga."See you tomorrow Lisa". Rey melangkah pergi meninggalkanku ke arah Bar.

Aku melangkahkan kakiku ke lift dan bersiap menuju lantai 4 tempat kamarku berada. Ketika lift sampai, aku keluar dan berjalan lambat menuju kamarku. "Lelahnya" batinku dalam hati. Entah mengapa di saat seperti ini aku memikirkan dia. Aku masih marah atas perlakuan Dia yang membatalkan janjinya padaku. Aku masuk ke dalam kamarku dan meletakkan belanjaanku. Kubaringkan tubuhku yang lelah dikasur. Lalu terdengar suara bel kamarku berbunyi. "Siapa yang menggangguku sekarang." ucapku sendiri. Kulangkahkan dengan berat kakiku untuk membuka pintu. Tiba-tiba aku dikejutkan dengan sesosok pria tak asing berdiri didepan pintu kamarku.

.............................................................................

"Hai Lisa, kamu kemana saja?" ucapnya dengan lembut. Aku marah dalam hati, seharusnya aku yang bertanya seperti itu. "Bukankah seharusnya aku yang bertanya seperti itu?" jawabku dengan tegas. Aku begitu marah tetapi sebenarnya aku senang melihatnya.

"Maafkan aku, ini hadiah untukmu, bukalah." Dia menyerahkan sebuah kotak padaku. Kubuka kotak tersebut dan kulihat sebuah dress biru yang sangat cantik. "Indahnya" batinku dalam hati.

"Untuk apa dress ini?" ucapku padanya. "Bagaimana kalau kita makan malam berdua? Aku ingin menebus kesalahanku padamu?" ucapnya dengan lembut.

"Kamu belum menjelaskan alasanmu tidak menepati janji" jawabku cemberut. "Maafkan aku Lisa, sebenarnya aku bukan sekedar travelling disini. Ada bisnis yang harus kukerjakan. Dan tadi aku tidak bisa meninggalkan pekerjaanku. Aku minta maaf." ucapnya dengan tulus. Aku bisa melihat kejujuran dari matanya.

"Baiklah aku memaafkanmu, aku akan setuju makan malam asal kamu memberi tau namamu dan nomer handphonemu." ucapku padanya. Kulihat dia berpikir sejenak, lalu menjawab dengan lembut "Aku pria tak bernama, panggil saja aku Kakak. Dan aku tidak memiliki handphone" jawabnya dengan lembut.

"Pria tanpa nama? Apa kamu gila? Dan ini 2011, mana ada orang tidak memiliki handphone. Kamu berbohong padaku!" kataku dengan tegas.

"Sungguh Lisa, panggil saja aku kakak. Aku tidak berbohong padamu, aku tidak memiliki handphone" ucapnya dengan tenang. Kulihat dari wajahnya bahwa dia tulus, bahkan tatapan matanya mengisyaratkan hal yang sama.

"Baiklah kak aku percaya padamu. Tunggulah sebentar, aku akan berganti baju." Lalu aku masuk ke dalam kamarku dan mengganti pakaian dengan dress pemberiannya. Kukenakan kembali wedges pinkku dan ku gerai rambut panjangku. Tak lupa ku poles lagi make up tipis di wajahku dan kugunakan parfum sebanyak mungkin karena aku belum mandi. "Semoga aku tetap wangi didekat kakak." batinku dalam hati.

Aku keluar dari kamar dan kulihat Dia berdiri dengan membawa sebuah kotak kecil. "Kotak apa ini kak?" ucapku padanya. Dia membuka kotak itu dan ternyata berisi sebuah kalung emas putih berliontin huruf L. Kakak membalikkan posisi badanku dan memasangkan kalung itu di leherku sambil berkata "Ini untukmu Lisa, kamu adalah gadisku, milikku seorang." ucapnya dengan posesif. Kakak lalu mengecup leher belakangku yang membuatku merinding. 

"Sesungguhnya aku tak suka bila ada pria lain yang bisa tertawa bersamamu. Jadilah milikku Lisa, aku menyukaimu." ucapnya dengan tenang. Aku terdiam mendengar ucapannya. Pipiku merona merah dan aku tersipu malu mendengarnya.

"Terimakasih kak untuk segala hadiahnya. Ayo kita makan kak, aku sudah lapar." ucapku dengan gelagapan. Aku harus segera mengakhiri situasi aneh ini. Hatiku terasa kacau tak karuan. 

.............................................................................

Malam ini aku dan dia berwisata di Clarke Quay, tempat yang sangat indah dan penuh kelap kelip lampu terang. Kami makan malam bersama di cafe sepanjang Singapore River. Hari ini dia memperlakukanku bagai ratunya. Dia sangat romantis dan penuh kelembutan. Jujur saja, bersamanya terasa jauh lebih nyaman dibandingkan bersama pria lain bahkan Rey sekalipun. Setelah menghabiskan malam bersama, dia mengantarkanku kembali ke hotel sampai ke depan kamar. 

"Terimakasih kak untuk dressnya, makam malam dan hari bersamamu. Senang bersamamu kak." ucapku dengan senyuman indah. Dia membalasku dengan senyuman dan berkata "Semakin aku bersamamu, semakin aku menyukaimu Lisa." Dia menggenggam tanganku dan mencium tanganku.

"Aku mencintaimu Lisaku". Dia menatapku dengan lembut. Tatapan kami beradu hingga dia mendekatkan wajahnya padaku. Hidung kami saling tersentuh. Dia mengangkat daguku dan menatapku semakin dalam. Perlahan bibirnya mendekat dan menyatu dengan bibirku. Bibirnya terasa sangat manis dan aroma tubuhnya sangat memikat. Ciuman kami terasa semakin panas ketika dia mendekap diriku dalam pelukannya. Aku bisa merasakan debaran jantungnya. Hembusan nafasnya sangat terasa ketika dia menghentikan ciuman kami.

"Aku juga telah jatuh cinta padamu kak." ucapku padanya sembari memeluknya kembali. Dia membalas pelukanku, membelai rambutku dan mencium keningku.

"You're mine Lisa, you're mine."

Malam ini menjadi malam tak terlupakan yang kualami di Singapore, awal aku dan dia merasakan jatuh cinta.

Forgive MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang