"Habis disapa, terbitlah baper."
🍭 🍭 🍭
Hari Rabu pada jam ke-1 sampai ke-3, kelas X IPS 1 mendapat giliran jam olahraga. Semua murid pun memakai pakaian olahraga. Ketika bunyi peluit terdengar dari bawah, seluruh murid X IPS 1 segera turun menuju lapangan utama.
"Cepet, La! Udah dipanggilin, tuh!"
Athilla yang selesai membenahi buku-bukunya, menanggapi perkataan Inara, "Nih, udah selesai!"
"Kalau kita telat terus dihukum, ini semua salah Athilla pokoknya." Inara menuding wajah Athilla.
"Apa-apaan? Salah kalian sendiri mau-mau aja nungguin gue. Wlek!"
Ratna yang sudah biasa mendengar pertengkaran Athilla dengan Inara, hanya bersikap acuh tak acuh. Ia tak mau ikut campur.
Sesampainya di lapangan, pemanasan dipimpin oleh Kenzo yang mendapat giliran. Guru olahraga pun memerhatikan dari pinggir lapangan. Sebagian murid--apalagi para siswi--menceletuk karena merasa tidak adil. Gurunya berteduh di bawah pohon, sedangkan mereka harus berpanas-panasan.
Seusai pemanasan, guru tersebut kembali ke hadapan murid-muridnya. "Baiklah, kali ini kita akan mempelajari salah satu permainan bola besar, yaitu basket. Oleh karena itu, kita akan menggunakan gedung olahraga. Semuanya, siap grak! Bubar jalan!"
Para murid berjalan mengikuti guru olahraga. Mereka berhenti di tengah-tengah gedung olahraga--lebih tepatnya lapangan basket indoor.
"Hari ini, kita akan belajar teknik dasar bermain basket."
Mendengar perkataan gurunya, Dave merapikan rambutnya--berlagak sombong. "Ehm, kalau kayak gitu sih, gue jagonya."
Raffa berdecih. "Songong! Nanti kalau jatuh, mewek!" Raffa dan Kenzo terkekeh pelan, karena jika mereka tertawa dengan lantang, maka mereka akan dimarahi oleh guru olahraga.
Pelajaran olahraga dimulai. Para siswa begitu antusias dengan permainan bola basket. Berbeda dengan para siswi. Hanya segelintir orang yang antusias.
"Rat, umpan ke gue!" seru Athilla.
"Jangan, Rat! Umpan ke gue aja!" sahut Jeni.
"Apaan sih, lo? Ikut-ikut aja!"
"Biarin!"
"Woi, itu mau main basket atau ngerumpi?! Ngomong melulu!" cibir Dave. Kini, ia tengah memantul-mantulkan bola basket.
Ketika Athilla melihat gerak-gerik Dave yang hendak melakukan shoot, ia mempunyai sebuah ide. Diam-diam, ia mendekat kepada Dave. Saat Dave hendak melemparkan bola ke dalam ring, Athilla dengan cepat merebut bola yang berada di genggaman Dave.
"Shoot yang bener, dong! Katanya anak basket?" cibir Athilla seraya memantul-mantulkan bola basket.
"Ck, gue bakalan cetak skor, kalau lo nggak ngerebut bola basket gue. Sini, balikin!"
"OGAH! Cari yang lain sana!"
"Nggak, gue udah nyaman sama yang itu."
"Nyaman? Hahaha, lo tahu apa tentang nyaman?"
"Balikin, nggak?!"
"Dih, marah. Ambil kalau lo bisa!" Athilla berlari sambil mendrible bola basket, menjauh dari jangkauan Dave.
Tak tinggal diam, Dave mengejar Athilla, karena bola basket yang saat ini dibawa oleh Athilla, adalah bola basket keberuntungannya. Ketika ia menggunakan bola itu, ia selalu berhasil memasukkan bola ke dalam ring. Entahlah, itu hanya persepsi Dave saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
HUMORIS
Fiksi RemajaTDS - 2 ; hiatus (you can read it without reading the prev series) Athilla Faranisa Fredella Seorang fangirl yang menyukai cogan, hal-hal yang manis, namun tak suka hanya diberi janji-janji manis. Dave Gavin Mahardika Seorang most wanted, playboy, d...