09 | Belated

1.3K 52 4
                                    

"Untuk apa percaya dengan kata-kata darimu, kalau nyatanya kamu tidak bisa merealisasikannya."

🍭 🍭 🍭

Jam beker di nakas terus berbunyi, mendesak orang yang tengah bergelung di dalam selimut itu supaya segera bangun.

Jengah. Dave mematikan jam bekernya yang terus berbunyi itu. Bukannya beranjak dari kasur, ia malah kembali memeluk gulingnya.

"Lima menit," gumam Dave.

Lain halnya dengan Athilla. Gadis dengan rambut yang dikuncir kuda itu, tengah menikmati sarapannya. Sarapannya sederhana, hanya nasi dengan telur dadar sebagai lauknya beserta segelas susu cokelat. Tak lupa, ia membubuhi kecap di telur dadarnya, sebagai penambah cita rasa.

Selesai sarapan, Athilla mencuci piring serta gelas yang ia gunakan tadi, lalu menaruhnya di rak. Setelah menggendong tas ranselnya dan mengambil helm, ia berjalan keluar.

Ketika selesai mengunci pintu, Athilla tersenyum sinis melihat deretan pintu-pintu yang masih tertutup. Ia pun berjalan menuju pelataran parkir, menemui seseorang.

Di sana, sudah ada Ratna yang menunggu dirinya sedari tadi. Athilla menyengir dengan lebar, menyadari kesalahannya.

"Lama," celetuk Ratna.

"Ya, maaf. Ayo, capcus!" Athilla menduduki jok belakang motor Ratna. Ia memakai helm miliknya, lalu motor Ratna membawa pergi ia dan Ratna, menjauh dari asrama.

🍭 🍭 🍭

Bel masuk sudah berbunyi sedari tadi, namun seseorang belum juga datang ke sekolah. Walaupun jam telah menunjukkan pukul 07.00 WIB, seorang laki-laki yang bernama Dave masih terlelap dalam mimpinya. Bahkan, dering telepon dari sahabatnya pun tidak membuat dirinya terbangun.

Waktu terus berjalan. Ketika jam di dinding kamarnya telah menunjukkan pukul 08.00 WIB, Dave terbangun dari tidurnya. Ia terbangun karena mimpi yang baru saja ia alami. Dave bermimpi dirinya dikejar oleh monster yang berbadan besar dan menakutkan.

"Anjay, ngantuk banget gue! Jam berapa, sih?"

Tangannya meraih jam beker yang berada di nakas. Seketika, Dave melotot karena menyadari angka yang ditunjukkan oleh jarum jam bekernya.

"BANGSUL! JAM DELAPAN?!"

Dave menyibak selimut yang menutupi tubuhnya, lalu berlari menuju kamar mandi. Selepas mandi, ia keluar dengan memakai handuk yang melilit tubuhnya dari pusar sampai ke lutut. Hampir seisi lemari ia keluarkan hanya untuk mencari seragam sekolahnya.

"Argh! Di mana, sih?! Ngilang mulu kek doi!"

Setelah memakai seragam sekolahnya, ia langsung memasukkan beberapa buku jadwal hari itu, ke dalam tas ransel hitamnya, lalu melesat keluar. Tak lupa, Dave menenteng helm di tangan kirinya, serta memakai sepasang  kaos kaki serta sepatunya di kedua kakinya.

Sesampainya di parkiran, Dave langsung menaiki motornya, memakai helm fullface, lalu melajukan motornya meninggalkan wilayah asrama.

Bu Tia yang baru saja kembali dari pasar, dikagetkan dengan Dave yang mengendarai motornya dengan kesetanan.

"Masya Allah, Den! Ati-ati, atuh!"

Walaupun Dave menaiki motornya dengan ugal-ugalan, ia masih menaati tata tertib lalu lintas. Ada-ada saja.

HUMORISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang