Akankah kebenaran itu datang?
Tidak. Nyatanya kami yang kehilangan cahaya. --- the wicht
•••••
Olive mendekati tubuh gadis yang semakin pucat. Mata gadis itu masih menatapnya geram. Lagi-lagi Olive tidak kena pada sasarannya. Kali ini dia sengaja.
Anak panah itu melesat pada perut Rosalind. Cukup untuk menahan gadis itu berlama-lama dan meratapi nasibnya. Namun, Olive hanya berpikir untuk mengadili Rosalind dengan selayaknya.
"Putri, biar aku yang memenggalnya," ucap Kyle.
Olive menggeleng. "Masih ada yang lebih penting dari itu, Kyle."
"Aku tidak tahu kalau kamu tipe penyiksa, Putri," balas Kyle.
"Apa?!" Olive melirik Kyle gemas. Mencubit tangan laki-laki itu dengan cemberut.
"Jika bukan tipe penyiksa, lalu apa yang ada di hadapanku?"
"Jangan memenggalnya, kita penggal dia dia tanah kelahirannya. Sesuai hukum yang berlaku. Kyle, aku hanya minta tolong untuk membuat Rosalind pingsan," jelas Olive padanya.
Lelaki itu mengangguk. Dia semakin mendekat pada Rosalind. Gadis di hadapannya kesulitan bicara, Kyle mewajarinya. Menimbang-nimbang Kyle lalu mengangkat pedang dan memukul tengkuk Rosalind dengan ujung gagangnya.
Kyle mengembuskan napas lega. Dia lalu melirik pada tas yang berisikan Myra. Peri kecil itu semakin pucat, bahkan baju yang terbuat dari bunga pun makin mengering. Olive merasa takut. Apakah dia sudah terlalu banyak membuang waktu?
"Kita harus ke tengah pertempuran, Kyle," ucap Olive tiba-tiba.
Kyle membelalak. Untung saja tangannya masih kuat menggenggam pedang, jika tidak nyawa Rosalind sudah melayang. Dia melihat pada gadis berambut pirang yang menjadi fokusnya. Olive sibuk memperhatikan Myra, lalu dari mana gadis itu punya pikiran untuk beranjak ke peperangan?
Olive berhenti memandang Myra. Dia mencoba melihat ke sekeliling. Hutan yang mereka lalui cukup menyejukkan. Derasnya air terdengar hingga kupingnya. Tempat yang cocok untuk berjalan-jalan, tetapi tidak untuk Sekarang.
"Kyle?" Olive membalikkan badan, menatap Kyle itu penuh kebingungan.
"Maaf, Putri, aku hanya terkerjut," ucap Kyle yang baru saja sadar dengan pemikirannya. Dia lalu menghampiri kuda hitam.
Kyle mengulurkan tangan, tetapi gadis itu menolak. "Kali ini biarkan aku duduk di belakangmu. Aku akan berpegangan erat."
"Baiklah, Putri. Namun, aku tidak akan segan-segan membawa kuda ini."
"Tidak masalah."
Kyle membantu Olive naik ke kuda dengan tangannya. Jantungnya berdegup kencang, ini pengalaman pertamanya. Olive mencoba menutup mata, membuang napas lalu mengeratkan kedua pegangan di pinggangnya.
Olive merasakannya. Bagaimana kuda itu melaju cepat. Suara 'tuk-tak-tuk' beradu cepat pada tanah lalu memantul di dalam terowongan. Jika mereka berjalan ke kanan sebelumnya, Olive akan kembali ke Desa Stowe.
Tiba-tiba semua menjadi terang. Meski hanya penerangan dari cahaya bulan. Kyle pula turut menghentikan kudanya. Olive melihat dengan jelas danau suci yang pernah dikunjunginya. Namun sejak kapan?
"Kenapa kita di sini?" tanya Olive.
Kyle menggeleng. "Harusnya terowongan itu memiliki sihir yang mengarah langsung pada tempat penyihir. Tapi kenapa ...."
"Kamu saja tidak tahu apa lagi aku, Kyle," balas Olive murung.
Kyle menoleh. "Memang aku bertanya pada, Putri?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hortensia's Tears (END) [dalam Revisi]
FantasiaHortensia's Tears : I love you to the moon and back Dalam kehidupan yang ditinggali oleh berbagai makhluk hidup, cinta dan tahta menjadi paling agung. Semua diatur oleh sang penenun takdir, Dewa Agung. Namun, tidak semua cinta akan berjalan mulus...