"Putri Olive!"
Entah berapa kali para pelayan dan Kyle harus memanggil. Olive tidak kunjung membuka pintu sekedar untuk makan. Mereka tahu, sejak pertemuan pagi kemarin, Olive tidak mau diganggu. Para pelayan bahkan tidak bisa masuk ke kamar, seperti saat ini.
"Tuan Kyle, apa yang harus kita lakukan?" Kyle bisa melihat para pelayan yang begitu khawatir. Mereka tidak mau berspekulasi, tetapi kematian raja Lowind membuat mereka berpikir yang tidak-tidak. Begitu juga dirinya.
"Aku akan mendobraknya. Kalian mundurlah!" ucap Kyle. Para pelayan saling melihat satu sama lain, mungkin tidak percaya dengan apa yang didengar. Karena merusak fasilitas kerajaan sama saja dengan kriminal. Namun, mereka kehilangan akal untuk berpikir panjang, keadaan Olive sangat
Setelah memastikan para pelayan mundur, Kyle menyentuh pintu kayu yang dilapisi emas. Dirinya mengembuskan napas, ada rasa tidak tega mendobrak barang di hadapannya.
Kyle menjauh lalu mendorong pintu tersebut dengan bagian kanan tubuhnya. Tidak terbuka, dia ulang kembali. Hingga kelima kali bahu kanannya mulai sakit. Namun, hati dan pikiran sepakat untuk mencoba lagi. Kyle enggan peduli dengan para pelayan di belakangnya yang tengah meringis. Di pikirannya hanya ada satu tujuan.
Suara gedebuk terdengar oleh Kyle sendiri. Dia membuka mata dan pintu kayu tersebut terbuka. Kyle tersenyum bahagia dan berucap, "Akhirnya."
"Apa yang kamu lakukan, Kyle?" Lelaki tersebut melirik ke samping kanannya. Perempuan dengan gaun sederhana dan rambut kepang.
Kyle mengerutkan dahi. "Harusnya aku yang bertanya! Kenapa kamu di sini, Rosalind?"
"Bertemu Putri, memangnya hanya kamu yang bisa menemuinya?" sindir Rosalind sambil tersenyum. Di banding para pelayan maupun Kyle, gadis kepang itu lebih awal mengambil langkah masuk ke kamar Olive.
Kamar Olive memang rapi, kecuali kotak yang telah terbuka. Tidak ada siapa-siapa di dalam. Tidak berselang lama Kyle masuk. Lelaki tersebut celingak-celinguk mencari Olive. Bagaimanapun semua khawatir padanya.
"Ya ampun!"
Kyle membelalak menemukan Olive terkapar di lantai. Mata sembab membuktikan segalanya. Gadis itu menangis hingga tertidur di lantai. Namun, wajah pucat pun menjelaskan jika sejak semalam Olive tidak memakan sesuap gandum untuk mengisi perut.
Tanpa memperhatikan bunga-bunga bokor di dalam ruangan, Kyle langsung mengangkat Olive. Dia pun berpesan pada Rosalind, "Aku akan ke tabib istana. Tolong sampaikan pada Tuan Lyon dan Alfred tentang ini."
Rosalind hanya geleng-geleng. "Dasar putri menyebalkan."
Sekarang di hadapannya ada sebuah kotak, bukan sembarang orang yang yang bisa menyentuhnya. Namun, isi di dalamnya tidak ada. Tidak mungkin Olive sudah mengambilnya. Rosalind membuang napas.
Dia mengangkat kotak dan menemukan tanaman yang menempel. Dilihatnya dengan teliti. Bokor. Bunga para penyihir. Segera dia membuang kotak tersebut jauh-jauh. Tidak peduli itu milik kerajaan atau bukan. Lalu matanya tidak bisa memercayai apa yang dilihatnya. Bunga bokor tumbuh menjalar ditembok dan lantai. Tanpa akar, hanya daun dan bunga yang seolah-olah tempelan.
"Bagaimana bisa bunga para penyihir ada di kamar Putri Olive?"
•••••
Olive tidak tahu apa yang terjadi. Seingatnya dia bertemu seorang lelaki dengan rambut hitam legam. Namun, dia itu tidak menyebutkan nama atau bahkan ciri agar dia mengetahui siapa.
Ada yang aneh lagi setelah dirinya. Bangun. Seingat Olive, dia ada di kamar dan menangis. Hatinya masih belum mengikhlaskan kepergian Raja Kenneth. Lalu kenapa dirinya kini ada di ruang medis tempat para prajurit diobati?
KAMU SEDANG MEMBACA
Hortensia's Tears (END) [dalam Revisi]
FantasyHortensia's Tears : I love you to the moon and back Dalam kehidupan yang ditinggali oleh berbagai makhluk hidup, cinta dan tahta menjadi paling agung. Semua diatur oleh sang penenun takdir, Dewa Agung. Namun, tidak semua cinta akan berjalan mulus...