10-Luapan Emosi

11.9K 317 0
                                    




Lisa PoV

Tatapan matanya membuat hatiku terluka. Teringat semua kenangan pahit yang menimpa hidupku selama enam tahun. Begitu banyak hal yang ingin kuucapkan pada dirinya terutama aku ingin melampiaskan semua kebencianku padanya. Namun, semakin menatapnya semakin membuatku tersiksa. Aku tak sanggup melihatnya secara langsung seperti ini.

"Are you okay Lisa?"

"Ada apa?" hanya dua kata ini yang sanggup keluar dari mulutku. Aku ingin marah tapi bibirku tak sanggup berucap.

"Kamu membenciku?"

Pertanyaan Christ membuatku diam berpikir sejenak. Aku tak menyangka dia bisa bertanya hal yang sudah tentu jawabannya iya.

"Menurutmu?" balasku dengan berusaha menatapnya.

"Kamu sangat membenciku Lisa" ujarnya dengan raut muka sedih.

"Kalau tidak ada hal penting yang ingin dibicarakan, silahkan pulang, karena aku ada kesibukan lain" kuarahkan tangan kananku mempersilahkan dirinya pergi, namun dengan sigap dia meraih tanganku.

"Maafkan aku Lisa, kumohon maafkan aku" Christ menggenggam tanganku dan menatapku sedih.

"Pergilah" sekali lagi hanya kata usiran yang sanggup keluar dari mulutku.

"Kamu masih mengenakan kalung pemberianku Lisa" Christ memandang ke arah leherku yang masih melingkar kalung emas putih berliontin L dari dirinya.

"Lepaskan tanganku, kumohon pergi!" kutarik tanganku dari genggamannya dan kubentak dirinya dengan kasar. Aku merasa sangat bodoh karena tidak sanggup melepaskan kalung pemberiannya.

"Aku bisa jelaskan semuanya Lisa, dengarkan aku dulu" mohon Christ padaku. Aku bisa melihat ketulusan dalam matanya dan merasakan kejujurannya.

"Sudah terlambat Kak. Terlalu banyak kebohongan yang kamu buat untukku. Menyembunyikan identitasmu dariku lalu setelah mendapatkanku kamu tinggalkan aku. Pantas saja kamu ambil kameraku di Singapura, ternyata kamu ingin menghapus semua foto kebersamaan kita, agar istrimu tidak tau kelakuan bejatmu!"

Airmata yang sedari tadi kutahan tak mampu terbendung lagi. Aku menangis meluapkan semua emosiku yang terpendam selama 6 tahun.

"Lisa, aku punya alasan dibalik semua ini. Maaf aku tidak bisa muncul enam tahun belakangan ini, aku perlu waktu untuk menemuimu. Kumohon percayalah padaku, sampai sekarang aku hanya mencintaimu"

PLAK. Aku menampar Christ dengan sangat keras yang membuatnya terdiam.

"Cinta? Cinta seperti apa yang tega meninggalkan wanitanya selama enam tahun. Enam tahun itu tidak sebentar kak.Kakak mana tau apa saja yang sudah kulalui selama ini. Karena kebejatanmu aku kehilangan semuanya sedangkan kamu bahagia dengan kehidupanmu. Hidupku yang sempurna hancur berantakan. Keluargaku menanggung malu karena aku harus membesarkan............."

Aku terdiam. Hampir saja aku mengungkapkan keberadaan Dava. Aku tidak boleh menceritakannya pada Christ. Aku tidak mau Christ akan mengambil Dava dariku sekalipun Dia adalah ayah kandungnya.

"Kumohon pergilah, kepalaku sakit. Aku benar-benar muak melihatmu kak"

Kudorong tubuh Christ menjauhi pintu apartmentku dan kututup pintunya. Semua ingatan masa lalu muncul dan membuat airmataku terus mengalir. Pertemuan kami hanya menyisakan luka yang semakin mendalam. Aku membenci dirinya, sangat membencinya.

..............................................................................................................................

Beberapa minggu kemudian

Author PoV

Minggu pagi, Lisa mengantar Rey dan Dava ke Bandara. Mereka akan berangkat menuju ke Bali.

"Kamu yakin tidak ikut aku ke Bali sayang?" ucap Rey sembari membelai lembut rambut Lisa.

"Kontrakku masih 3 bulan lagi Rey, aku selesaikan tanggungjawabku dulu dengan kantor, selesai kontrak aku akan menyusulmu ke Bali, antar Dava sampai dirumah Papa ya"

"Aku masih tidak percaya kamu akhirnya mau tinggal di Bali bersamaku, aku jadi tidak perlu mengurus pindah kerja dan jauh dari orangtua, terimakasih ya Sa, aku tunggu kamu di Bali"

Rey memeluk Lisa dan Lisa membalas pelukannya. Dava datang bangun dari tempat duduk tunggu bandara dan meminta dipeluk juga oleh Lisa. 

"Anak mama paling hebat harus nurut nanti sama kakek nenek ya. Mama akan segera menyusul Dava dan Papa. Janji mau jadi anak baik?"

"Janji mama. Mama jangan lama kerjanya ya. Dava tunggu mama pulang"

 Lisa mencium kening putra sematawayangnya tersebut dan menurunkan Dava dari pelukannya. Hari itu mereka berpisah sementara. Lisa akan menjalani hari-harinya di Jakarta selama kurang lebih 3 bulan sendirian.

..................................................................................................................................

Keesokan harinya Lisa kembali bekerja seperti biasa. Dia harus tetap semangat menyelesaikan setiap pekerjaannya sebelum kontraknya selesai. Sesampainya di ruangan department keuangan, Lisa melihat rekan-rekannya berkumpul disofa dan berbicara serius.

"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Lisa santai sambil meletakkan tasnya di atas meja kerjanya.

"Del ada kabar buruk" jawab Sheila sedih.

"Ada apa?" 

"Kamu dipindah-tugaskan menjadi sekretaris Direktur"

"APA? Informasi darimana itu?"

"Bu Dina dapat informasi langsung dari Pak Direktur dan department kita baru saja menerima surat pemindahanmu. Hari ini kamu resmi pindah. Selamat ya Del. Perlengkapan kerjamu sudah pindah ke ruangan barumu" jawab Sheila sembari memeluk Lisa.

"Selamat ya Del naik jabatan yang luar biasa, susah loh jadi sekretaris Direktur. Gajimu naik berkali-kali lipat" jawab Rizal dengan nada medoknya.

Lisa diam terpaku mendengar informasi ini. Haruskah dia senang ataukah dia harus sedih. Lisa bingung bagaimana bisa barang-barangnya pun sudah dipindahkan. Apa yang terjadi dengan hotel ini?

"Siapakah Direkturnya? Istri kakakkah si Bela Allyson? Sanggupkah aku bekerja dibawahnya?"batin Lisa dalam hati.

....................................................................................................................................

Lisa berjalan gontai menuju ruangan Direktur. Pikirannya kacau dipenuhi pemikiran akan bekerja dengan istri Christ. Sesampainya di ruangan Direktur, Lisa kembali dikejutkan dengan dengan meja kerja mewah dengan design warna emas dan putih. Perlengkapan kerjanya sudah tertata rapi di meja tersebut bahkan ada papan bertuliskan namanya dan jabatan barunya. 

"Kamu senang?"

Lisa menoleh terkejut melihat Christ berdiri di hadapannya bersama dengan pria seperti asistennya.

"Selamat pagi Nona Delisia. Nama saya Surya Adiningrat, saya adalah asisten pribadi Tuan Christ. Mulai hari ini Nona akan bekerja sebagai sekretaris  Pak Christian selaku Direktur Hotel Allyson. Nona akan mengurus jadwal dan schedule Pak Christ serta mengatur sarapan dan makan siang Pak Christ. Nona juga harus melaporkan laporan perjalanan Direktur setiap minggunya kepada Tuan Christ"

"Selamat datang Lisa, senang melihatmu" Christ tersenyum sangat manisnya hingga membuat jantung Lisa berdebar tak karuan.

Lisa terpaku benar-benar bingung harus menjawab apa. Lisa tidak menyangka hidupnya akan menjadi seaneh ini. Kuatkah Lisa menjalani kehidupannya yang baru?

Tunggu eps selanjutnya ya ^^

Forgive MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang