2. Surat

53.9K 2.6K 10
                                    

Suara gaduh antara sepatu kaca dan lantai beradu di dalam istana. Olive tidak mau tertangkap. Keluarga bangsawan gila! Mana ada anak umur delapan belas tahun belajar politik, lagi pula apa gunanya itu semua? Jika Raja Kenneth pulang nanti, dia akan mengadukan semua kejadian menyebalkan ini pada ayahnya. Biar saja mereka dihukum, lagi pula calon suaminya adalah penasehat muda dan akan diangkat menjadi raja. Masa depannya dan kerajaan sudah sangat cerah tanpa ada celah kegelapan menutupi takdir mereka.

"Putri Olive!" tegur suara berat di ujung ruangan. Olive mana peduli. Dia semakin menaikkan gaun yang mengembang lalu mempercepat langkahnya menuruni tangga.

Menapaki rumput-rumput hijau, Olive tidak bisa ke mana-mana. Bahu kanannya terasa berat. Hanya satu orang yang berani seperti ini padanya. Maka dia melihat ke belakang tanpa ragu.

"Jangan mencoba lari lagi, Putri," ujar lelaki berhati dingin di hadapannya."Kamu pun harus belajar menjadi ratu."

"Tugas ratu hanya mendampingi rajanya, apa sulitnya itu? Lagi pula ada Alfred. Sudahlah! Aku tidak ingin belajar," balas Olive memukuli dada Kyle.

Kyle mengembuskan napas. "Percuma saja."

"Percuma? Percuma apanya?" tanya Olive pada lawan bicaranya. "Ah sudah! Lebih baik kamu lindungi aku dari semua keluarga Duke yang menyebalkan itu."

"Mereka tidak berbahaya, Putri! Jadi aku tidak perlu melindungi kamu dari mereka," balas Kyle. Olive mengembungkan pipinya, sahabatnya yang satu ini memang tidak bisa diajak kompromi!

Olive celingak-celinguk. Di ujung sana dua perempuan keluarga Duke kelimpungan mencari dirinya. Olive segera menarik tangan kekar Kyle. Meski dia tidak cukup kuat, lelaki tersebut mau tidak mau harus mengerti. Pada akhirnya Kyle memang harus mengalah.

Keduanya berlari memasuki labirin taman kerajaan. Satu-satunya tempat yang Olive pikirkan agar terhindar dari keluarga Duke. Jika berhasil menemukan jalan, mereka akan disambut oleh taman bunga yang berada di tengah-tengah. Berbagai bunga dirawat dengan baik oleh keluarga Sperare. Berjajar bunga mawar dengan yang warna yang berbeda ada di sisi-sisi labirin. Waktu kecil Olive sangat ingin memiliki daun semanggi, tanaman lili dan lavender di taman tersebut.

Ketiga bunga itu sulit ditemukan di Kerajaan Lowind. Namun ayahnya tidak pernah menyerah untuk mendapatkan bunga tersebut dan mencari ke berbagai kerajaan lainnya di ForesseSwirl. Dia sangat menghargai ketiganya dan tidak akan pernah lupa beta berharganya ketiga bunga itu.

"Ini?" lirih Kyle lalu melanjutkan kata-katanya, "taman yang dikelola keluargamu, Putri Olive?"

"Benar. Indah, kan? Semua bunga itu aku suka, tapi ini masih kurang, bunga dari berbagai tempat belum ada di Kerajaan Lowind," ucap Olive. Kyle hanya geleng-geleng. Tidak hanya gaun cantik dan perhiasan yang dikoleksi, ternyata Olive pun maniak bunga.

Kyle butuh menepi, dirinya berjalan ke sisi lain dan memilih berbaring di rumput-rumput hijau. Pandangannya teralihkan pada putri yang kini berlari-lari pada sekumpulan kupu-kupu berterbangan di dekatnya, saling berinteraksi. Seperti anak kecil saja, pikir Kyle. Namun, itulah putri dari kerajaan ini. Entah kapan gadis itu berubah.

Tidak butuh waktu yang lama, Olive akhirnya kelelahan. Menghampiri Kyle dan duduk berdampingan.

Mereka menikmati angin yang berembus di sekitar sembari melihat awan-awan bergerak secara perlahan di atas sana. Sang Dewa tengah mengawasi mereka, mungkin, Kyle tidak ingin memercayai hal-hal seperti itu. Karena jika benar, dia akan mempertanyakan alasan apa yang membuat manusia dan penyihir tidak bisa berdamai. Dia lalu menutup mata, tidak mau memikirkannya lebih lanjut.

"Apa keluargamu juga punya keunikan Kyle?" celetuk Olive tiba-tiba.

"Menurutmu?" Kyle sibuk menutup matanya. Tidak, dia hanya tidak mau menatap Olive terlalu lama.

Hortensia's Tears (END) [dalam Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang