Olive mencoba beranjak dari kasur. Melangkahkan kaki ke barat tepat di mana pintu berada. Berulangkali dia menarik ke belakang, tidak ada yang berubah. Saat dia dorong ke depan, tidak juga pintu terbuka.
Luciel memang benar. Kamar ini milik Atha, disihir khusus agar hanya lelaki tersebut atau Luciel saja yang masuk. Jujur saja, kamar ini tidak lagi berbentuk semenjak Olive melemparkan bantal dan berbagai hiasan ke segala arah. Banyak figura yang terjatuh, guci pecah dan lain sebagainya.
Olive kembali memeluk lutut dan bersender pada tembok. Hal tersebut biasa dia lakukan ketika putus asa. Tahu-tahu pintu terbuka. Jika Atha, Olive yakin lelaki yang merupakan raja dari Kerajaan Ranhold itu akan menarik rambut dan menyeret ke atas ranjang, lalu memarahinya. Jika Luciel, panglima muda tersebut akan membawakannya nampan berisi makanan asing, makanan khas dari kerajaan mereka. Namun, pintu kembali ditutup, hanya selang beberapa menit pintu kembali dibuka.
"Ya ampun!" pekik lelaki tersebut. "Putri sedang apa Anda di situ?"
"Merenungi nasib yang begitu sial," balas Olive seraya menunduk. Tidak memedulikan siapa yang sedang bertanya padanya.
Luciel mengembuskan napas. "Bagaimana kabar Anda sekarang?"
"Kabar apa? Jika kamu menanyakan fisik, tentu saja aku sehat. Jika yang kamu tanya batin ...."
"Anda buruk. Dari manapun kondisi Anda terlihat buruk." Luciel memilih berjongkok. Duduk di samping Olive. "Bagaimana jika aku mengantarmu berkeliling Kerajaan Ranhold?"
"Aku ingin menemui Kyle dan Myra." Luciel bergeming. Berulang-ulang mengembuskan napas lalu mengangguk.
Luciel mengulurkan tangan dan berkata, "Kalau begitu ayo! Akan aku antarkan Putri pada Myra."
Tanpa keraguan Olive membalas uluran itu. Meski begitu, tatapan gadis tersebut sangat kosong. Itulah yang Luciel takutkan. Harusnya saat pertama bertemu mereka tidak bercanda terlebih dahulu. Luciel yakin, sikap Olive pada Atha pasti tidak akan begini. Semua akan baik-baik saja.
Luciel memilih menuntun Olive mengitari kerajaan. Memperkenalkan beberapa tempat yang ada, padahal dia tahu gadis tersebut tidak akan menyimaknya dengan baik.
"Putri, bolehkah aku bercerita padamu?" tanya Luciel sambil meliriknya.
Olive hanya mengangguk. Sikap yang sangat mirip dengan anak kecil berusia lima tahun. Luciel hanya tersenyum.
"Usia Putri saat ini delapan belas tahun, 'kan? Kalau begitu kita seumuran," ucap Luciel.
"Apa? Tunggu!" kilah Olive, "Bukankah kamu kembar dengan Kyle? Kalau begitu seharusnya usiamu dua tahun di atasku, sama seperti Kyle."
"Seharusnya. Namun, usiaku terhenti semenjak ibuku meninggal tepat di Poison of Tree karena menyentuh ujung pohonnya. Aku yang tidak mengerti apa-apa tiba-tiba dibawa oleh beberapa pasukan penyihir.
"Dua tahun aku diasuh oleh keluarga kerajaan. Meski Raja Atha berbeda lima tahun denganku, dia sangat bijak. Bahkan, dialah yang mengajarkanku cara menggunakan pedang dan menjadikan aku bawahannya. Saat itulah umurku kembali bertambah. Aneh bukan?
"Tepat diusianya yang keenam belas tahun, Raja Atha memilihku sebagai prajurit. Menyuruh diriku berada di keluarga Darknight, tetapi tidak diizinkan turun ke peperangan sampai saat ini," jelas Luciel pada Olive.
Olive tidak tahu kenapa. Telinganya mendengarkan apa yang Luciel ceritakan. Tentang umur lelaki yang mendampinginya dan tentang Atha. Bahkan dia tidak sadar jika Luciel membawanya ke sebuah taman yang hanya di kelilingi bunga bokor biru. Di tengah-tengah bunga seorang peri terbang dengan bahagianya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hortensia's Tears (END) [dalam Revisi]
FantasyHortensia's Tears : I love you to the moon and back Dalam kehidupan yang ditinggali oleh berbagai makhluk hidup, cinta dan tahta menjadi paling agung. Semua diatur oleh sang penenun takdir, Dewa Agung. Namun, tidak semua cinta akan berjalan mulus...