Prologue

8.7K 212 6
                                    

"Hai! Bolehkah aku berteman denganmu?"

☕☕☕

Pengumuman kelulusan kini telah usai diumumkan. Para murid yang kini tengah memakai baju adat, meluapkan kebahagiaannya melalui berbagai hal. Mulai dari berpelukan dengan teman, berjingkrak-jingkrak, melakukan high five dengan teman, dan masih banyak lagi.

Diantara kerumunan lautan manusia tersebut, nampak seorang gadis yang tengah menangis dengan tersedu-sedu meratapi secarik kertas yang tengah ia genggam dengan sangat erat. Mata bulat milik gadis tersebut mengeluarkan cairan berwarna bening, tanpa henti.

Ia menatap teman sekelasnya yang tengah meluapkan kegembiraan karena mendapatkan nilai yang cukup memuaskan.

Apa yang bisa ia katakan kepada bundanya? Kepada ayahnya? Kepada keluarganya?

Ia tak menyangka bahwa secarik kertas dapat mengubah masa depan miliknya.

"Ath! Ayo sini!" ajak teman dari gadis tersebut. Gadis itu hanya menjawabnya dengan gelengan kepala. Ia menundukkan kepala, tak mau membagikan raut muka sedihnya kepada orang lain.

Karena tak mau terus-menerus terkungkung diantara lautan manusia, ia memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Menemui keluarganya.

Ponsel yang berada di genggamannya memunculkan sebuah layar panggilan dari seseorang.

Thilla's Mom is calling...

"Halo."

"Kak Ila. Ini aku, Ica. Jangan bilang-bilang Mama, kalau HP-nya, Ica pinjem. Kakak udah pulang?"

"Ini mau pulang, Ca. Kenapa? Mau jemput Kakak?"

"Iya. Ica mau jemput Kakak pakai sepedanya Ica. Boleh, kan?"

"Ica-Ica... nggak usah, Ca. Kakak bisa pulang sendiri, kok."

"Beneran? Yaudah kalau Kak Ila bisa pulang sendili. Ica tutup dulu, ya... atut dimalahi Mama. Dadah..."

Panggilan pun terputus, seiring dengan bus yang datang lalu berhenti di depan halte. Gadis itu memasuki bus dengan langkah kecilnya.

Ketika ia memasuki bus, semua orang yang berada di dalam bus, menatapnya dengan keheranan. Gadis tersebut menundukkan kepalanya, menghindari tatapan semua orang. Ia memilih sebuah bangku kosong yang berada di dekat jendela.

Ketika bus akan berjalan, sebuah teriakan dari seseorang membuat supir kendaraan beroda empat itu, mengurungkan niatnya.

"Pak-pak! Saya mau naik bus, atuh!" teriak seorang laki-laki berpakaian seragam SD.

"Cepet, naik! Dasar bocah!" ketus sang kernet bus.

Laki-laki tersebut menghiraukan ucapan sang kernet bus. Ia menyelonong masuk, menduduki sebuah kursi yang masih kosong.

"Jalan, Pak!" teriak laki-laki itu.

Merasa ditatap oleh seseorang, laki-laki itu menoleh ke kanan. Nampak seorang gadis berpakaian kebaya, seumuran dengannya.

"Hai! Nama kamu siapa?" ucap laki-laki tersebut, mengulurkan tangannya. Karena tak disambut oleh perempuan disampingnya, ia membuka mulutnya kembali.

"Kalau aku lihat, kamu pasti habis kelulusan, ya? Sama, dong. Namaku--"
Belum selesai laki-laki tersebut berbicara, teriakan kernet bus membuat laki-laki itu bungkam.

Ketika gadis itu merasakan bus yang ditumpanginya tengah berhenti pada salah satu halte, ia buru-buru turun dari bus tersebut, setelah mengulurkan selembar uang kepada sang kernet bus.

Laki-laki berpakaian seragam SD tersebut, memandangi gadis yang sempat menjadi 'teman' di bus yang kini ia tumpangi, dari balik jendela bus.

Semoga kita bisa bertemu kembali. Menjadi seorang teman. Entah kapan, pikir laki-laki tersebut.

☕☕☕


Hai!

Gimana prolognya?

Jangan lupa vote sama komentarnya buat cerita ini, ya

HUMORISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang